BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sebelum
Jung bertemu dengan Freud, Jung telah mempunyai teori psikoanalisis dan metode
terapinya sendiri yang kemudian terkenal dengan nama psikoanalitik. Metode
terapi tersebut secara konsisten dikembangkannya selama ia menjalin hubungan
persahabatan dengan Freud (Jung, 1913). Dasar-dasar teori psikoanalitik didasarkan
pada ketidaksadaran jiwa, tetapi mempunyai banyak perbedaan dengan teori Freud.
Jung memandang manusia dengan menghubungkan teleologi (tujuan) dan kausalitas
(sebab-akibat). Bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh sejarah individu dan
rasnya (kausalitas), serta tujuan-tujuan dan aspirasi (teleologi). Jadi faktor-faktor
masa lalu dan masa yang akan datang berpengaruh pada tingkah laku manusia. Artinya, tingkah laku manusia dibimbing baik
oleh masa lalu sebagai aktualitas dan masa yang akan datang sebagai
potensialitas.
Kepribadian
manusia dipandang sebagai prospektif, dalam arti bahwa Jung melihat ke depan ke
arah garis perkembangan pribadi dimasa depan, dan retrospektif dalam arti dia
mempertahankan masa lampau. Dalam hal ini Jung menyatakan bahwa: “Orang hidup
dibimbing oleh tujuan-tujuan maupun sebab-sebab”, penekanan Jung pada masa
depan, menyebabkan teorinya berbeda dengan teori Freud, yang menekankan pada
masa lampau dan motif -motif atau insting sebagai sebab-sebab utama tingkah
laku manusia.
Teori
kepribadian Jung berbeda dengan teori-teori lainya karena ia menekankan pada
dasar-dasar ras dan filogenetik kepribadian. Dengan dasar-dasar tersebut Jung
berpendapat bahwa kepribadian individu adalah produk dan wadah sejarah
leluhurnya. Jadi, dasar-dasar kepribadian bersifat arkais, primitif, bawaan,
tidak sadar dan mungkin universal. Lain halnya dengan Freud, yang menyatakan
bahwa asal-usul kepribadian manusia berasal dari masa kanak-kanak, kerangka
kepribadian dasar telah terbentuk pada umur lima tahun. Sedangkan menurut Jung asal-usul kepribadian
adalah ras yang secara turun-temurun berasal dari leluhur manusia. Bayi lahir
di dunia dengan mewarisi kecenderungan-kecenderungan dari leluhurnya, dan
kecenderungan- kecenderungan tersebut membimbing tingkah laku manusia dan sebagian
menentukan apa yang disadarinya, dan responnya di dalam dunia pengalaman tersebut.
Jung menyebutkan adanya kepribadian kolektif yang dibentuk sebelumya oleh dasar
ras dan secara selektif menjangkau dunia pengalaman dan diubah, serta diperkaya
oleh pengalaman-pengalaman yang diterima.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah latar belakang Jung mempengaruhi alisis
yang ia kemukakan dalam teorinya?
2. Bagaimana pengaruh pemikiran Freud terhadap
konsep dan analisi Jung?
3. Bagaiamana penjelasan teori kepribadian Jung?
4. Apa saja level kesadaran yang dikemukakan dalam
teori Jung?
5. Apa pengertian arkhetipe?
6. Apa saja komponen yang dijelaskan dalam sikap
dan fungsi kepribadian?
7. Bagaimana penjelasan mengenai tahapan
perkembangan dikemukan oleh Jung?
8. Bagaimana penerapan analisis dan terapi Jung?
9. Bagaimana konsep yang dikemukakan Jung mengenai
mimpi?
10. Mengapa active imagination diperlukan dalam
analisis Jung?
11. Teknik apasaja yang dapat dilibatkan dalam
analisis dan terapi Jung?
12. Apa pengertian transferece dan countertransference?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BIOGRAFI
Jung
lahir di desa kecil Kesswil, Swiss, pada tahun 1875. Ayah Carl Gustav Jung adalah seorang filolog
dan seorang pendeta protestan, yang lahir dari keluarga yang banyak
menghasilkan banyak ahli kitab suci, teolog, dan dokter. Kakek Jung dari pihak
bapak adalah anggota dewan Katolik di Kota Meinz (Jerman). Tapi moyangnya
menjadi protestan sebab dipengaruhi oleh Schleiermacher pada tahun 1813.
Warisan religius inilah yang dikemudian hari sangat mempengaruhi Jung dan ketertarikannya
yang sangat besar tehadap masalah-masalah relegius dalam psikologinya dan
mempengaruhi psikologi arketepis tentang kristus dan psikologi tentang
protestanisme dan katolisisme. Pada masa kecilnya Jung agak soliter dan sering
tidak bahagia. Selama tahun-tahun awal, dia mengenal gunung-gunung, hutan,
danau, dan sungai-sungai di Swiss. Baginya alam menjadi penting sepanjang
hidupnya.
Setelah
menyelesaikan sekolah menengah, Jung masuk ke ilmu kedokteran di Universitas
Basel pada tahun 1895 dan mendapatkan beasiswa penuh di sana. Saat belajar di sekolah kedokteran, dia terus
belajar filsafat dan membaca secara luas. Jung banyak membaca berbagai bidang
keilmuan, seperti filsafat, teologi, antropologi, sains, dan mitologi. Dia
mulai belajar bahasa Latin di usia 6 tahun dan kemudian belajar bahasa Yunani. Ia
lulus dari Fakultas kedokteran Universitas Basle pada tahun 1900. Pada tahun
1923 ia berhenti menjadi dosen untuk mengkhususkan dirinya dalam riset-riset.
Sejak 1906 ia mulai tulis menulis surat kepada Sigmund Freud yang baru
dijumpainya pertama kali setahun kemudian yakni tahun 1907. Pertemuan yang
terjadi di Wina tersebut sangat mengesankan kedua belah pihak, sehingga terjadi
tali persahabatan antara mereka. Freud begitu menaruh kepercayaan kepada Jung,
sehingga Jung dianggap sebagai orang yang patut menggantikan Freud di kemudian
hari (Sarlito Wirawan Sarwono, 1978: 186-187). Meskipun mengambil beberapa
pendapat dari Freud, Jung tidak sepenuhnya sependapat dengan Freud, terutama
karena gurunya tersebut terlalu menekankan pada seksualitas dan berorientasi
terhadap materialistis dan biologis dalam menjelaskan teori-teorinya.
Pada
tahun 1903 Jung menikahi Emma Rauschenbach yang bekerja dengannya dalam
pengembangan ide-idenya. Meskipun dia tidak menulis banyak tentang keluarganya
dalam otobiografinya, Kenangan, Mimpi, Refleksi (1961), Jung mengakui
pentingnya keluarga baginya dalam memberikan keseimbangan untuknya mempelajari
dunia batinnya sendiri. Pada tahun 1944 dibuka
jurusan Psikologi Kedokteran di Universitas Basel khusus untuk Jung, tetapi
kesehatannya yang mulai memburuk membuatnya terpaksa untuk berhenti dari
jabatan ketua, setelah satu tahun ia meninggal dunia pada tanggal 6 Juni 1961
di Zurich dalam usia 85 tahun.
A.
SEJARAH
ANALISIS DAN TERAPI JUNG
Teologi
dan kedokteran, panggilan para leluhur Carl Jung, adalah aspek penting untuk pengembangan
psikologi analitik dan psikoterapi Jung (Bain, 2004; Ellenberger, 1970; Hannah,
1976; Jung, 1961; Shamdasani, 2003). Tulisan-tulisan Jung menunjukkan
keingintahuan tentang kesadaran pasien dan proses bawah sadar dan memperhatikan
kesusahan pasiennya. Pendekatan terapinya menekankan cara-cara membantu pasien
menjadi sadar dari aspek bawah sadar mereka melalui mimpi dan material fantasi
dan dengan demikian membawa ketidaksadaran ke dalam kesadaran sadar. Pendekatan
semacam itu dirancang untuk membantu individu menyadari psikologi unik mereka.
Jung
percaya bahwa “tidak sadar” mengandung lebih dari seksual dan dorongan agresif
yang ditekan, seperti yang telah dirumuskan oleh Freud. Bagi Jung,
ketidaksadaran bukan hanya pribadi tapi juga kolektif. Jung tertarik pada
simbol pola universal, yang disebut arketipe yang semua manusia miliki. Dari
studinya mengenai kepribadian manusia, Jung mampu mengembangkan tipologi yang
mengidentifikasi sikap dan fungsi jiwa yang beroperasi di semua tingkat
kesadaran.
Secara
filosofi Jung dipengaruhi oleh Pandangan Immanuel Kant tentang bentuk-bentuk
priori universal dari persepsi. Prekursor dari ketidaksadaran kolektif adalah bahwa
individu tidak pernah melihat realitas apa adanya, tetapi memiliki imperatif
perseptual yang mempengaruhi apa yang mereka percaya mereka lihat. Pengaruh
lain adalah gagasan Carl Gustav Carus yaitu, ada tiga tingkat fungsi ketidaksadaran,
termasuk yang universal. Agak mirip dengan karya Carus adalah deskripsi tiga
tingkat ketidaksadaran berfungsi, salah satunya menggambarkan ketidaksadaran universal,
seperti yang dijelaskan oleh Eduard von Hartmann. Konsep von Hartmann dan Carus
tentang yang ketidaksadaran universal mempengaruhi perkembangan Jung dari
ketidaksadaran kolektif. Di abad ke-18, Gottfried Leibniz telah menulis tentang
irasionalitas tidak sadar, gagasan yang memengaruhi konsep Jung tentang
ketidaksadaran. Arthur Schopenhauer menggambarkan kekuatan irasional pada
individu yang didasarkan pada seksualitas dan cara-cara dimana seksualitas
ditekan dalam perilaku individu. Semua filosofis konsep tersebut diakui di
dalam teori kepribadian Jung.
Salah
satu alasan 6 tahun penderitaan yang dialami Jung (1913-1919) adalah pemutusan
hubungannya dengan Sigmund Freud. Baik Freud dan Jung telah menyadari karya
mereka satu sama lain melalui tulisan-tulisan mereka (Aziz, 2007). Di Maret
1907 mereka berbicara bersama selama hampir 13 jam. Selama hubungan 6 tahun
mereka mereka sering berkorespondensi, dan korespondensi mereka telah
didokumentasikan (McGuire, 1974). Sebelum bertemu Freud, Jung membela psikoanalisis
terhadap serangan dan sangat tertarik pada psikoanalisis. Keterlibatan Jung
dalam psikoanalisis diindikasikan oleh fakta bahwa ia adalah psikoanalisis
presiden pertama Asosiasi Psikoanalitik Internasional. Namun, Jung memiliki
keraguan tentang psikoanalisis Freud sejak awal. Ia menuliskan keraguannya
tersebut melalui kalimatnya “Sebelum Freud, tidak ada yang diizinkan untuk
menjadi seksual, sekarang semuanya bukan apa-apa, selain seksual” (Jung, 1954a,
hlm. 84).
Jung
tertarik pada okultisme dan parapsikologi yangmana merupakan gagasan yang tidak
disetujui oleh Freud. Jung sebenarnya juga ditolak oleh banyak psikoanalis
karena minatnya pada spiritualitas (Charet, 2000). Pada 1909 Jung dan Freud
melakukan perjalanan bersama untuk kuliah di Universitas Clark di Worcester,
Massachusetts. Di perjalanan mereka menganalisis mimpi masing-masing, kemudian
Jung menyadari bahwa perbedaan teoritis antara Freud dan dirinya sendiri besar.
Pada
1911 Jung menulis Symbols of Transformation (1956), di dalamnya Jung
menjelaskan bahwa Oedipus complex
bukan sebagai ketertarikan seksual bagi orang tua beda jenis kelamin dan
perasaan permusuhan atau agresif bagi orang tua sesama jenis (pandangan Freud),
tetapi sebagai ekspresi kebutuhan spiritual, psikologis dan ikatan. Jung merasa
ini akan menjadi mengorbankan persahabatannya dengan Freud, dan itu mungkin
terjadi. Pada Januari 1913, Freud menulis pada Jung, menyatakan, "Saya
mengusulkan agar kita meninggalkan hubungan pribadi kita sepenuhnya"
(McGuire, 1974, hlm. 539). Jung kemudian mengundurkan diri editornya dari
Psychoanalytic Buku Tahunan dan mengundurkan diri sebagai presiden Asosiasi
Psikoanalitis Internasional. Meskipun Jung berterimakasih pada Freud untuk
ide-idenya, mereka tidak pernah melihat satu sama lain lagi (Roazen, 2005).
Keretakan hubungan tersebut sulit bagi Jung, karena ia menyatakan: “Ketika saya
berpisah dari Freud, saya tahu bahwa saya terjun ke hal yang tidak diketahui.
Lebih dari Freud, bagaimanapun juga, saya tidak tahu apa-apa; tetapi saya telah
mengambil langkah ke dalam kegelapan” (Jung, 1961, hal. 199). Darisana, Jung
mengeksplorasi ketidaksadarannya sendiri selama 6 tahun.
Setelah
masa-masa sulit tersebut Jung sangat produktif dalam menulis, mengajar, mengabdi
pada psikoterapi dan pasien-pasiennya. Untuk meningkatkan pengetahuannya
mengenai unconscious Jung bertemu
dengan orang-orang dalam masyarakat primitif. Pada 1924 dia mengunjungi Pueblo
di New Mexico; setahun kemudian dia tinggal dengan suku Afrika di Tanganyika,
dan melakukan perjalanan ke Asia. Selama kunjungan-kunjungan ini ia menyimpan
buku harian dari diskusinya dengan orang-orang dan dukun mereka. Eksplorasi
lebih lanjut dari budaya lain ia dapatkan melalui persahabatannya dengan
Richard Wilhelm, seorang ahli tulisan-tulisan Cina dan cerita rakyat (Stein,
2005). Jung belajar alkimia, astrologi, ramalan, telepati, chairvoyance, ramalan, dan piring terbang untuk mempelajari lebih
lanjut tentang pikiran, khususnya ketidaksadaran kolektif. Proses belajar
belajar tersebut juga melibatkan mitos, simbol, dan cerita rakyat.
Jung
menerima gelar kehormatan dari Harvard dan Oxford dan banyak penghargaan
lainnya. Jung juga, memberikan banyak wawancara untuk televisi, majalah, dan
pengunjung. Produktivitasnya sangat besar dan sebagian besar karyanya tersebut diterbitkan
di 20 volume oleh Universitas Princeton.
Terapi dan gagasan Jung yang terkait dengan teorinya menjadi populer
(Schultz & Schultz, 2009). Minat pada ide-ide Carl Jung, seperti yang
direpresentasikan oleh popularitas asosiasi Jung, telah berkembang di Amerika
Serikat dan di seluruh dunia (Kirsch, 2000). Seminar dan forum pendidikan
adalah disajikan baik oleh masyarakat lokal dan oleh organisasi profesional.
Institusi pelatihan Jung dapat ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia
Dunia. Ada lebih dari 2.000 analist Jung yang memenuhi syarat yang menjadi
anggotanya dari Asosiasi Internasional untuk Psikologi Analitik. Pertemuan internasional
para analist Jung telah diadakan setiap 3 tahun sejak 1958. Beberapa jurnal
yang menampilkan psikologi dan psikoterapi Jung adalah The Journal of Analytical Psychology, The Journal of The Jungian Theory
and Practice, dan Jurnal Jung: Budaya dan Jiwa.
B.
TEORI
KEPRIBADIAN
Konsep
penting dalam kepribadian Jung adalah ide kesatuan atau keutuhan. Bagi Jung
keutuhan diwakili oleh jiwa (psyche)
yang mencakup semua pikiran, perasaan, dan perilaku, baik sadar maupun tidak
sadar. Individu berusaha untuk mengembangkan keutuhan dalam diri mereka sendiri
sepanjang hidupnya. Jung melihat diri sebagai pusat dan totalitas seluruh
kepribadian. Aspek lain dari kepribadian mencakup sikap individu serta cara
mereka berfungsi secara psikologis. Jung juga menggambarkan perkembangan jiwa
dari masa kecil, masa remaja, usia menengah, hingga usia lanjut.
1.
Level
Kesadaran
Dalam
menjelaskan kepribadian seseorang, Jung mengidentifikasi tiga level kesadaran.
Konsep jiwa, pikiran, dan roh ada di semua tingkat kesadaran dan termasuk kognisi,
emosi, dan perilaku. Tingkat kesadaran yang merupakan ekspresi kepribadian
termasuk dalam conscious, yang
fokusnya pada ego; ketidaksadaran pribadi, yang meliputi pikiran dan kenangan
yang dapat ditarik kembali atau dibawa ke tingkat sadar; dan ketidaksadaran
kolektif, berasal dari tema dan materi yang universal bagi spesies manusia.
a.
Level Sadar (The conscious Level)
Tingkat
kesadaran adalah satu-satunya tingkatan yang dapat diketahui oleh individu
secara langsung. Mulai saat lahir, tingkat kesadaran terus tumbuh sepanjang
hidup. Sebagai individu yang terus menerus tumbuh, mereka menjadi berbeda dari
yang lain. Proses ini, disebut sebagai individuasi oleh Jung (1959b), memiliki
tujuan untuk mengetahui diri sendiri selengkap mungkin. Individuasi dapat
dicapai, sebagian, dengan membawa isi ketidaksadaran menjadi "hubungan
dengan kesadaran" (Jung, 1961). Sebagai individu meningkatkan kesadaran
mereka, mereka juga mengembangkan individuasi yang lebih besar. Pusat dari
proses sadar adalah ego. Ego mengatur pikiran sadar individu. Ego memilih
persepsi, pikiran, ingatan, dan perasaan yang akan menjadi sadar. Dengan
menyaring luar biasa berbagai materi tak terlupakan (kenangan, pikiran, dan
perasaan), ego mencoba untuk mencapai rasa koherensi dan konsistensi sementara
pada saat yang bersamaan menjadi ekspresi dari individualitas.
b. Ketidak-sadaran
Pribadi (The personal Unconscious)
Ketidaksadaran
pribadi terdiri dari pengalaman-pengalaman sadar tetapi kemudian direpresikan,
disupresikan, dilupakan atau diabaikan serta pengalaman-pengalaman yang terlalu
lemah untuk menciptakan kesan sadar pada pribadi. Pengalaman, pikiran,
perasaan, dan persepsi itu tidak diakui oleh ego disimpan dalam ketidaksadaran
pribadi. Material disimpan dalam ketidaksadaran pribadi mungkin merupakan
pengalaman yang sepele atau tidak terkait. Namun, konflik pribadi, masalah
moral yang belum terselesaikan, dan pikiran yang bermuatan emosional adalah
bagian penting dari personal unconscious
yang mungkin ditekan atau sulit diakses. Seringkali elemen-elemen ini muncul
dalam mimpi, sebagai ketidaksadaran pribadi, dan mungkin memainkan peran aktif
produksi mimpi. Jika pikiran, ingatan, dan perasaan memiliki dampak emosional
pada individu, hal ini disebut complex.
Complex didefinisikan sebagai kelompok yang terorganisasi atau konstelasi
perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, ingatan-ingatan yang
terdapat dalam ketidaksadaran pribadi. Kompleks memiliki inti yang bertindak
seperti magnet menarik atau “mengkonstelasikan” berbagai pengalaman. (Jung, 1934).
c. Ketidak-sadaran
Kelompok (The Collective Unconscious)
Konsep
yang paling membedakan teori psikoterapi Jung dari teori lain adalah bahwa dari
ketidaksadaran kolektif yang berbeda dengan ketidaksadaran pribadi, tidak
mengandung konsep atau pemikiran yang terkait dengan orang tertentu. Gambar dan
konsep yang membentuk ketidaksadaran kolektif adalah kemandirian dari kesadaran
(Harris, 1996; Whitmont, 1991). Istilah kolektif menunjukkan materi yang umum
bagi semua manusia dan signifikan bagi mereka. Ketidaksadaran kolektif mengacu
pada “kecenderungan warisan pikiran manusia untuk membentuk representasi dari
motif mitologi-representasi itu sangat berbeda tanpa kehilangan pola dasarnya”
(Jung, 1970a, p. 228). Karena semua manusia memiliki fisiologi yang mirip
(otak, lengan, dan kaki) dan berbagi aspek lingkungan yang serupa (ibu,
matahari, bulan, dan air), kemampuan individu untuk melihat dunia dalam beberapa
cara umum yang universal dan untuk berpikir, merasakan, dan bereaksi terhadap
perbedaan dan kesamaan di lingkungan mereka. Jung cukup jelas dalam menyatakan
bahwa dia tidak percaya bahwa kenangan tertentu atau gambar sadar itu
diwariskan, tetapi setuju dengan pendapat bahwa kecenderungan untuk pemikiran
dan ide-ide tertentu dapat diwariskan.
2.
Arkhetipe
(Archetype)
Arketipe
adalah cara merasakan dan menyusun pengalaman (Jung, 1960b, p. 137). Meskipun tidak memiliki konten, arketipe
memiliki bentuk. Mereka mewakili kemungkinan jenis persepsi (Jung, 1959a,
1959c; Hollis, 2000). Pada dasarnya, mereka mengambil reaksi seseorang dan
memasukkannya ke dalam pola. Arketipe adalah jalur dari ketidaksadaran kolektif
ke conscious, yangmana dapat
menyebabkan suatu tindakan. Jung tertarik pada arketipe karena arkhetipe memiliki
konten emosional dan kekuatan yang telah bertahan selama ribuan tahun.
Misalnya, arketipe kematian membawa emosi yang kuat dan merupakan pengalaman
universal. Ada banyak arketipe yang ditulis Jung tentang, termasuk kelahiran,
kematian, kekuatan, pahlawan, anak, orang tua yang bijaksana, ibu, bumi, setan,
dewa, ular, dan kesatuan. Tipe arketipe yang Jung pertimbangkan dalam komposisi
kepribadian adalah persona, anima dan animus, bayangan, dan Diri (Shamdasani,
2003). Dari ini, persona adalah arketipe yang paling terkait dengan fungsi
sehari-hari kepribadian, dan arketipe Diri (self)
adalah salah satu yang paling penting untuk fungsi baik kepribadian.
a. Persona
Persona
(berarti topeng dalam Bahasa Latin) adalah cara orang menampilkan diri dipublik.
Individu memainkan berbagai peran-orang tua, pekerja, teman. Bagaimana individu
memainkan peran ini tergantung pada bagaimana mereka ingin dilihat oleh orang
lain dan bagaimana mereka percaya orang lain ingin mereka bertindak.
Orang-orang mengubah kepribadian mereka tergantung pada situasi yang
dihadapinya. Persona sangat membantu individu yang belajar mengendalikan
perasaan, pikiran, dan perilaku dalam situasi tertentu.
b. Anima
dan Animus
Manusia
pada hakikatnya merupakan makhluk biseksual. Pada tingakat fisiologis,
laki-laki mengeluarkan hormon seks laki-laki maupun perempuan dalam jumlah yang
bervariasi, demikian juga wanita. Pada tingkat psikologis, sifat-sifat maskulin
dan feminin terdapat pada kedua jenis. Arkhetipe fenimin pada pria disebut
anima, arkhetipe maskulin pada wanita disebut animus. Anima dan animus mewakili
kualitas dari jenis kelamin lainnya, seperti perasaan, sikap, dan nilai-nilai.
Untuk laki-laki, anima mewakili bagian feminin laki-laki jiwa, seperti perasaan
dan emosi. Animus adalah bagian maskulin dari jiwa perempuan, mewakili
karakteristik seperti logika dan rasionalitas. Individu bervariasi untuk sejauh
mana karakteristik psikologis gender lainnya adalah bagian dari kepribadian
mereka.
Asumsi
yang melekat dalam konsep anima dan animus adalah bahwa wanita emotional dan mengasuh (memelihara),
sedangkan pria secara tradisional logis dan kuat. Harding (1970) menggambarkan
bagaimana animus dapat berfungsi berbeda secara berbeda tipe-tipe wanita. Emma
Jung (1957) menggambarkan empat arketipe utama itu wanita mungkin mengalami
saat animus mereka berkembang. Penulis lain juga telah mencari untuk
mengembangkan konsep anima dan animus lebih lanjut dan memodifikasi pemikiran
Jung (Hillman, 1985). Jung percaya bahwa pria harus mengekspresikan anima dan
wanita mengekspresikan animus mereka untuk memiliki kepribadian yang seimbang.
Jika individu tidak melakukannya, mereka berisiko menjadi tidak dewasa dan terstereotip
feminin atau maskulin berlebihan.
c. Bayangan
Bayangan
merupakan arkhetipe yang paling berbahaya dan paling kuat, mewakili bagian dar
kepribadian kita yang paling berbeda kesadaran sadar diri kita sendiri. Yang
terkandung dalam shadow adalah seksual yang tidak dapat diterima, kebinatangan,
dan dorongan agresi (Shamdasani, 2003). Sifat mentah dari impulsif bayangan
sedikit mirip dengan id Freud. Jung
percaya bahwa laki-laki cenderung memproyeksikan bayangan mereka sendiri
(perasaan negatif dan kebinatangan) ke pria lain, menyebabkan perasaan buruk di
antara pria. Ini mungkin menjelaskan, sebagian, frekuensi perkelahian dan
perang antar laki-laki. Meskipun mereka tidak terwujud secara fisik, Jung
percaya bahwa wanita memproyeksikan bayangan impuls ke wanita lain. Arketipe
persona, mengekspresikan dirinya melalui harapan sosial, berfungsi untuk
moderasi, atau tetap periksa bayangan. Meskipun shadow mwerupakan arketipe negatif, shadow bisa memiliki aspek positif. Ekspresi bayangan yang tepat
dapat berfungsi sebagai sumber kreativitas, vitalitas, dan inspirasi. Namun,
jika bayangannya sudah ditekan, individu mungkin merasa terhambat, tidak berhubungan
dengan diri mereka sendiri, dan merasa takut. Untuk individu seperti itu,
tujuan terapi adalah untuk membantu membawa bayangan mereka ke dalam kesadaran.
d. Diri (The Self)
Self
adalah energi yang menyediakan organisasi dan integrasi kepribadian, artinya self mempersatukan sistem-sistem dan
memberikan kepribadian dengan kesatuan, keseimbangan dan kestabilan pada
kepribadian. Self mirip dengan konsep
pembentukan identitas (Roesler, 2008). Untuk anak-anak dan individu yang
relatif tidak terpengaruh, self dapat dipusatkan di dalam tidak sadar, karena
mereka relatif tidak menyadari kompleks dan manifestasinya dari arketipe
mereka. Sebaliknya, ego adalah pusat kesadaran, yang memiliki fungsi lebih
terbatas dan merupakan bagian dari self
(Ekstrom & PDM Task Force, 2007). Ketika individu menjadi dewasa dan
terasing, semakin kuat hubungan berkembang antara ego dan self. Bagi Jung, pengembangan dan pengetahuan tentang self adalah tujuan kehidupan manusia.
Ketika individu telah sepenuhnya mengembangkan fungsi kepribadian mereka,
mereka berhubungan dengan arkhetipe self
dan mampu membawa lebih banyak material tidak sadar ke dalam kesadaran. Karena
pengetahuan tentang self membutuhkan
hubungan dengan pikiran sadar dan tidak sadar, ada penekanan dalam analisis
Jung pada mimpi sebagai cara untuk memberikan pemahaman tentang ketidaksadaran
proses. Selanjutnya, pengalaman spiritual dan religius dapat membawa pemahaman
lebih jauh tentang ketidaksadaran yang kemudian bisa dibawa ke dalam kesadaran
sadar (conscious awareness). Untuk
mengembangkan kepribadian seseorang, terapis membantu pasien memindahkan
pikiran dan perasaan tidak sadar ke kesadaran (consciousness).
e. Simbol
Arkhetipe
adalah gambar dengan bentuk tetapi bukan konten. Simbol adalah konten dan
dengan demikian ekspresi luar dari arketipe. Arkhetipe bisa diungkapkan hanya
melalui simbol yang terjadi dalam mimpi, fantasi, visi, mitos, dongeng, seni,
dan sebagainya. Dinyatakan dalam berbagai cara, simbol mewakili kebijaksanaan
yang tersimpan dari kemanusiaan yang dapat diterapkan ke masa depan. Jung setia
banyak usaha untuk memahami berbagai simbol yang ditemukan sebagai pola dasar
representasi dalam budaya yang berbeda.
Pengetahuan
Jung yang luas tentang antropologi, arkeologi, sastra, seni, mitologi, dan
agama-agama dunia memberinya pengetahuan simbolis yang sangat baik representasi
dari arketipe. Misalnya, minat Jung dalam alkimia (Jung, 1954e, 1957)
membantunya menemukan simbol yang mewakili arkhetipe pada pasiennya. Alkemis,
yang mencari batu-batu filsuf atau cara-cara untuk membuatnya emas dari logam
dasar, mengekspresikan diri melalui bahan simbolis yang melimpah. Jung juga
berpengalaman dalam mitologi dan dongeng, yang memberinya dengan lebih banyak
materi untuk memahami simbol. Berbicara kepada orang-orang secara luas berbagai
budaya Afrika, Asia, dan penduduk asli Amerika tentang spiritualitas dan mimpi
juga membantunya meningkatkan pengetahuannya tentang simbolisme. Keingintahuan
Jung sangat luas, ia berusaha memahami mengapa begitu banyak orang percaya
mereka terlihat piring terbang. Melalui diskusi tentang mimpi, mitos, dan
referensi historis, Jung menyimpulkan bahwa piring terbang mewakili totalitas,
datang ke bumi dari planet lain (alam bawah sadar), dan mengandung makhluk aneh
(arketipe) (Hall & Nordby, 1973, p. 115). Jung menerapkan amplifikasi untuk
karyanya dengan miliknya mimpi pasien dengan belajar sebanyak mungkin tentang
gambar tertentu di dalamnya mimpi. Untuk memperkuat makna mimpi atau materi tak
sadar lainnya, Analis Jung harus memiliki pengetahuan tentang sejarah dan makna
banyak simbol untuk banyak budaya yang berbeda.
Dalam
penelitiannya tentang mitos, alkimia, antropologi, spiritualitas dari daerah
lainnya, Jung menemukan bahwa simbol-simbol tertentu cenderung mewakili
arketipe yang penting. Sebagai contoh, gambaran umum persona adalah topeng yang
digunakan dalam drama dan dalam upacara keagamaan. Perawan Maria, Mona Lisa,
dan wanita terkenal lainnya mewakili anima pada pria. Demikian juga simbol
manusia sebagai Kristus atau Raja Arthur melambangkan animus pada wanita.
Karakter jahat seperti iblis, Hitler, dan Jack the Ripper dapat mewakili
bayangan.
Simbol
yang sangat penting adalah bahwa mandala, yang mewakili Diri. Mandala adalah
bentuk melingkar dan biasanya memiliki empat bagian. Secara simbolis itu
merupakan upaya atau kebutuhan untuk mencapai keutuhan. Bagi Jung, itu adalah
simbol untuk pusat kepribadian. Empat elemen dapat merujuk pada api, air,
tanah, dan udara, empat arah dari angin, atau Tritunggal dan Bunda Suci. Semua
itu hanya beberapa contoh representasi pola dasar yang dimiliki Jung.
3.
Sikap
dan Fungsi Kepribadian
Dengan
melakukan pengamatan terhadap dirinya dan pasiennya, Jung mampu
mengidentifikasi dimensi kepribadian yang disebut sebagai tipe kepribadian.
Dimensi-dimensi ini memiliki elemen sadar dan tidak sadar. Dimensi pertama itu
Jung dikembangkan adalah sikap extraversion
dan introversi. Kemudian ia
mengembangkan fungsi, extraversion dan introversi yang terlibat dalam membuat
penilaian akan nilai pikiran dan perasaan dan digunakan untuk memahami diri
sendiri dan merasakan serta intuisi. Jung menggabungkan sikap dan fungsi ke dalam
tipe psikologis yang telah digunakan dalam pembangunan Indikator Tipe
Myers-Briggs dan inventaris serupa. Namun, ia berhati-hati membicarakan hal ini
sebagai perkiraan dan kecenderungan bukan sebagai kategori dogmatis. Bagi
individu, satu fungsi biasanya lebih dikembangkan daripada yang lain. Yang
paling sedikit berkembang dari keempatnya fungsinya cenderung tidak sadar dan
diekspresikan dalam mimpi dan fantasi, memiliki implikasi untuk pengobatan
analitis (Jung, 1971).
a. Sikap
Introversi
dan extraversion adalah dua sikap atau orientasi dalam Pandangan Jung tentang
kepribadian. Secara singkat, individu ekstravert lebih peduli dengan dunia luar
mereka, orang lain, dan hal-hal lain, sedangkan introvert orang lebih peduli
dengan pikiran dan ide mereka sendiri. Introversi dan extraversion adalah
polaritas, atau kecenderungan yang berlawanan. Tidak hanya individu yang mampu
menjadi introvert dan extravert, tetapi mereka menggunakan kedua sikap di dalam
merekahidup. Ketika individu berkembang, salah satu sikap menjadi lebih dominan
atau sangat berkembang. Sikap yang tidak dominan cenderung tidak sadar dan
mempengaruhi orang itu dengan cara yang halus atau tidak terduga. Misalnya, introvert mungkin menemukan diri mereka
tertarik dan tertarik pada ekstrovert, seperti yang diwakili oleh extraversion aspek tak sadar diri.
Perbandingan serupa bisa dibuat untuk ekstrovert. Ketika orang yang biasanya
aktif dan keluar, dengan minat di dunia di sekitar mereka, menjadi tenang dan
bijaksana, introvert mereka Sikap,
yang tidak sadar, menjadi lebih aktif. Meski Jung menemukan itu sikap
introversi dan ekstraversi menjadi dimensi kepribadian yang bermanfaat, dia
menemukan mereka terlalu sederhana dan tidak memadai untuk menjelaskan
perbedaan antara individu (Jung, 1971).
b. Fungsi-fungsi
Setelah
sekitar 10 tahun berjuang dengan konsep yang akan ditambahkan dimensi
kepribadian dari sikap, Jung menetapkan empat fungsi: berpikir, perasaan,
penginderaan, dan intuisi. Dia menjelaskan konseptualisasi yang rasional fungsi
-berpikir dan merasakan- dengan cara ini:
Dan
begitulah yang terjadi bahwa saya hanya mengambil konsep yang diungkapkan dalam
pidato saat ini sebagai penunjukan untuk fungsi psikis yang sesuai, dan
menggunakannya sebagai kriteria saya menilai perbedaan antara orang-orang dari
tipe-sikap yang sama. Contohnya, Saya berpikir seperti itu umumnya dipahami,
karena saya dikejutkan oleh fakta itu banyak orang terbiasa berpikir lebih
banyak daripada yang lain, dan karenanya memberi lebih banyakberat untuk
dipikirkan saat membuat keputusan penting. Mereka juga menggunakan pemikiran
merekauntuk memahami dunia dan beradaptasi dengannya, dan apa pun yang terjadi
pada mereka dikenakanmempertimbangkan dan merefleksikan atau setidak-tidaknya
tunduk pada beberapa sanksi prinsip oleh pikiran. Orang lain secara mencolok
mengabaikan pemikiran yang mendukung emosi faktor, yaitu perasaan. Mereka
selalu mengikuti kebijakan yang ditentukan oleh perasaan, dan itu mengambil
situasi yang luar biasa untuk membuat mereka berefleksi. Mereka membentuk
sesuatu yang tidak salah Berbeda dengan tipe lainnya, dan perbedaannya paling
mencolok ketika keduanya adalah bisnis mitra atau menikah satu sama lain. Perlu
dicatat bahwa seseorang dapat memberi preferensi untuk berpikir apakah dia
diulang atau introvert, tetapi dia akan menggunakannya hanya dengan cara yang
khas dari tipe-sikapnya, dan hal yang sama berlaku untuk perasaan. (Jung, 1971,
hal. 537–538)
Jadi,
baik pemikiran dan perasaan membutuhkan penilaian. Ketika individu biasanya
menggunakan pemikiran, mereka menggunakan fungsi intelektual mereka untuk
menghubungkan ide dan memahami dunia. Ketika mereka menggunakan fungsi
perasaan, mereka sedang membuat keputusan atas dasar memiliki perasaan atau
nilai positif atau negatif tentang pengalaman subjektif. Sensasi dan intuisi
dapat dianggap fungsi irasional karena mereka berhubungan dengan mempersepsikan
atau menanggapi rangsangan. Kedua fungsi ini tidak terkait untuk evaluasi dan
pengambilan keputusan. Seperti berpikir dan merasakan, merasakan dan mengerti mewakili
polaritas. Sensing termasuk melihat,
mendengar, menyentuh, mencium, mencicipi, dan menanggapi sensasi yang dirasakan
di dalam tubuh seseorang. Itu biasanya fisik, paling sering sadar, dan
menunjukkan perhatian terhadap detail. Sebaliknya, intuisi mengacu memiliki
firasat atau tebakan tentang sesuatu yang sulit untuk diartikulasikan, sering
melihat gambaran besar. Sering tidak jelas atau tidak jelas, biasanya tidak
sadar, misalnya, “Saya memiliki kesan buruk terhadap Joan. Saya tidak tahu
kenapa tapi saya lakukan."
c. Kombinasi
dari Sikap dan Fungsi
Dengan
menggabungkan masing-masing dari dua sikap dengan masing-masing dari empat
fungsi, delapan jenis psikologis dapat dijelaskan (Schultz & Schultz,
2009). Jung khawatir bahwa individu akan mencoba untuk menempatkannya semua
orang masuk ke dalam delapan kategori. Niatnya adalah membantu
mengklasifikasikan informasi. Untuk Jung, setiap individu memiliki pola sikap
dan fungsi yang unik yang membentuk kepribadiannya. Delapan jenis psikologis
dijelaskan sebentar di sini, berfokus hanya pada karakteristik yang paling
penting, dengan empat fungsi-fungsi yang dikombinasikan dengan sikap introvert
dan empat fungsi yang dikombinasikan dengan sikap ekstravert (Myers, McCaulley
, Quenk , & Hammer, 1998).
Introvert-Thinking:
Orang-orang seperti itu suka mengejar ide mereka sendiri dan tidak secara
khusus khawatir tentang memiliki ide-ide ini diterima. Mereka mungkin lebih
menyukai ide abstrak untuk berinteraksi dengan orang lain atau membuat rencana.
Introverted-Feeling:
Perasaan yang kuat dapat disimpan di dalam, kadang-kadang meletus dengan kuat
ekspresi. Seniman kreatif cenderung mengekspresikan perasaan mereka melalui
karya-karya mereka.
Introvert-Sensation:
Orang-orang semacam itu mungkin fokus pada persepsi dunia mereka, menghadiri
terutama untuk psikologis mereka sendiri sensasi. Mereka mungkin lebih memilih
artistik dan ekspresi kreatif untuk komunikasi verbal.
Introvert-Intuisi:
Orang tipe ini mungkin mengalami kesulitan berkomunikasi mereka sendiri,
wawasan dan intuisi karena mereka mungkin diri mereka sendiri mengalami
kesulitan dalam memahami pikiran dan gambar mereka sendiri.
Extraverted-Thinking:
Meskipun prihatin dengan dunia luar, orang-orang seperti itu dapat mencoba
untuk memaksakan pandangan mereka sendiri tentang dunia yang lain. Orang yang
bekerja di bidang sains dan matematika terapan dapat menggunakan pemikiran
mereka berfungsi untuk membantu memecahkan masalah nyata.
Extraverted-Feeling:
Interaksi dengan yang lain orang sering kali bisa emosional, tetapi juga cukup
ramah dan ramah di waktu lain.
Extraverted-Sensation:
Mengalami sensasi dan berpartisipasi dalam kegiatan menarik, seperti mendaki
gunung, merupakan ciri khas dari inimengetik. Mereka sering suka mengumpulkan
data dan informasi dan cenderung praktis dan realistis.
Extraverted-Intuition:
Orang-orang seperti itu menyukai hal-hal baru dan mempromosikan ide dan konsep
baru yang lain. Mereka mungkin mengalami kesulitan minat dalam satu proyek.
Meskipun ada banyak cara untuk menilai tipe psikologis, bahayanya menilai
terlalu banyak atau orang yang melakukan pigeonholing
ke dalam delapan kategori tetap ada. Jenis ini terbaik dapat dilihat sebagai
cara untuk memahami bagaimana Jung menggabungkan sikap dan fungsi kepribadian
dalam menjelaskan karakteristik individu.
d. Kekuatan
Fungsi
Karena
keempat fungsi mewakili dua polaritas, berpikir perasaan dan merasakan-intuisi,
individu mengalami semua dari empat. Namun, semuanya tidak berkembang dengan
baik pada individu. Yang paling tinggi fungsi yang dikembangkan, disebut
sebagai fungsi superior, dominan dan sadar. Fungsi paling maju kedua, fungsi
bantu, ambil ketika atasan tidak beroperasi. Fungsi yang paling tidak
dikembangkan dengan baik disebut sebagai fungsi inferior. Berbeda dengan fungsi
atasan, yang mana sadar, fungsi inferior ditekan dan tidak sadar, muncul di
mimpi dan fantasi. Biasanya ketika fungsi rasional (pemikiran atau perasaan)
sedang superior, maka fungsi non-rasional (sensing-intuiting)
akan menjadi tambahan. Itu sebaliknya juga benar.
Konsep
kekuatan fungsi atau dominasi dapat menjadi sesuatu yang sulit dipahami. Analis
Jung merasa sangat membantu untuk mengeksplorasi fungsi yang lebih rendah dari
pasien mereka yang diekspresikan dalam mimpi atau karya kreatif. Contoh berikut
menggambarkan bagaimana fungsi inferior dieksplorasi oleh individu yang
biasanya tipe pemikiran introvert.
Kasus ini tidak hanya menggambarkan penggunaan Terminologi jenis Jung tetapi
juga menghubungkannya dengan bahan arketipe, anima dalam hal ini.
Sebuah
kasus akan mengilustrasikan penggunaan fungsi inferior seperti itu. Seorang
insinyur muda yang punya keunggulan di sekolah dan di perguruan tinggi, di
bawah tekanan dari seorang ayah yang menuntut, termotivasi oleh pengalaman obat
dan teman sebaya dalam kontra budaya untuk berhenti dari pekerjaan pertamanya
setelah kuliah untuk tujuan mengeksplorasi "varietas pengalaman
religius." Dia melayang ke Pantai Barat dan hidup dalam berbagai situasi
komunal, di mana dia bereksperimen dengan perasaan seksualnya serta religiusnya.
Dia akhirnya mencoba bertukar adaptasi heteroseksual yang dominan untuk seorang
homoseksual, tetapi ia menjadi homoseksual yang paling tidak masuk akal dan
tidak berhasil, mempengaruhi cambuk, persona feminin palsu dan sikap jorok yang
kontras komik dengan yang biasanya dilindungi dan presentasi maskulin dari
Diri. Dia menjadi konyol dan tidak teratur di bawah tekanan dari percobaan ini,
dan dia dirawat di rumah sakit untuk apa yang tampaknya menjadi psikosis.
Ketika dia meminta untuk melihat "Jung," dia dirujuk dari pusat
perawatan sehari ke sebuah analis
Setelah
beberapa eksplorasi, analis menyimpulkan bahwa pasien, dalam usahanya
membatalkan tuntutan berlebihan ayahnya, telah mengubah jiwanya ke dalam. Dia
telah melarikan diri untuk fungsi inferior dalam upaya untuk menemukan bagian
dari dirinya sendiri yang ayahnya tidak bisa mengaturnya. Biasanya tipe
pemikiran introvert dengan dapat diandalkan sensasi extravert tambahan, dia
telah berubah terlebih dahulu ke introvertnya yang relatif inferior intuisi, yang
ia jelajahi melalui narkoba dan melalui partisipasi dalam kultus agama.
Kemudian kehidupan komunal telah menstimulasi perasaan ekstravena inferiornya,
yang biasanya dibawa oleh anima-nya. Ia menjadi anima-diidentifikasi,
memberlakukan bagian dari wanita perasaan ekstraverted
inferior. Yang pasti, dia mengambil balas dendam pada ayahnya dengan
memberlakukan karikatur bawah sadar dari peran "feminin" dia merasa
dirinya telah menempati relasi aslinya dengan ayahnya. Tetapi Seluruh
kompensasi, cerdas meskipun itu, merusak hidupnya dan secara psikis mendistorsi
kepribadiannya. Cukup menyedihkan, dia benar-benar seperti insinyur kompulsif
ayahnya menginginkannya.
Analis
mengambil taktik dengan lembut mendukung kembalinya pasien ke adaptasi melalui
fungsi atasannya dan diam-diam mengurungkan niat pasien eksplorasi lebih lanjut
fungsi inferiornya. Dia dengan tegas menolak yang lebih terang pendekatan
intuitif perasaan “Jung” yang diminta pertama kali oleh pasien. Dengan
pendekatan ini, kekonyolan dekat-hebephrenic pasien menghilang. Dia melanjutkan
heteroseksual berfungsi, memulihkan kepribadian introvertnya yang dominan, dan
mencari bekerja di bidang yang kurang ambisius terkait dengan teknik. (Sandner
& Beebe, 1982, hlm 315–316)
Meskipun
rumit, contoh ini menggambarkan bagaimana seorang analis Jung mungkin
menghadiri fungsi-fungsi inferior dalam memahami klien sambil mendukungnya
sikap dan fungsi berpikir introvert.
4.
Perkembangan
Kepribadian
Karena
Jung lebih mementingkan pengertian bawah sadar dan dimensi kepribadian daripada
dia dengan perkembangan kepribadian, Jung (1954d) tahapan kepribadian kurang
berkembang dengan baik dibandingkan dengan Freud atau Erikson. Ia membagi hidup
menjadi empat tahap dasar: masa kanak-kanak, remaja dan dewasa muda, usia paruh
baya, dan usia lanjut. Tahap kehidupan yang paling dia minati dan paling sering
ditulis adalah usia paruh baya.
a. Masa
kecil
Jung
(1954b) percaya bahwa energi psikis anak-anak adalah terutama naluriah- makan,
tidur, dan sebagainya. Peran orang tua adalah mengarahkan energi anak-anak
sehingga mereka tidak menjadi kacau dan tidak disiplin. Jung merasa bahwa
sebagian besar masalah masa kanak-kanak adalah karena masalah di rumah. Jika
masalah salah satu atau kedua orang tua dapat diselesaikan, maka anak-anak
tidak taat perilaku dan masalah lain akan berkurang. Fordham (1996) memiliki
ditarik pada teori hubungan objek seperti yang dijelaskan oleh Melanie Klein
untuk mengembangkan Pendekatan Jung untuk perkembangan anak. Umumnya, masa
kanak-kanak adalah waktu untuk terpisah dari orang tua dan mengembangkan rasa
identitas pribadi (Schultz & Schultz, 2009).
b. Masa
Remaja
Remaja
dapat mengembangkan berbagai masalah seperti yang mereka hadapi dengan banyak
keputusan hidup, seperti pilihan sekolah dan karier. Selanjutnya, mereka
mungkin mengalami kesulitan yang timbul dari naluri seksual, termasuk rasa
tidak aman saat berhubungan dengan jenis kelamin lainnya. Ketika mereka tumbuh
dan berkembang, mereka mungkin berharap bahwa mereka adalah anak-anak lagi,
dengan sedikit keputusan untuk dibuat. Ini konflik dan poin keputusan yang
dihadapi remaja ditangani secara berbeda, tergantung pada kecenderungan mereka
terhadap introversi atau extraversion. Untuk mengatasi dengan masalah mereka,
remaja harus mengembangkan persona yang efektif untuk ditangani dunia
berdasarkan fungsi dominan mereka sendiri daripada yang dipaksakan oleh harapan
orang tua. Ketika mereka memasuki periode dewasa muda, individu menemukan
kepribadian mereka sendiri dan mengembangkan pemahaman persona mereka sendiri.
c. Paruh
Baya
Minat
Jung di usia paruh baya mungkin dijelaskan oleh fakta itu ia mengalami krisis
paruh baya sendiri, di mana ia dengan saksama memeriksa kembali miliknya
sendiri batin dan dieksplorasi kehidupan bawah sadarnya melalui mimpi dan
kreatifnya kerja. Selain itu, banyak pasien Jung yang berusia paruh baya, telah
sukses, dan berhadapan dengan pertanyaan tentang makna hidup. Sebagai individu
menjadi mapan dalam karir mereka, keluarga mereka, dan komunitas mereka, mereka
mungkin sadar mengalami perasaan tidak berartinya atau kehilangan hidup mereka
(Jung, 1954f). Bahkan, banyak individu yang ingin menjadi analis Jung sering
melakukannya pada usia paruh baya daripada di usia 20-an, usia yang khas untuk
mereka yang mencari pelatihan di psikoterapi lainnya. Berbagai masalah bisa
terjadi ditemui pada usia paruh baya atau dalam masa transisi dari remaja ke
usia paruh baya. Misalnya, Jung mengidentifikasi si puer aeternus , pria yang
mengalami kesulitan tumbuh keluar dari masa remaja dan menjadi bertanggung
jawab sendiri, karena ia melekat tanpa disadari kepada ibunya. Istilah puella
aeterna , di mana keterikatannya adalah pada ayah, digunakan untuk wanita yang
kesulitan menerima tanggung jawab masa dewasa. Namun demikian, individu
tersebut dapat menjadi kreatif dan energik (Sharp, 1998).sia Menengah
d. Usia
Tua
Jung
percaya bahwa pada orang tua menghabiskan lebih banyak waktu dalam
ketidaksadaran mereka. Namun, Jung merasa bahwa orang yang lebih tua harus
mengabdi waktu untuk memahami pengalaman hidup mereka dan mendapatkan makna
dari mereka (Jung, 1960e). Bagi Jung, usia tua adalah waktu untuk mencerminkan
dan mengembangkan kebijaksanaan. Orang yang lebih tua sering berpikir tentang
topik kematian dan kematian, sebuah masalah tercermin dalam tulisan dan mimpi
Jung (Yates, 1999). Sebagai contoh, Goelitz (2007) menjelaskan bagaimana mimpi
bekerja dengan orang yang sakit parah dapat bermanfaat pasien-pasien ini.
Sejumlah pasien Jung adalah usia pensiun (Mattoon, 1981), mencerminkan
keyakinannya bahwa perkembangan psikologis terus berlanjut umur.
Dalam
analisis Jung, pengetahuan dan pemahaman tingkat kesadaran dan dimensi
kepribadian, serta perubahan dalam energi psikis, adalah penting. Secara
khusus, keakraban dalam berurusan dengan alam bawah sadar bahan arketipe yang
diproduksi dalam mimpi, fantasi, dan dengan cara lain adalah fokus utama.
Gambaran dari elemen-elemen teori kepribadian Jung ini terkait dengan proses
analisis Jung dan psikoterapi di bagian berikutnya.
C.
Analisis
dan Terapi Jung
Sebagian
besar terapi Jung berkaitan dengan membawa materi tidak sadar ke dalam
kesadaran. Untuk mencapai hal ini, penilaian dilakukan melalui penggunaan
proyektif teknik, instrumen obyektif yang mengukur jenis, dan penilaian bahan
mimpi dan fantasi. Hubungan terapeutik adalah hubungan yang fleksibel dengan
analis menggunakan informasi mereka tentang jiwa mereka sendiri untuk
membimbing pasien mereka dalam membawa kesadaran pribadi dan kolektif ke dalam
kesadaran. Untuk melakukan ini, banyak gunanya terbuat dari mimpi, imajinasi
aktif, dan metode eksplorasi lainnya. Bidang penyelidikan lainnya adalah
transferensi dan counter-transference
yang merujuk untuk pemeriksaan masalah hubungan yang mempengaruhi jalannya
terapi. Bagian ini hanya memberikan diskusi singkat tentang aspek-aspek penting
dari analisis Jung dan psikoterapi.
1.
Tujuan
Terapeutik
Dari
sudut pandang Jung, tujuan hidup adalah individuasi (Hall, 1986). Sebagai
disebutkan, individuasi mengacu pada realisasi sadar realitas psikologis itu
unik untuk diri sendiri. Ketika individu menjadi sadar akan kekuatan dan
keterbatasan mereka dan terus belajar tentang diri mereka, mereka memadukan
kesadaran dan bagian tak sadar dari diri mereka sendiri. Dalam deskripsi
singkatnya tentang tujuan analisis, Mattoon (1986) menjelaskan tujuan analisis
Jung sebagai integrasi sadar dan tidak sadar untuk mencapai rasa kepenuhan,
mengarah ke individuasi.
Tujuan
terapi Jung dapat bergantung pada tahap perkembangan sabar (Harris, 1996),
apakah masa kanak-kanak, remaja, setengah baya, atau usia tua. Untuk anak-anak,
tujuannya mungkin untuk membantu mereka dalam masalah yang mengganggu mereka
pola dasar diri (perkembangan normal). Pada masa remaja dan awal masa dewasa
sering ada fokus pada identitas dan pemahaman lebih banyak tentang diri seseorang
dari persona seseorang. Diusia paruh baya, tujuan dapat bergeser dari hasil
produktif pragmatis hidup dan bertanggung jawab untuk keluarga yang kurang
material dan lebih spiritual aspek kehidupan seseorang. Untuk orang yang
berusia 70 tahun atau lebih, melihat kehidupan sebagai keseluruhan proses dan
mengembangkan ketenangan adalah beberapa tujuan terapi. Tentu saja, individu
mungkin memiliki tujuan lain juga, tetapi ini adalah yang umum yang terkait
tahapan dalam rentang kehidupan.
2.
Analisis,
Terapi, dan Konseling
Meskipun
para penulis tidak sependapat dalam definisi mereka tentang analisis Jung,
psikoterapi, dan konseling, istilah analist Jung disediakan untuk mereka yang
secara resmi dilatih di lembaga yang disertifikasi oleh Asosiasi Internasional
untuk Psikologi Analitik. Dalam kontras psikoterapi Jung dengan analisis Jung,
Henderson (1982) percaya analisis lebih intensif daripada psikoterapi,
melibatkan beberapa sesi seminggu selama jangka waktu yang panjang. Untuk
Henderson, psikoterapi lebih singkat, memungkinkan terapis untuk memberikan
intervensi krisis dan untuk memenuhi kebutuhan mendesak untuk wawasan
psikologis. Sebaliknya, Mattoon (1981) melihat tidak ada perbedaan yang jelas
antara psikoterapi dan analisis dalam hal metode atau konten. Namun, ia
mengakui bahwa banyak analis Jung percaya analisis itu lebih banyak membahas
materi yang tidak disadari, terutama mimpi, daripada terapi. Berkenaan dengan
konseling, M.attoon melihat konselor yang biasanya bekerja lebih sedikit bahan
tidak sadar dari terapis atau analis. Mungkin alasan untuk variasi ini pendapatnya
adalah bahwa analist Jung sendiri memiliki latar belakang yang beragam
(Psikologi, pekerjaan sosial, pelayanan, atau pekerjaan yang tidak terkait
dengan membantu profesi). Banyak yang menjadi analis di usia 30-an atau 40-an
sebagai “dual-carrier”(Hall, 1986). Secara umum, semakin banyak pemaparan yang
dilakukan konselor dan psikoterapis harus menekan Jung pada ketidaksadaran
melalui mereka analisis sendiri dan pelatihan khusus, semakin mungkin mereka
merasa nyaman menggunakan material tidak sadar dalam pekerjaan mereka.
3.
Asesmen
Metode
yang digunakan oleh analist Jung untuk penggunaan mimpi mereka sendiri.
Meskipun Jung memiliki beberapa ukuran standar kepribadian yang tersedia, ia
menggunakan berbagai cara untuk memahami pasiennya. Ketika sistem klasifikasi
diagnostik dikembangkan (Diagnostik dan Statistik Manual [DSM] II, III, dan
IV-TR), ada beberapa upaya terbatas untuk menghubungkan tipologi Jung dengan
kategori diagnostik dan banyak kritik terhadap DSM-IV (Ekstrom & PDM Task
Force, 2007). Penjelasan Jung tentang empat metode pemahaman pasien (asosiasi
kata, analisis gejala, sejarah kasus, dan analisis ketidaksadaran) dapat
diletakkan dalam perspektif terbaik melalui pemahaman pendekatan subjektif dan
manusiawi terhadap terapi.
Diagnosis
klinis sangat penting karena dokter atau analist mendapat gambaran tertentu
tentang gejala atau apa yang di alami oleh pasien. Jung menjelaskan empat
metode pembelajaran tentang pasien. Pertama, metode asosiasi kata yang ia
kembangkan dalam karyanya dengan Riklin (Jung, 1973) menyediakan cara untuk
menemukan gangguan yang mungkin mengganggu individu (p. 157) dan memungkinkan
eksplorasi alam bawah sadar. Kedua, hipnosis digunakan untuk mengembalikan
ingatan menyakitkan. Disebut analisis gejala, Jung merasa itu bermanfaat hanya
untuk gangguan stres pasca trauma. Ketiga, sejarah kasus digunakan untuk
menelusuri perkembangan historis gangguan psikologis. Jung menemukan bahwa
metode ini sering membantu pasien dalam membawa perubahan sikap (Jung, 1954a,
hal. 95). Metode keempat, analisis ketidaksadaran adalah yang paling signifikan
bagi Jung. Untuk digunakan hanya ketika isi yang disadari habis, pendekatan
untuk penjelajahannya bervariasi, biasanya termasuk perhatian pada bahan pola
dasar pasien yang terkait dalam fantasi dan mimpi. Dalam kasus berikut, Jung
memberi contoh bagaimana dia menggunakan mimpinya sendiri tentang seorang
pasien (dan dengan demikian ketidaksadarannya) untuk memajukan analisis pasien.
Menggunakan dan menafsirkan mimpi mereka sendiri adalah metode yang digunakan
oleh beberapa terapis psikoanalitik dan Jung (Spangler, Hill, Mettus, Guo,
& Heymsfield, 2009).
Meskipun
Jung menggunakan pendekatan yang sangat pribadi untuk memahami klien, teorinya
tentang kepribadian telah berdampak pada pengembangan dua teknik projektif yang
signifikan: Tes Rorschach dan Tes Apersepsi Tematik (TAT). Sebagaimana
dinyatakan oleh Ellenberger (1970), Hermann Rorschach tertarik pada tipologi
Jung, terutama introversi dan fungsi ekstraversi karena terkait dengan
pengembangan Rorschach Psychodiagnostic Inkblot Test. Dari beberapa metode yang
telah digunakan untuk menilai Rorschach, salah satu yang lebih dikenal
dikembangkan oleh Bruno Klopfer, seorang analist Jung.
Tiga
ukuran objektif dari jenis telah dikembangkan: Survei Jenis Jungang
Gray-Wheelwright (GW; Wheelwright, Wheelwright, & Buehler, 1964), Jenis
Indikator Myers-Briggs (MBTI; Myers, McCaulley, Quenk, & Hammer, 1998), dan
Inventory of Personality Singer-Loomis (SLIP; Singer & Loomis, 1984). GW
telah digunakan selama lebih dari 50 tahun oleh beberapa analist Jung,
sedangkan SLIP telah dikembangkan dalam 20 tahun terakhir. Sejauh ini yang
paling banyak dikenal adalah MBTI, yang digunakan oleh banyak konselor dan
membantu para profesional untuk membantu individu dalam memahami bagaimana
mereka membuat keputusan, merasakan data, dan berhubungan dengan dunia dalam
atau luar mereka (Sharf, 2010). MBTI sering digunakan tanpa menghubungkan konsep-konsepnya
dengan teori Jung yang lebih luas. Baik GW dan MBTI menggunakan asumsi bipolar,
sedangkan SLIP tidak (Arnau, Rosen, & Thomson, 2000).
4.
Hubungan
Terapeutik (Therapeutic Relationship)
Menerima
pasien gangguan psikologis dan proses tidak sadarnya sangat penting untuk Jung.
Bahkan, dia sering terpesona oleh pasien yang sangat terganggu yang telah
dirawat di rumah sakit dengan psikosis selama bertahun-tahun. Jung melihat
profesiya sebagai seorang analist berarti harus menggunakan pengalaman pribadi
untuk membantu pasien, karena menurutnya proses yang sulit adalah menjelaskan
tentang sifat manusia.
Dibutuhkan
pelatihan untuk menangani pasien. Seorang dokter harus dapat mengerti tentang
dirinya sebelum dapat membantu pasien dengan segala masalah yang akan dihadapi.
Dalam analisis pelatihan, dokter harus belajar untuk mengetahui psikisnya
sendiri dan menganggapnya serius. Jika dokter tidak bisa melakukannya, pasien
tidak akan belajar juga. (Jung, 1961, hal. 132).
Pendekatan
penting Jung untuk terapi adalah kemanusiaan. Ini dapat dilihat dalam konsep
“penyembuh yang terluka” (Samuels, 2000; Sharp, 1998). Analist tersentuh oleh
rasa sakit pasien (kekuatan yang marah dan menyakitkan diwakili oleh bayangan).
Ini sama dengan merasakan apa yang pasien rasakan agar dapat megerti dan
menemukan jalan keluar untuk masalah pasien.
Tentu
saja, seorang dokter harus akrab dengan apa yang disebut "metode."
Tapi dokter harus menjaga agar tidak jatuh ke dalam pendekatan rutin tertentu.
Secara umum orang harus waspada terhadap asumsi teoritis. Seorang analist harus
ingat terhadap perbedaan individu dan faktor pengecualian. Ada individu yang
mampu bercerita dan menjelaskan masalah dengan baik, namun ada beberapa pasien
tidak. Jadi tidak semua pasien bisa dianalisis dengan assosiasi bebas. Kami
membutuhkan bahasa yang berbeda untuk setiap pasien. Dalam satu analisis saya
dapat didengar berbicara dialek Adlerian, di lain Freudian. (Jung, 1961, hal.
131)
5.
Tahapan
Terapis (Stage of Therapy)
Jung
menguraikan empat tahap (G. Adler, 1967, p. 339; Jung, 1954c). Tahap pertama
adalah katarsis, yang mencakup pengakuan rahasia intelektual dan emosional.
Yang kedua, penjelasan, atau interpretasi, meminjam dari Freud dan sangat
bergantung pada interpretasi hubungan transferensi. Tahap ketiga memanfaatkan
beberapa wawasan Alfred Adler yang berfokus pada kebutuhan sosial individu dan
perjuangan mereka untuk keunggulan atau kekuasaan. Pada titik ini, ada
kebutuhan untuk pendidikan sosial atau menghubungkan masalah pasien dengan
masyarakat. Tahap keempat, "transformasi" atau "individuasi,"
melampaui kebutuhan yang harus dipenuhi secara sosial untuk fokus pada
pemahaman individu tentang pola unik mereka dan kepribadian individu mereka.
6.
Mimpi
dan Analisis
Bagi
Jung, penafsiran mimpi adalah inti dari analisis. “Mimpi bukan sekadar
reproduksi kenangan atau abstraksi dari pengalaman. Mereka adalah manifestasi
tak disadari dari kreativitas tak sadar” (Jung, 1954a, hlm. 100). . Dia
membedakan antara mimpi "kecil" dan "besar". Lebih umum
daripada mimpi besar, mimpi kecil datang dari ketidaksadaran pribadi dan sering
merupakan cerminan dari aktivitas sehari-hari. "Mimpi yang signifikan, di
sisi lain, sering diingat untuk seumur hidup, dan tidak jarang terbukti menjadi
permata terkaya di rumah harta karun pengalaman psikis" (Jung, 1960c, hal.
290).
a. Material
Mimpi (dream material)
Sumber dari
mimpi sendiri sangatlah beragam, mungkin di dalamnya termasuk, pengalaman yang
terjadi secara sadar atau tidak sadar. Namun, kadang-kadang mimpi berasal dari
rangsangan fisik (seperti saat ingin buang air kecil). Sumber mimpi tidak
penting; apa yang penting adalah makna yang dimiliki oleh gambar untuk si
pemimpi (Mattoon, 1981). Untuk mengingat mimpi cara yang data dilakukan adalah
menulis mimpi tersebut pada jurnal mimpi sesaat setelah bangun. Karena orang
akan melupakan apa yang terjadi dalam mimpi sesaat setelah individu terbangun.
Banyak informasi tentang mimpi yang dapat diingat, termasuk detail-detail
kecil, harus dicatat, karena detailnya sering secara simbolis signifikan dan
dapat mengubah mimpi kecil yang ada menjadi mimpi yang signifikan (Harris,
1996). Bahkan sebelumnya Jung sudah membedakan mimpi menjadi “kecil” dan
“besar”.
b. Struktur
Mimpi
Meskipun
narasi mimpi bervariasi namun sebagian besar dari mimpi tersebut memiliki
elemen-elemen seperti yang dijelaskan oleh Jung (Jung, 1961, hlm. 194–195).
Narasi mimpi dimulai dengan eksposisi yang menggambarkan tempat mimpi, karakter
utama dalam mimpi, hubungan si pemimpi dengan situasi, dan terkadang waktu.
Bagian kedua dari mimpi adalah pengembangan plot, indikasi ketegangan dan
konflik yang berkembang dalam mimpi. Bagian ketiga adalah acara yang
menentukan, dimana terjadi kejanggalan dalam mimpi.
c. Interpretasi
Mimpi
Tujuan
Jung dalam penafsiran mimpi adalah untuk mengaitkan makna simbolis mimpi dengan
situasi sadar pasien (Jung, 1960c). Bagaimana analis mimpi melakukan pendekatan
pada mimpi-mimpi berneda-beda. Terkadang gambar yang muncul dalam mimpi
merupakan cerminan aktifitas pribadi. Selanjutnya, ia mencari kesinambungan di
antara gambar-gambar mimpi atau pola-pola mimpi dan memperhatikan makna
subjektif atau obyektif dari gambar-gambar di dalam mimpi.
Mimpi
yang mengungkapkan hubungan pribadi adalah hubungan yang berhubungan dengan
kehidupan nyata pemimpi. Mimpi seperti itu mungkin perlu ditafsirkan tidak
hanya dalam hal kejadian sehari-hari seorang individu tetapi juga dalam hal
informasi tentang keluarganya, masa lalu, teman, dan latar belakang budaya.
Berbeda
dengan materi mimpi yang memiliki banyak asosiasi pribadi, mimpi yang
menunjukkan asosiasi pola dasar mengandung materi yang mencerminkan
ketidaksadaran kolektif daripada ketidaksadaran pribadi. Karena arketipe
memiliki bentuk, tetapi bukan konten, analis harus menggunakan pengetahuan
mereka tentang simbolisme yang hadir dalam mitologi, cerita rakyat, dan agama.
Dengan pengetahuan ini, analis dapat memperluas makna materi kepada pasien
melalui proses amplifikasi.
Fitur
penting lainnya dalam menafsirkan mimpi adalah untuk menentukan apakah gambar
dalam mimpi harus diperlakukan secara obyektif atau subyektif. Dalam interpretasi
obyektif, benda-benda dan orang-orang dalam mimpi mewakili diri mereka sendiri.
Dalam interpretasi subjektif, setiap objek atau orang mewakili bagian dari si
pemimpi. Sebagai contoh, seorang wanita yang bermimpi berada di restoran dan
berbicara dengan pria yang aneh dapat melihat pria dalam mimpi itu sebagai
representasi animusnya (Jung, 1960a). Secara umum, Jung merasa interpretasi
obyektif biasanya tepat ketika orang-orang dalam mimpi itu penting bagi si
pemimpi.
d. Fungsi
Kompensasi dari Mimpi
Jung
percaya bahwa kebanyakan mimpi adalah kompensasi dan bagian dari proses
mengatur kepribadian individu (Whitmont, 1991). Pertanyaannya adalah apa yang
dilakukan mimpi bagi si pemimpi. Dengan membawa alam bawah sadar dari mimpi ke
dalam kesadaran, si pemimpi mungkin dapat menentukan tujuan dari mimpi itu.
Mimpi dapat mengompensasi kesadaran dengan menegaskan, menentang,
melebih-lebihkan, atau dalam beberapa cara lain yang berkaitan dengan
pengalaman sadar. Namun, tidak semua mimpi memiliki fungsi kompensasi. Beberapa
mimpi dapat mengantisipasi peristiwa atau tindakan di masa depan, dan yang
lainnya mewakili peristiwa traumatis dari ketidaksadaran.
7.
Imaginasi
Aktif
Analisis
Jung sering mencari berbagai cara untuk memungkinkan konten unconscious baru untuk muncul ke kesadaran.
Imajinasi aktif sebagai suatu cara yang dapat membantu proses tersebut. Tujuan
utamanya adalah membiarkan kompleks dan komponen emosional mereka muncul dari
ketidaksadaran ke kesadaran (Matton, 1981, hal. 238). Imajinasi aktif sering dilakukan
dengan melakukan percakapan khayalan dengan sosok manusia atau bukan manusia
yang mungkin disarankan oleh mimpi atau fantasi. Pendekatan ini berbeda dengan
berfantasi secara pasif tentang pengalaman atau gambar, karena dapat
memperdalam dari waktu kewaktu dan mencakup beberapa masalah pasien. Imajinasi
aktif paling sering dilakukan dengan simbol yang mewakili seperti anima atau
animus. Untuk menggunakan pendekatan ini, pasien harus memiliki banyak
pengalaman dengan terapi analitik, tetapi masih mungkin sulit untuk dipelajari.
Dalam membahas kontratransferensi, Schaverien (2007) menjelaskan bagaimana
terapis dapat lebih memahami isu-isu yang berkaitan dengan kontratransferensi
dengan menggunakan citra aktif dirinya sendiri. Dengan cara ini, analist Jung
mengizinkan imajinasi pasiennya untuk memberikan gambaran visual atau
pendengaran dari ketidaksadarannya kekesadarannya, yang kemudian pasien
berdialog didalam dirinya. Bila diperlukan, analist mendiskusi pengalaman ini
dengan pasien sehingga pasien dapat menggunakan diskusi ini untuk membawa bahan
lain dari alam bawah sadar ke kesadaran
8.
Teknik
Lain-lain
Analisis
Jung dapat menggunakan berbagai teknik-teknik kreatif untuk membantu proses
sadar memasuki kesadaran. Contohnya terapi tari dan gerakan, puisi, dan karya
seni. Pasien dapat menggunakan ekspresi artistiknya tanpa sadar dengan apa yang
mereka ciptakan dan dengan nilai simbolis. Menggunakan teknik Gestalt yaitu
berbicara dengan orang yang dibayangkan di kursi kosong mungkin adalah cara
lain untuk mengakses materi tidak sadar. Metode yang digunakan dengan anak-anak
dan orang dewasa adalah sandtray,
sebuah bak pasir dengan angka kecil dan bentuk-bentuk yang dapat diberikan oleh
individu. Castellana dan Donfrancesco (2005) menunjukkan bahwa angka-angka dan
benda-benda yang orang memilih untuk menempatkan di sandtray mewakili aspek-aspek kepribadian seseorang, biasanya
aspek-aspek dari alam bawah sadar pasien. Berbagai pendekatan yang digunakan
para analist Jung tergantung pada pelatihan mereka dan kebutuhan pasien mereka.
9.
Transference dan Counter-transference
Sumber
transferensi dan countertransference
adalah proyeksi, proses dimana karakteristik satu orang bereaksi seolah-olah
mereka milik objek atau orang lain. Ketika pasien memproyeksikan aspek diri mereka
sendiri atau orang lain yang signifikan terhadap analist, ini disebut transferensi.
Ketika analis memproyeksikan perasaan atau karakteristik bawah sadar mereka ke
pasien, itu disebut countertransference.
Baik transferensi dan countertransference
dapat menjadi negatif, seperti ketika pasien atau analis merasa frustrasi
dengan jalannya terapi, dan sumber frustrasi adalah karakteristik pengalaman
individu, seperti argumen dengan orang tua. Demikian juga, transferensi dan countertransference dapat menjadi
positif, seperti ketika hubungan yang hangat dengan ibu diproyeksikan ke orang
lain. Salah satu aspek transferensi dan countertransference
yang unik untuk analisis Jung adalah penekanan pada proyeksi tidak hanya
pengalaman pribadi tetapi juga pola dasar dari ketidaksadaran kolektif (Perry,
2008)
Pandangan
Jung tentang transferensi dan countertransference
sangat berubah sepanjang lebih dari 50 tahun tulisannya. Selama itu dia sangat
dipengaruhi oleh Freud, dia umumnya setuju dengan Freud yang bekerja dengan
isu-isu transferensi adalah bagian penting dari penyembuhan dalam analisis.
Ketika Jung mengabdikan studinya untuk arkhetipe dan simbol mereka, dia mulai
merasa bahwa transferensi pribadi tidak penting dalam analisis dan dapat
dihindari. Bagaimanapun, ia mulai percaya bahwa transferensi memiliki dimensi archetypal dan mencurahkan banyak usaha
(Jung, 1954e) untuk mendeskripsikan material pola dasar yang dapat
diproyeksikan ke terapis.
Untuk
mengilustrasikan peran transferensi dan countertransference
dalam analisis Jung, contoh berikut dari seorang analist wanita yang bekerja
dengan seorang wanita yang mengalami kecemasan intens yang timbul karena
dikritik dan diremehkan oleh ibunya (Ulanov, 1982) menunjukkan beberapa masalah
penting. Ulanov menggambarkan pasiennya sebagai kurang percaya diri dan
memiliki banyak kemarahan yang ditekan yang secara bertahap direalisasikan
sebagai analisis berlangsung.
D.
PSYCHOLOGICAL
DISORDER
Menggambarkan
pendekatan Jung pada berbagai masalah psikopatologi diagnostik sulit karena
berbagai alasan. Sebagian besar psikoterapi dan analisis Jung berlangsung
selama beberapa tahun dan berhubungan dengan representasi pola dasar dalam
ketidaksadaran daripada perilaku yang terkait dengan klasifikasi diagnostik.
Selain itu, beberapa analist Jung menggabungkan teori hubungan objek atau
psikologi diri Kohut dengan pendekatan Jung pada ketidaksadaran, sehingga sulit
untuk memisahkan analisis Jung dari pendekatan lain. Sulit untuk memahami
pendekatan Jung terhadap analisis tanpa pengetahuan tentang mitologi dan budaya
rakyat dan keakraban dengan berbagai macam arkhetipe yang dirujuk oleh analis
Jung. Dengan demikian, informasi tentang empat kategori diagnostik yang
disajikan di sini tidak menunjukkan bagaimana semua analis Jung akan bekerja
dengan gangguan ini, tetapi ini mengilustrasikan berbagai pendekatan konseptual
dan terapeutik.
1.
Depression:
Young Woman
Dalam
terapi Jung, depresi ditangani dengan cara yang unik tergantung pada sifat
mimpi dan material lain yang dibawa pasien pada sesi. Dalam hal ini, seorang
wanita yong sedang berduka atas kematian kakaknya 10 tahun sebelumnya dan
kehilangan hubungan romantis. Linda Carter (Cambray & Carter, 2004) menjelaskan
bagaimana dia memandang hubungan kliennya dengan "orang lain"
(saudara laki-laki klien dan mantan pacar). Carter melihat “orang lain” ini
sebagai mungkin membantu mengarahkan roh-roh atau mengganggu sebagai hantu.
Pandangan ini mengungkapkan sifat spiritual dari analisis Jung. Penjelasan
Carter menunjukkan sifat hubungannya dengan pasiennya dan bagaimana dia
membantu klien dengan kehilangan relasinya yang penting.
2.
Anxiety
Neurosis: Girl
Analist
Jung berbeda dalam peran yang dimainkan oleh alam bawah sadar dalam
konseptualisasi dan perawatan pasien. Kasus ini menunjukkan bagaimana
ketidaksadaran Jung adalah bagian penting dari pekerjaannya dengan seorang
wanita dengan gangguan kecemasan. Sebelum Jung mendengar tentang wanita muda
ini yang akan dia temui keesokan harinya, dia bermimpi dimana seorang gadis
muda yang tidak dikenal datang kepadanya sebagai seorang pasien. Jung bingung
oleh wanita dalam mimpi itu dan tidak mengerti apa yang ada dibalik masalahnya.
Tiba-tiba dia menyadari bahwa dia memiliki kompleks yang tidak biasa tentang
ayahnya. Deskripsi kasus Jung menunjukkan pentingnya atribut untuk
spiritualitas terapis dan pasien dalam kesehatan psikologis.
Ketergantungan
Jung pada kesadaran bawah sadarnya tentang kecemasan pasien memungkinkannya untuk
sampai ke akar masalah. Memiliki mimpi tentang pasien atau kejadian sebelum
bertemu pasien atau sebelum kejadian itu tidak biasa bagi Jung. Jung mengamati
banyak kebetulan yang tidak memiliki hubungan sebab-akibat. Jung menggunakan
istilah sinkronisitas untuk menggambarkan peristiwa yang terkait dalam maknanya
tetapi tidak dalam tujuan mereka (Hogenson, 2009; Utama, 2007).
Peristiwa-peristiwa semacam itu berkontribusi pada minatnya dalam
parapsikologi.
3.
Borderline
Disorder: Ed
Dalam
menulis tentang proses batas, Schwartz-Salant (1989, 1991) menekankan
pentingnya simbolisme pola dasar. Dia menemukan simbolisme alkimia menjadi
sangat berguna, khususnya gagasan koniunctio, berdasarkan konsep kesatuan dalam
alkimia. Bagi Schwartz-Salant, pasien dari daerah perbatasan mungkin sulit
untuk berkomunikasi, karena mereka mungkin mengekspresikan diri bukan melalui
perasaan pribadi tetapi melalui pola dasar mereka. Contohnya seperti kasus Ed,
ia seorang pria berusia 38 tahun yang cerdas tetapi ia dapat menghabiskan berjam-jam
merenungkan mengapa seseorang telah memperlakukannya dengan cara tertentu. Dia
sering mengkritik moralitas perilakunya sendiri dan perilaku orang lain. Dalam
membantu Ed, Schwartz-Salant berhubungan dengan pola dasar yang dimiliki oleh
Ed. Sehingga membuat Ed sadar akan tema-tema tipikal dan transferensi yang
paling penting.
4.
Psychotic
Disorder: Patient
Dalam
pelatihan awalnya dengan Bleuler, Jung memiliki kesempatan untuk bekerja dengan
banyak pasien psikotik. Dia sangat tertarik pada kata-kata yang mereka katakana
dengan tidak koheren. Dia mendengar ekspresi pasien skizofrenia sebagai
verbalisasi materi bawah sadar. Meskipun tidak akrab dengan simbolisme, pasien
dijelaskan, lebih dari suatu periode, sebuah pusat berunsur empat, simbol
mandala. Dalam proses psikotiknya, Perry melihat tema kematian dan kelahiran
kembali karena terkait dengan dominasi orang tua dalam pengembangan individu.
Bagi Perry, verbalizations psikotik tidak berasal dari paparan budaya seseorang
tetapi dari ketidaksadaran kolektif. Dia memberikan sebagai bukti terjadinya
spontan simbol mandala, tidak hanya dengan pasien ini tetapi dengan yang lain.
Baginya, symbol mandala memberikan dukungan bahwa Diri adalah pusat jiwa bagi
semua orang (Perry, 1987).
E.
TERAPI
SINGKAT (BRIEF THERAPHY)
Analisis
Jung yang panjang dan bervariasi, tergantung pada kebutuhan pasien dan
pendekatan analis. Analis yang menggunakan pendekatan perkembangan,
menggabungkan teori Jung dengan teori hubungan objek, kemungkinan akan bertemu
dua kali atau lebih per minggu, sedangkan mereka yang mengikuti model Jung yang
lebih klasik dapat bertemu sekali atau kadang dua kali seminggu. Durasi juga
bervariasi, terkadang kurang dari setahun dan sering bertahun-tahun. Tidak
biasa bagi analysands untuk
meninggalkan analisis untuk jangka waktu tertentu dan kembali lagi nanti.
Namun, tidak ada pendekatan singkat atau terbatas waktu untuk analisis Jung.
Harris (1996) menyatakan bahwa kerangka acuan Jung dapat digunakan untuk terapi
singkat jika masalahnya terbatas dalam ruang lingkup.
F.
TREND
SAAT INI (CURRENT TRENDS)
Dalam
menggambarkan pemikiran pasca-Jung, Samuels (1997) mengelompokkan penulis
analitis menjadi tiga kategori yang tumpang tindih: pengembangan, klasik, dan
pola dasar. Sekolah pengembangan analisis Jung yang berbasis di Inggris,
menggabungkan pemikiran Jung dengan banyak teori hubungan objek seperti Klein
dan Winnicott (Solomon, 2008). Pekerjaan Fordham (1996) adalah contoh yang
bagus dari teori ini dorongan. Sekolah klasik memanfaatkan ide-ide Jung ketika
ia menulisnya; saya menyeimbangkan masalah perkembangan dengan penekanan pola
dasar tetapi cenderung mengabaikan masalah transferensi dan kontratransferensi
(Hart, 2008). Sekolah dasar terbaik dicontohkan oleh Hillman (1989, 1997, 2004),
hadir untuk berbagai macam arketipe daripada menekankan persona, anima-animus,
dan bayangan (Adams, 2008). Dalam The Archetypal Imagination, Hollis (2000)
menunjukkan bagaimana imajinasi dapat memiliki fungsi penyembuhan yang
didasarkan pada akar universal (pola dasar).
Haucke
(2000) menunjukkan bagaimana psikologi Jung memberikan pandangan baru pada
modern budaya di berbagai bidang seperti arsitektur, histeria, dan psikosis.
Penulis yang menganut teori Jung mengambil pendekatan postmodern terhadap sains
yang luas dan inklusif Ide Jung. Beebe (2004) berpendapat bahwa dialog antara
pasien dan Jungian terapis adalah kesempatan untuk menguji pandangan dunia dan
memperbesar pandangan itu. Beebe melihat dialog terapeutik sebagai dialog dimana
pandangan dunia dapat direplikasi berdasarkan pengalaman. Wilkinson (2004)
mengambil sudut pandang yang lebih biologis, melihat Teori Jung sebagai
perspektif yang valid pada hubungan pikiran-otak-diri. Pandangan luas sains ini
menemukan tempat bagi teori kepribadian Jung dan psikoterapi.
G.
MENGGUNAKAN
KONSEP-KONSEP JUNG DENGAN TEORI LAIN
Hubungan
dekat Jung dengan Freud selama masa awal kehidupan profesionalnya, banyak
persamaan antara dua teori itu ada. Analis Jung sering menemukannya bermanfaat
untuk memanfaatkan konsep-konsep perkembangan anak-anak Freud. Banyak Jungians,
sering disebut sebagai perkembangan atau sekolah British analisis Jung, telah
tertarik pada karya teori lampiran (Knox, 2009) dan teori hubungan objek yang
lebih lanjut memeriksa perkembangan masa kanak-kanak.
Meskipun
psikodinamik teori-teori terapi yang paling erat terkait dengan analisis Jung,
analist Jung miliki juga memanfaatkan teknik pengesahan gestalt seperti kursi
kosong, yang dapat membawa material tak sadarkan diri ke dalam kesadaran sadar.
Mereka yang bukan analis Jung tetapi menggunakan hubungan objek atau
psikoanalitik lainnya teori dapat menemukan konsep Jung dari bentuk arketipe
menjadi berguna dan untuk memberikan wawasan baru ke dalam perilaku tidak
sadar.
Penggunaan
konsep ini memang membutuhkan pengetahuan tentang formasi pola dasar simbol tak
sadar dan arketipe kolektif. Morey (2005) memperingatkan tentang kesulitan
dalam mencoba mengintegrasikan hubungan objek dan teori Jung. Lebih mudah untuk
diintegrasikan adalah pengertian Jung tentang kompleks, yang lebih luas dan
lebih komprehensif daripada Freudian. Selain itu, penekanan Jung pada paruh
kedua kehidupan mungkin sangat berharga bagi para ahli terapi psikodinamik yang
bekerja dengan yang lebih tua pasien. Donahue (2003) menggunakan contoh-contoh
kasus untuk menunjukkan bagaimana perkembangan ego dan teori hubungan manusia
dapat dikombinasikan dengan terapi Jung.
Untuk
profesional kesehatan mental yang tidak menggunakan konsep psikodinamik dalam
pekerjaan mereka, penerapan tipologi sikap dan fungsi dari Jung membantu dalam
menyediakan sarana untuk memahami kepribadian seseorang. Sikap introversi dan
extraversion mengingatkan terapis untuk memperhatikan dunia dalam dan luar
pasien. Tipologi Jung juga memberikan wawasan bagaimana individu melihat dunia
mereka (merasakan atau intuisi) dan bagaimana mereka membuat penilaian atau
keputusan (pemikiran atau perasaan). Konsep-konsep ini dapat diukur melalui
beberapa instrumen, termasuk Indikator Tipe Myers-Briggs (MBTI) dan inventaris
lain, tetapi mereka tidak memberikan informasi mendalam yang diperoleh sesi
terapi. The MBTI dan sikap dan fungsi kepribadian adalah digunakan secara luas
oleh banyak profesional yang membantu. Konsep-konsep ini relatif mudah untuk
memahami dan tidak memerlukan pelatihan dan pengawasan khusus (biasanya
termasuk analisis pribadi) yang diperlukan dalam bekerja dengan tidak bahan sadar.
H.
RISET
Meskipun
Jung menggunakan tes asosiasi kata untuk mempelajari konsep kompleksnya, dia
menggunakan bukti dari mitos, cerita rakyat, dan mimpi pasien untuk
memastikannya hipotesis tentang sebagian besar konsepnya. Mungkin ulasan paling
menyeluruh tentang penelitian tentang berbagai konsep Jung dan hipotesis
dilakukan oleh Mattoon (1981), yang menggambarkan bukti yang relevan dengan
banyak konstruksinya. Sebagian besar penelitian yang berkaitan dengan pemikiran
Jung telah ada dalam sistem tipologis sikap dan fungsi. Ada penelitian yang
tersebar tetapi tidak ada upaya penelitian yang koheren dengan konsep lain.
Analisis Jung mungkin merupakan tipe yang paling sulit pengobatan untuk menilai
dalam hal efektivitas karena proses terapeutik panjang, hasil dan langkah-langkah
proses perlu berurusan dengan konsep yang terkait dengan ketidaksadaran pribadi
dan kolektif, dan pendekatan analist Jung berbeda secara luas dalam hal gaya
dan integrasi teori lain. Sebagian besar bagian ini berkonsentrasi pada studi
yang berkaitan dengan konsep kepribadian Jung, khususnya, sikap dan fungsi.
Tiga
inventaris telah dikembangkan untuk mengukur tidak hanya introversionextraion
tetapi juga fungsi pemikiran, perasaan, penginderaan, dan intuisi:
Gray-Wheelwright Jungian Type Survey (Wheelwright, Wheelwright, & Buehler,
1964), Indikator Tipe Myers-Briggs (Myers, McCaulley , Quenk , & Hammer,
1998), dan Inventory of Personality Singer-Loomis (SLIP; Singer & Loomis,
1984; Arnau , Rosen, & Thompson, 2000). Dalam hal penggunaan sebagai
penelitian instrumen, MBTI telah menerima lebih banyak perhatian daripada dua
lainnya. Sebagai contoh, MBTI memiliki ukuran sampel yang berkisar antara
15.000 dan 25.000 dari perkiraan dibuat tentang persentase wanita (75%) di
Amerika Serikat yang lebih suka perasaan untuk berpikir, dan persentase pria di
Amerika Serikat (56%) yang lebih memilih berpikir untuk merasakan. Di antara
penduduk asli Amerika dan Afrika Amerika siswa SMA, tampaknya ada preferensi
untuk extraversion, sensing, dan berpikir (Nuby & Oxford, 1998). Dalam
sebuah studi dari 200 Australia dan Orang dewasa Kanada, fitur memotivasi untuk
extravert adalah perhatian sosial
yang mereka terima sebagai hasil dari perilaku mereka (Ashton, Lee, &
Paunonen, 2002). MBTI juga telah menjadi subjek penelitian yang identik dan
persaudaraan kembar dibesarkan terpisah (Bouchard, Hur, & Horn, 1998)
menunjukkan extraversion, introversi,
dan pemikiran-perasaan khusus ditemukan serupa pada kembar yang dibesarkan
terpisah. Berkaitan dengan tipologi MBTI dengan teori Jung, Cann dan Donderi
(1986) menemukan korelasi antara tipe dan ingatan "kecil" dan arkhetipe
mimpi, dengan tipe intuitif mengingat lebih banyak mimpi archetypal dan introvert
mengingat kembali mimpi sehari-hari. Mengenai pengalaman mimpi, Jacka (1991)
menemukan bahwa siswa yang intuitif melihat mimpi mereka sebagai lebih
emosional intens dan mengganggu daripada siswa yang mendapat nilai tinggi pada
penginderaan. Studi semacam itu menggambarkan berbagai karakteristik fisik dan
psikologis yang terkait dengan tipe MBTI.
Dibandingkan
dengan studi yang berhubungan dengan berbagai faktor dalam populasi normal,
penelitian pada pasien cukup jarang. Mempelajari mimpi 12 anorektik dan
penderita bulimia, Brink dan Allan (1992) membandingkan konten mimpi dengan 11
normal wanita menggunakan skala 91-item. Mereka menemukan bahwa wanita yang
mengalami gangguan makan memiliki lebih banyak skenario mimpi yang
menggambarkan malapetaka di akhir mimpi, sikap tidak bisa berhasil dan gambar
diserang dan ditonton. Makan tidak teratur perempuan mendapat skor lebih tinggi
dari wanita normal secara psikologis ciri-ciri perasaan ketidakefektifan,
kebencian pada diri sendiri, ketidakmampuan untuk merawat diri mereka sendiri,
obsesi dengan berat badan, dan kemarahan. Para penulis menyarankan bahwa analist
bekerja dengan wanita yang tidak teratur menangani luka ibu-anak sebagai cara
bergerak menuju pengembangan Diri. Mereka memperingatkan agar tidak menyalahkan
ibu pasien sambil menjelajahi arkhetipe dari Ibu Baik dan Ayah yang baik. Dalam
sebuah studi dari enam wanita didiagnosis dengan anoreksia, Austin (2009)
menunjukkan bahwa agar para wanita ini menjadi lebih baik, mereka harus
berurusan dengan mereka energi agresif dan membenci diri sendiri yang merupakan
inti dari anoreksia. Dengan menjadi lebih sadar akan perasaan-perasaan tersebut
dan dengan mengembangkan kecakapan hidup, para wanita ini bisa bekerja menuju
pemulihan.
I.
MASALAH
GENDER
Pola
dasar anima-animus yang mewakili sisi lain dari individu, telah menjadi dasar
lebih jauh pertanyaan untuk penulis Jung.
Henderson (1982) dijelaskan bagaimana berbagai analis wanita telah
memberikan kontribusi melalui menulis dan berbicara di bidang yang berkaitan
dengan analisis Jung. Henderson percaya bahwa salah satu dari mereka Objek
wisata yang diadakan Jung untuk analist wanita adalah "prinsip hubungan
dalam di mana tidak ada jenis kelamin yang dibatasi untuk memainkan peran
stereotip“. Konsep-konsep arkhetipe ini dapat dilihat sebagai mendukung Gagasan
pria dan wanita melihat sisi feminin dan maskulin mereka masing-masing. Namun,
dalam arti sempit, konsep anima dan animus dikritik sebagai memperkuat
stereotip peran gender. Bahkan, Jung sudah membuatnya pernyataan yang menunjukkan
bahwa ia memandang peran pria dan wanita secara berbeda: “Tidak seseorang bisa
mendapatkan fakta bahwa dengan mengambil profesi maskulin, belajar dan bekerja
seperti seorang pria, wanita melakukan sesuatu yang tidak sepenuhnya selaras
dengan, jika tidak secara langsung melukai, sifat femininnya” (Jung, 1970b,
hlm. 117). Sebaliknya untuk pernyataan ini adalah penghormatan tinggi Jung
untuk analist wanita. Dalam mendeskripsikan perlu bagi terapis untuk memiliki
seseorang untuk diajak bicara yang bisa memberi titik lain lihat, Jung
mengatakan bahwa “wanita sangat berbakat untuk memainkan bagian seperti itu.
Mereka sering memiliki intuisi yang sangat baik dan wawasan klinis yang tajam
dan dapat melihat apa yang pria miliki di lengan baju mereka, kadang-kadang
melihat juga ke dalam intuisi anima pria” (Jung, 1961, hal. 134). Kesenjangan
dalam pandangannya sendiri dan kesadaran masalah diskriminasi yang mempengaruhi
wanita telah mendorong reaksi kreatif terapist Jung. Mengatasi aspek laki-laki
dan perempuan teori Jung telah menjadi tugas untuk beberapa analist Jung.
Dalam
menyatukan feminis dan pola dasar teori, Lauter dan Rupprecht (1985) melihat
cara-cara positif di mana Jung ide dapat diterapkan untuk wanita. Dalam Teori
Pola Dasar Feminis mereka (1985), mereka menyajikan esai yang menyatukan
ide-ide tentang jiwa perempuan dan konsep dari mitos, mimpi, ketidaksadaran,
dan terapi. Mereka merasakannya penting untuk tidak hanya meningkatkan
kesadaran tentang isu-isu perempuan tetapi juga unconsciousness-raising untuk
fokus pada isu-isu yang berkaitan dengan citra perempuan dan mimpi, seni,
sastra, agama, dan analisis. Di Jung: Revisi seorang feminis (2002), Rowland
menerapkan pandangan feminis terhadap banyak ide Jung. Pekerjaannya telah
membantu mengembangkan pengaruh feminisme dalam analisis Jung (Kirsch, 2007).
Dalam Androgini: The Opposites Within, Singer (2000) menunjukkan bagaimana
individu dapat mengintegrasikan aspek maskulin dan feminin dari diri mereka
melalui diskusi simbol dari banyak budaya. Pandora, wanita fana pertama menurut
legenda Yunani, digunakan oleh Young Eisendrath (1997) sebagai simbol masalah
laki-laki-perempuan yang saat ini berjuang untuk masyarakat Amerika Utara.
Pandora diciptakan oleh Zeus sebagai hukuman kepada laki-laki karena telah mencuri
api dari Zeus dan dewa-dewa lainnya. Sangat cantik, Pandora berbohong,
memanipulasi pria dengan keinginan seksualnya. Muda- Eisendrath menggunakan
mitos Pandora untuk mengatasi fokus pria pada wanita sebagai seksual objek. Dia
juga menggunakan mitos ini untuk menarik perhatian pada fokus wanita pada
kecantikan yang dapat menyebabkan gangguan makan. Bagaimana cara bebas dari
kutukan Pandora adalah tema Gender dan Keinginan: Mengaburkan Pandora, yang
mengambil pendekatan kreatif untuk memahami peran dan masalah gender. Konsep
pola dasar Jung juga telah digunakan untuk menjelaskan pria dan mereka masalah
dan pengembangan. Bly (1990) dan Moore dan Gillette (1991, 1992) mendiskusikan
kebutuhan untuk ritual dan kesadaran arketipe laki-laki, seperti King, Warrior,
Penyihir,
dan Kekasih. Para penulis ini telah memimpin kelompok untuk membantu pria
berhubungan dengan kekuatan mereka sendiri melalui mitos dan cerita yang
menyajikan pola dasar ini formulir. Sebagai Collins (1993) menunjukkan,
tulisan-tulisan ini menekankan masalah laki-laki dengan mengorbankan sisi
feminin (anima) yang dapat membuat laki-laki lebih utuh dan umumnya maskulin.
Collins (1993) merasa bahwa kesadaran laki-laki membutuhkan penghargaan dan
integrasi unsur-unsur pola dasar Bapa, Anak, dan feminin. Ini kemungkinan
menulis tentang isu-isu gender dalam teori Jung akan berlanjut.
J.
MASALAH
MULTIKULTURAL
Jung
tertarik pada budaya dari semua jenis, seperti dibuktikan oleh minatnya dalam
antropologi, mitologi, alkimia, agama, dan cerita rakyat. Karena
ketertarikannya pada universalitas citra pola dasar, ia melakukan perjalanan ke
banyak negara dan benua (Amerika Serikat, Mesir, dan sebagian Asia dan Afrika)
untuk berbicara dengan orang-orang dalam budaya yang buta huruf tentang mimpi
dan mereka cerita rakyat. Namun, generalisasi yang dia buat tentang psikologi
berbagai budaya telah berkontribusi pada kritik pandangannya sebagai rasis.
Minat Jung dalam agama dan spiritualitas sangat luas dan beragam. Dia belajar
bahasa untuk membaca tentang simbolisme agama karena terkait dengan konsepnya
dari ketidaksadaran kolektif. Perjalanannya dan berbicara dengan orang-orang
dari budaya lain memberinya bahan untuk mengintegrasikan ke dalam
pengetahuannya tentang mitologi, cerita rakyat, dan agama untuk berhubungan
dengan konsep ingatan pola dasar.
Tipe dari penyelidikan antropologis bahwa Jung
terus berlanjut, dengan para analist dan peneliti mempelajari mimpi dan cerita
rakyat di berbagai budaya. Untuk Misalnya, Petchkovsky (2000) mempelajari
bagaimana atribut aborigin Australia pusat sejenis subjektivitas terhadap hewan
dan unsur tak hidup. Petchkovsky, San Roque, dan Beskow (2003) melaporkan bahwa
beberapa penduduk asli menemukan Pandangan Jung tentang dunia menjadi serupa
dengan mereka sendiri. Setelah menyelidiki
tingkat bunuh diri yang tinggi di Australia tengah, Petchkovsky , Cord-
Udy , dan Grant (2007) menggunakan teori Jung untuk mengaitkan tingkat bunuh
diri dengan Euro yang lebih besar- Komunitas Australia sebagai pengasuh yang
gagal, terutama dalam hubungan dengan mental pelayanan kesehatan. Bekerja
dengan seorang dukun tradisional Afrika, Maiello (2008) belajar dari pentingnya
penghormatan leluhur dalam budaya Afrika dan terkait ini untuk dilihat Jung.
Michan (2003) melacak konflik yang belum terselesaikan dalam kepribadian orang
Meksiko dan budaya untuk tema dalam mitologi Aztec kuno. Krippner dan Thompson
(1996) menunjukkan bagaimana 16 komunitas penduduk asli Amerika yang berbeda
tidak memiliki pemisahan yang jelas antara dunia yang diimpikan dan dunia yang
terbangun yang dimiliki masyarakat Barat. Dalam studi seperti ini, pengalaman
budaya, apakah sadar atau tidak sadar, telah terkait dengan materi pola dasar
Jung dan terapi.
Meskipun
keingintahuan Jung sangat luas, pandangannya tentang budaya bisa jadi sempit.
Pada 1930-an dan 1940-an, Jung sering merujuk pada psikologi ras atau negara
(Martin, 1991). Dia menggambarkan karakteristik psikologis untuk Protestan,
Yahudi, Swiss, "Afrika primitif," dan banyak kelompok lainnya. Selama
kebangkitan Nazisme, dia diserang oleh beberapa orang sebagai anti-Semit,
sebagian karena dia komentar tentang psikologi orang Yahudi. Masalah seputar
dakwaan anti-Semitisme sepenuhnya dieksplorasi dalam sebuah buku esai oleh
Maidenbaum dan Martin (1991). Drob (2005) mendiskusikan pandangan Jung tentang
teori mimpi di Kabbala, sebuah buku mistisisme Yahudi. Joseph (2007)
menjelaskan bagaimana Jung memahami materi dari yang Kabbala dan bagaimana
pemahaman yang berbeda dari pemahaman agama. Karena tuduhan terhadap Jung
menjadi rasis, analist Jung memiliki berhati-hati untuk menunjukkan
kompleksitas penuh pemikiran Jung dan tidak membuatnya generalisasi tentang
karakteristik nasional atau ras. Penggunaan yang dilakukan oleh analist Jung
tentang pengetahuan tentang budaya lain diilustrasikan oleh Sullwold (1971)
bekerja dengan anak laki-laki berusia 6 tahun yang sering secara fisik merusak
dengan benda-benda dan anak-anak lain dan pada kenyataannya, baru saja hancur
partisi kaca di kantor rekan referensi. Dalam pekerjaannya, Sullwold
menggunakan sandtray dengan koleksi besar angka, bangunan kecil, dan berbagai
benda lain. Bocah itu berasal dari ekstraksi Meksiko dan penduduk asli Amerika
tetapi telah diadopsi oleh orang tua Yahudi Ortodoks. Meski tidak sadar akan
dirinya Tradisi India, ia memiliki nama Amerika Asli, Eagle Eye, yang merupakan
nama yang dia berikan sendiri di Indian Guides, organisasi anak laki-laki. Di
awal bekerja dengan sandtray dia
menggunakan angka koboi dan penduduk asli Amerika, mengidentifikasi dengan
penduduk asli Amerika. Dalam memahami anak ini, Sullwold memanfaatkan
pengetahuannya tentang ritual dan agama Hopi dan Zuni. Di dalam dirinya bekerja
dengan sandtray, Sullwold membuat
pengamatan tentang citra pola dasar, seperti Ibu Besar, yang diekspresikan
dalam permainannya dengan binatang di sandtray.
Menilai masa depan anak itu, Sullwold menyatakan berikut: Kesehatan yang
berkelanjutan dari bocah ini tergantung pada kemampuannya mempertahankan
kekuatan egonya dan mengembangkan cara menggunakan energinya secara kreatif
sehingga luar biasa kekuatan spiritual dan psikis dalam dirinya tidak membebani
dirinya dan melemparkannya kembali kandang gelap monster, (Sullwold , 1971,
hal. 252) .Dengan demikian, Sullwold menekankan kekuatan spiritual dan
pentingnya kolektif tidak sadar yang berkontribusi pada masalah anak laki-laki
itu. Ekspresi kreatif adalah outlet positif untuk kekuatan yang berada di luar
jangkauan proses sadarnya.
K.
TERAPI
KELOMPOK
Terapi
kelompok dilakukan oleh hanya beberapa analist Jung. Orang-orang yang
melakukannya melihatnya sebagai tambahan untuk, bukan sebagai pengganti,
analisis individu. Karena pentingnya dia ditempatkan pada individu dan
tekanannya individu untuk penyesuaian dari suatu kelompok, Jung memiliki
keraguan tentang psikoterapi kelompok (Sharp, 1998). Namun, beberapa orang Jung
melihat nilai positif dalam kelompok terapi. Kelompok mimpi, dengan atau tanpa
pemimpin, telah dimulai, beberapa dari mereka online (Harris, 1996). Ketika
anggota kelompok membawa mimpi menjadi kelompok, yang dapat menjadi fokus
diskusi, dan anggota kelompok dengan yang serupa mimpi mungkin berhubungan
dengan mimpi yang disajikan. Juga, mimpi dapat diberlakukan di kelompok melalui
penggunaan psikodrama. Beberapa analist Jung dapat memanfaatkan imajinasi aktif
dalam kelompok terapi, memiliki peserta memfokuskan perhatian mereka pada yang
imaginal perjalanan dari anggota kelompok. Selain itu, analist Jung dapat
melibatkan menggunakan kesadaran gestalt atau teknik kelompok lainnya. Karena
penekanannya pada individuasi, terapi kelompok terus menjadi tambahan untuk,
bukan pengganti untuk analisis individu.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Jung
sejajar dengan fokus Freud pada proses tidak sadar, penggunaan dan interpretasi
mimpi dalam terapi, dan pendekatan perkembangannya terhadap kepribadian.
Mungkin Sumbangan Jung yang paling orisinal adalah dari ketidaksadaran dan pola
dasar kolektif pola dan gambar yang muncul dari kontibusinya. Gambar arketipe
adalah universal; mereka bisa enjadi ditemukan dalam agama, mitologi, dan
dongeng dari banyak budaya. Jung, menekankan persona (peran sosial individu),
anima-animus (sisi seks-lawan jenis tak sadar dalam kepribadian pria atau
wanita), bayangan (tidak sadar) aspek kepribadian yang ditolak atau diabaikan
oleh ego yang sadar), dan Diri (self) mengatur
pusat kepribadian). Banyak arketipe lain yang ada, seperti orang tua bijak, ibu
hebat, singa, dan sebagainya.
Kontribusi
tipe kepribadian (introversi-extraversion,
thinking-feeling, dan sensing-intuiting) diketahui secara
luas, meskipun penggunaannya dalam analisis bervariasi. Meskipun Jung menulis
tentang masalah perkembangan diseluruh rentang kehidupan, ia sangat tertarik
pada masalah paruh baya dan peran spiritualitas dalam kehidupan pasiennya.
Mendasari semua konstruksi kepribadian Jung dan pusat teorinya merupakan hasil perhatiannya
pada proses tidak sadar.
Fokus
analisis adalah bekerja dengan proses tidak sadar untuk menghasilkan kesadaran
yang lebih sadar tentang mereka. Meskipun ini dilakukan terutama menggunakan material
mimpi, imajinasi aktif dan pendekatan fantasi. Dengan mengenali tema archetypal mimpi dan materi lainnya,
para analis membantu analysands menjadi sadar akan material yang sebelumnya
tidak disadari. Dalam berurusan dengan masalah antara analist dan analysand (transferensi dan countertransference), analist sering
menggunakan materi dari mimpi pasien. Saat terapi berlangsung, analysand mengembangkan Self yang lebih kuat dan lebih
terintegrasi.
Untuk
menjadi analist Jung, seseorang harus menerima pelatihan di institut Jung untuk
mendapatkan pengetahuan, termasuk informasi tentang proses psikologis dan
psikoterapi serta informasi dari bidang antropologi, mitologi, cerita rakyat,
dan bidang pengetahuan lain yang akan membantu analis bekerja dengan simbolisme
archetypal. Pelatihan ini
mempersiapkan para analist untuk membantu pasien mereka mengindividuasi dan menjadi
sadar akan realitas psikologis mereka yang unik. Karena penekanannya pada
individuasi, treatment individu lebih
disukai daripada terapi kelompok. Minat konsep proses bawah sadar terus
berkembang, seperti halnya minat pada Jung pendekatan untuk psikoterapi
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol.
2012. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: UMM PRESS
Hall,
Calvin S & Garner Lindzey. Teori-teori
Psikodinamik (Klinis), Kanisius. Yogyakarta 1993s
Sharf
Richard S. edisi ke 5. 2012. Theories of
Psychoterphy and Counseling Concept and Cases. Belmont Canad: Cengage
learning
No comments:
Post a Comment
Luangkanlah waktu untuk berkomentar di blog ini. Berkomentarlah secara bijak( jangan SPAM). Komentar anda adalah suatu kebanggaan buat saya.