Sunday, April 21, 2019

JUNGIAN ANALYSIS DAN THERAPY


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sebelum Jung bertemu dengan Freud, Jung telah mempunyai teori psikoanalisis dan metode terapinya sendiri yang kemudian terkenal dengan nama psikoanalitik. Metode terapi tersebut secara konsisten dikembangkannya selama ia menjalin hubungan persahabatan dengan Freud (Jung, 1913). Dasar-dasar teori psikoanalitik didasarkan pada ketidaksadaran jiwa, tetapi mempunyai banyak perbedaan dengan teori Freud. Jung memandang manusia dengan menghubungkan teleologi (tujuan) dan kausalitas (sebab-akibat). Bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh sejarah individu dan rasnya (kausalitas), serta tujuan-tujuan dan aspirasi (teleologi). Jadi faktor-faktor masa lalu dan masa yang akan datang berpengaruh pada tingkah laku manusia.  Artinya, tingkah laku manusia dibimbing baik oleh masa lalu sebagai aktualitas dan masa yang akan datang sebagai potensialitas.
Kepribadian manusia dipandang sebagai prospektif, dalam arti bahwa Jung melihat ke depan ke arah garis perkembangan pribadi dimasa depan, dan retrospektif dalam arti dia mempertahankan masa lampau. Dalam hal ini Jung menyatakan bahwa: “Orang hidup dibimbing oleh tujuan-tujuan maupun sebab-sebab”, penekanan Jung pada masa depan, menyebabkan teorinya berbeda dengan teori Freud, yang menekankan pada masa lampau dan motif -motif atau insting sebagai sebab-sebab utama tingkah laku manusia.
Teori kepribadian Jung berbeda dengan teori-teori lainya karena ia menekankan pada dasar-dasar ras dan filogenetik kepribadian. Dengan dasar-dasar tersebut Jung berpendapat bahwa kepribadian individu adalah produk dan wadah sejarah leluhurnya. Jadi, dasar-dasar kepribadian bersifat arkais, primitif, bawaan, tidak sadar dan mungkin universal. Lain halnya dengan Freud, yang menyatakan bahwa asal-usul kepribadian manusia berasal dari masa kanak-kanak, kerangka kepribadian dasar telah terbentuk pada umur lima tahun.  Sedangkan menurut Jung asal-usul kepribadian adalah ras yang secara turun-temurun berasal dari leluhur manusia. Bayi lahir di dunia dengan mewarisi kecenderungan-kecenderungan dari leluhurnya, dan kecenderungan- kecenderungan tersebut membimbing tingkah laku manusia dan sebagian menentukan apa yang disadarinya, dan responnya di dalam dunia pengalaman tersebut. Jung menyebutkan adanya kepribadian kolektif yang dibentuk sebelumya oleh dasar ras dan secara selektif menjangkau dunia pengalaman dan diubah, serta diperkaya oleh pengalaman-pengalaman yang diterima.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah latar belakang Jung mempengaruhi alisis yang ia kemukakan dalam teorinya?
2.      Bagaimana pengaruh pemikiran Freud terhadap konsep dan analisi Jung?
3.      Bagaiamana penjelasan teori kepribadian Jung?
4.      Apa saja level kesadaran yang dikemukakan dalam teori Jung?
5.      Apa pengertian arkhetipe?
6.      Apa saja komponen yang dijelaskan dalam sikap dan fungsi kepribadian?
7.      Bagaimana penjelasan mengenai tahapan perkembangan dikemukan oleh Jung?
8.      Bagaimana penerapan analisis dan terapi Jung?
9.      Bagaimana konsep yang dikemukakan Jung mengenai mimpi?
10.  Mengapa active imagination diperlukan dalam analisis Jung?
11.  Teknik apasaja yang dapat dilibatkan dalam analisis dan terapi Jung?
12.  Apa pengertian transferece dan countertransference?














BAB II
PEMBAHASAN

A.    BIOGRAFI
Jung lahir di desa kecil Kesswil, Swiss, pada tahun 1875.  Ayah Carl Gustav Jung adalah seorang filolog dan seorang pendeta protestan, yang lahir dari keluarga yang banyak menghasilkan banyak ahli kitab suci, teolog, dan dokter. Kakek Jung dari pihak bapak adalah anggota dewan Katolik di Kota Meinz (Jerman). Tapi moyangnya menjadi protestan sebab dipengaruhi oleh Schleiermacher pada tahun 1813. Warisan religius inilah yang dikemudian hari sangat mempengaruhi Jung dan ketertarikannya yang sangat besar tehadap masalah-masalah relegius dalam psikologinya dan mempengaruhi psikologi arketepis tentang kristus dan psikologi tentang protestanisme dan katolisisme. Pada masa kecilnya Jung agak soliter dan sering tidak bahagia. Selama tahun-tahun awal, dia mengenal gunung-gunung, hutan, danau, dan sungai-sungai di Swiss. Baginya alam menjadi penting sepanjang hidupnya.
Setelah menyelesaikan sekolah menengah, Jung masuk ke ilmu kedokteran di Universitas Basel pada tahun 1895 dan mendapatkan beasiswa penuh di sana.  Saat belajar di sekolah kedokteran, dia terus belajar filsafat dan membaca secara luas. Jung banyak membaca berbagai bidang keilmuan, seperti filsafat, teologi, antropologi, sains, dan mitologi. Dia mulai belajar bahasa Latin di usia 6 tahun dan kemudian belajar bahasa Yunani. Ia lulus dari Fakultas kedokteran Universitas Basle pada tahun 1900. Pada tahun 1923 ia berhenti menjadi dosen untuk mengkhususkan dirinya dalam riset-riset. Sejak 1906 ia mulai tulis menulis surat kepada Sigmund Freud yang baru dijumpainya pertama kali setahun kemudian yakni tahun 1907. Pertemuan yang terjadi di Wina tersebut sangat mengesankan kedua belah pihak, sehingga terjadi tali persahabatan antara mereka. Freud begitu menaruh kepercayaan kepada Jung, sehingga Jung dianggap sebagai orang yang patut menggantikan Freud di kemudian hari (Sarlito Wirawan Sarwono, 1978: 186-187). Meskipun mengambil beberapa pendapat dari Freud, Jung tidak sepenuhnya sependapat dengan Freud, terutama karena gurunya tersebut terlalu menekankan pada seksualitas dan berorientasi terhadap materialistis dan biologis dalam menjelaskan teori-teorinya.
Pada tahun 1903 Jung menikahi Emma Rauschenbach yang bekerja dengannya dalam pengembangan ide-idenya. Meskipun dia tidak menulis banyak tentang keluarganya dalam otobiografinya, Kenangan, Mimpi, Refleksi (1961), Jung mengakui pentingnya keluarga baginya dalam memberikan keseimbangan untuknya mempelajari dunia batinnya sendiri.  Pada tahun 1944 dibuka jurusan Psikologi Kedokteran di Universitas Basel khusus untuk Jung, tetapi kesehatannya yang mulai memburuk membuatnya terpaksa untuk berhenti dari jabatan ketua, setelah satu tahun ia meninggal dunia pada tanggal 6 Juni 1961 di Zurich dalam usia 85 tahun.
A.    SEJARAH ANALISIS DAN TERAPI JUNG
Teologi dan kedokteran, panggilan para leluhur Carl Jung, adalah aspek penting untuk pengembangan psikologi analitik dan psikoterapi Jung (Bain, 2004; Ellenberger, 1970; Hannah, 1976; Jung, 1961; Shamdasani, 2003). Tulisan-tulisan Jung menunjukkan keingintahuan tentang kesadaran pasien dan proses bawah sadar dan memperhatikan kesusahan pasiennya. Pendekatan terapinya menekankan cara-cara membantu pasien menjadi sadar dari aspek bawah sadar mereka melalui mimpi dan material fantasi dan dengan demikian membawa ketidaksadaran ke dalam kesadaran sadar. Pendekatan semacam itu dirancang untuk membantu individu menyadari psikologi unik mereka.
Jung percaya bahwa “tidak sadar” mengandung lebih dari seksual dan dorongan agresif yang ditekan, seperti yang telah dirumuskan oleh Freud. Bagi Jung, ketidaksadaran bukan hanya pribadi tapi juga kolektif. Jung tertarik pada simbol pola universal, yang disebut arketipe yang semua manusia miliki. Dari studinya mengenai kepribadian manusia, Jung mampu mengembangkan tipologi yang mengidentifikasi sikap dan fungsi jiwa yang beroperasi di semua tingkat kesadaran.
Secara filosofi Jung dipengaruhi oleh Pandangan Immanuel Kant tentang bentuk-bentuk priori universal dari persepsi. Prekursor dari ketidaksadaran kolektif adalah bahwa individu tidak pernah melihat realitas apa adanya, tetapi memiliki imperatif perseptual yang mempengaruhi apa yang mereka percaya mereka lihat. Pengaruh lain adalah gagasan Carl Gustav Carus yaitu, ada tiga tingkat fungsi ketidaksadaran, termasuk yang universal. Agak mirip dengan karya Carus adalah deskripsi tiga tingkat ketidaksadaran berfungsi, salah satunya menggambarkan ketidaksadaran universal, seperti yang dijelaskan oleh Eduard von Hartmann. Konsep von Hartmann dan Carus tentang yang ketidaksadaran universal mempengaruhi perkembangan Jung dari ketidaksadaran kolektif. Di abad ke-18, Gottfried Leibniz telah menulis tentang irasionalitas tidak sadar, gagasan yang memengaruhi konsep Jung tentang ketidaksadaran. Arthur Schopenhauer menggambarkan kekuatan irasional pada individu yang didasarkan pada seksualitas dan cara-cara dimana seksualitas ditekan dalam perilaku individu. Semua filosofis konsep tersebut diakui di dalam teori kepribadian Jung.
Salah satu alasan 6 tahun penderitaan yang dialami Jung (1913-1919) adalah pemutusan hubungannya dengan Sigmund Freud. Baik Freud dan Jung telah menyadari karya mereka satu sama lain melalui tulisan-tulisan mereka (Aziz, 2007). Di Maret 1907 mereka berbicara bersama selama hampir 13 jam. Selama hubungan 6 tahun mereka mereka sering berkorespondensi, dan korespondensi mereka telah didokumentasikan (McGuire, 1974). Sebelum bertemu Freud, Jung membela psikoanalisis terhadap serangan dan sangat tertarik pada psikoanalisis. Keterlibatan Jung dalam psikoanalisis diindikasikan oleh fakta bahwa ia adalah psikoanalisis presiden pertama Asosiasi Psikoanalitik Internasional. Namun, Jung memiliki keraguan tentang psikoanalisis Freud sejak awal. Ia menuliskan keraguannya tersebut melalui kalimatnya “Sebelum Freud, tidak ada yang diizinkan untuk menjadi seksual, sekarang semuanya bukan apa-apa, selain seksual” (Jung, 1954a, hlm. 84).
Jung tertarik pada okultisme dan parapsikologi yangmana merupakan gagasan yang tidak disetujui oleh Freud. Jung sebenarnya juga ditolak oleh banyak psikoanalis karena minatnya pada spiritualitas (Charet, 2000). Pada 1909 Jung dan Freud melakukan perjalanan bersama untuk kuliah di Universitas Clark di Worcester, Massachusetts. Di perjalanan mereka menganalisis mimpi masing-masing, kemudian Jung menyadari bahwa perbedaan teoritis antara Freud dan dirinya sendiri besar.
Pada 1911 Jung menulis Symbols of Transformation (1956), di dalamnya Jung menjelaskan bahwa Oedipus complex bukan sebagai ketertarikan seksual bagi orang tua beda jenis kelamin dan perasaan permusuhan atau agresif bagi orang tua sesama jenis (pandangan Freud), tetapi sebagai ekspresi kebutuhan spiritual, psikologis dan ikatan. Jung merasa ini akan menjadi mengorbankan persahabatannya dengan Freud, dan itu mungkin terjadi. Pada Januari 1913, Freud menulis pada Jung, menyatakan, "Saya mengusulkan agar kita meninggalkan hubungan pribadi kita sepenuhnya" (McGuire, 1974, hlm. 539). Jung kemudian mengundurkan diri editornya dari Psychoanalytic Buku Tahunan dan mengundurkan diri sebagai presiden Asosiasi Psikoanalitis Internasional. Meskipun Jung berterimakasih pada Freud untuk ide-idenya, mereka tidak pernah melihat satu sama lain lagi (Roazen, 2005). Keretakan hubungan tersebut sulit bagi Jung, karena ia menyatakan: “Ketika saya berpisah dari Freud, saya tahu bahwa saya terjun ke hal yang tidak diketahui. Lebih dari Freud, bagaimanapun juga, saya tidak tahu apa-apa; tetapi saya telah mengambil langkah ke dalam kegelapan” (Jung, 1961, hal. 199). Darisana, Jung mengeksplorasi ketidaksadarannya sendiri selama 6 tahun.
Setelah masa-masa sulit tersebut Jung sangat produktif dalam menulis, mengajar, mengabdi pada psikoterapi dan pasien-pasiennya. Untuk meningkatkan pengetahuannya mengenai unconscious Jung bertemu dengan orang-orang dalam masyarakat primitif. Pada 1924 dia mengunjungi Pueblo di New Mexico; setahun kemudian dia tinggal dengan suku Afrika di Tanganyika, dan melakukan perjalanan ke Asia. Selama kunjungan-kunjungan ini ia menyimpan buku harian dari diskusinya dengan orang-orang dan dukun mereka. Eksplorasi lebih lanjut dari budaya lain ia dapatkan melalui persahabatannya dengan Richard Wilhelm, seorang ahli tulisan-tulisan Cina dan cerita rakyat (Stein, 2005). Jung belajar alkimia, astrologi, ramalan, telepati, chairvoyance, ramalan, dan piring terbang untuk mempelajari lebih lanjut tentang pikiran, khususnya ketidaksadaran kolektif. Proses belajar belajar tersebut juga melibatkan mitos, simbol, dan cerita rakyat.
Jung menerima gelar kehormatan dari Harvard dan Oxford dan banyak penghargaan lainnya. Jung juga, memberikan banyak wawancara untuk televisi, majalah, dan pengunjung. Produktivitasnya sangat besar dan sebagian besar karyanya tersebut diterbitkan di 20 volume oleh Universitas Princeton.  Terapi dan gagasan Jung yang terkait dengan teorinya menjadi populer (Schultz & Schultz, 2009). Minat pada ide-ide Carl Jung, seperti yang direpresentasikan oleh popularitas asosiasi Jung, telah berkembang di Amerika Serikat dan di seluruh dunia (Kirsch, 2000). Seminar dan forum pendidikan adalah disajikan baik oleh masyarakat lokal dan oleh organisasi profesional. Institusi pelatihan Jung dapat ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh dunia Dunia. Ada lebih dari 2.000 analist Jung yang memenuhi syarat yang menjadi anggotanya dari Asosiasi Internasional untuk Psikologi Analitik. Pertemuan internasional para analist Jung telah diadakan setiap 3 tahun sejak 1958. Beberapa jurnal yang menampilkan psikologi dan psikoterapi Jung adalah The Journal of Analytical Psychology, The Journal of The Jungian Theory and Practice, dan Jurnal Jung: Budaya dan Jiwa.
B.     TEORI KEPRIBADIAN
Konsep penting dalam kepribadian Jung adalah ide kesatuan atau keutuhan. Bagi Jung keutuhan diwakili oleh jiwa (psyche) yang mencakup semua pikiran, perasaan, dan perilaku, baik sadar maupun tidak sadar. Individu berusaha untuk mengembangkan keutuhan dalam diri mereka sendiri sepanjang hidupnya. Jung melihat diri sebagai pusat dan totalitas seluruh kepribadian. Aspek lain dari kepribadian mencakup sikap individu serta cara mereka berfungsi secara psikologis. Jung juga menggambarkan perkembangan jiwa dari masa kecil, masa remaja, usia menengah, hingga usia lanjut.
1.      Level Kesadaran
Dalam menjelaskan kepribadian seseorang, Jung mengidentifikasi tiga level kesadaran. Konsep jiwa, pikiran, dan roh ada di semua tingkat kesadaran dan termasuk kognisi, emosi, dan perilaku. Tingkat kesadaran yang merupakan ekspresi kepribadian termasuk dalam conscious, yang fokusnya pada ego; ketidaksadaran pribadi, yang meliputi pikiran dan kenangan yang dapat ditarik kembali atau dibawa ke tingkat sadar; dan ketidaksadaran kolektif, berasal dari tema dan materi yang universal bagi spesies manusia.
a.      Level Sadar (The conscious Level)
Tingkat kesadaran adalah satu-satunya tingkatan yang dapat diketahui oleh individu secara langsung. Mulai saat lahir, tingkat kesadaran terus tumbuh sepanjang hidup. Sebagai individu yang terus menerus tumbuh, mereka menjadi berbeda dari yang lain. Proses ini, disebut sebagai individuasi oleh Jung (1959b), memiliki tujuan untuk mengetahui diri sendiri selengkap mungkin. Individuasi dapat dicapai, sebagian, dengan membawa isi ketidaksadaran menjadi "hubungan dengan kesadaran" (Jung, 1961). Sebagai individu meningkatkan kesadaran mereka, mereka juga mengembangkan individuasi yang lebih besar. Pusat dari proses sadar adalah ego. Ego mengatur pikiran sadar individu. Ego memilih persepsi, pikiran, ingatan, dan perasaan yang akan menjadi sadar. Dengan menyaring luar biasa berbagai materi tak terlupakan (kenangan, pikiran, dan perasaan), ego mencoba untuk mencapai rasa koherensi dan konsistensi sementara pada saat yang bersamaan menjadi ekspresi dari individualitas.
b.      Ketidak-sadaran Pribadi (The personal Unconscious)
Ketidaksadaran pribadi terdiri dari pengalaman-pengalaman sadar tetapi kemudian direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan serta pengalaman-pengalaman yang terlalu lemah untuk menciptakan kesan sadar pada pribadi. Pengalaman, pikiran, perasaan, dan persepsi itu tidak diakui oleh ego disimpan dalam ketidaksadaran pribadi. Material disimpan dalam ketidaksadaran pribadi mungkin merupakan pengalaman yang sepele atau tidak terkait. Namun, konflik pribadi, masalah moral yang belum terselesaikan, dan pikiran yang bermuatan emosional adalah bagian penting dari personal unconscious yang mungkin ditekan atau sulit diakses. Seringkali elemen-elemen ini muncul dalam mimpi, sebagai ketidaksadaran pribadi, dan mungkin memainkan peran aktif produksi mimpi. Jika pikiran, ingatan, dan perasaan memiliki dampak emosional pada individu, hal ini disebut complex. Complex didefinisikan sebagai kelompok yang terorganisasi atau konstelasi perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, persepsi-persepsi, ingatan-ingatan yang terdapat dalam ketidaksadaran pribadi. Kompleks memiliki inti yang bertindak seperti magnet menarik atau “mengkonstelasikan” berbagai pengalaman. (Jung, 1934).
c.       Ketidak-sadaran Kelompok (The Collective Unconscious)
Konsep yang paling membedakan teori psikoterapi Jung dari teori lain adalah bahwa dari ketidaksadaran kolektif yang berbeda dengan ketidaksadaran pribadi, tidak mengandung konsep atau pemikiran yang terkait dengan orang tertentu. Gambar dan konsep yang membentuk ketidaksadaran kolektif adalah kemandirian dari kesadaran (Harris, 1996; Whitmont, 1991). Istilah kolektif menunjukkan materi yang umum bagi semua manusia dan signifikan bagi mereka. Ketidaksadaran kolektif mengacu pada “kecenderungan warisan pikiran manusia untuk membentuk representasi dari motif mitologi-representasi itu sangat berbeda tanpa kehilangan pola dasarnya” (Jung, 1970a, p. 228). Karena semua manusia memiliki fisiologi yang mirip (otak, lengan, dan kaki) dan berbagi aspek lingkungan yang serupa (ibu, matahari, bulan, dan air), kemampuan individu untuk melihat dunia dalam beberapa cara umum yang universal dan untuk berpikir, merasakan, dan bereaksi terhadap perbedaan dan kesamaan di lingkungan mereka. Jung cukup jelas dalam menyatakan bahwa dia tidak percaya bahwa kenangan tertentu atau gambar sadar itu diwariskan, tetapi setuju dengan pendapat bahwa kecenderungan untuk pemikiran dan ide-ide tertentu dapat diwariskan.
2.      Arkhetipe (Archetype)
Arketipe adalah cara merasakan dan menyusun pengalaman (Jung, 1960b, p. 137).  Meskipun tidak memiliki konten, arketipe memiliki bentuk. Mereka mewakili kemungkinan jenis persepsi (Jung, 1959a, 1959c; Hollis, 2000). Pada dasarnya, mereka mengambil reaksi seseorang dan memasukkannya ke dalam pola. Arketipe adalah jalur dari ketidaksadaran kolektif ke conscious, yangmana dapat menyebabkan suatu tindakan. Jung tertarik pada arketipe karena arkhetipe memiliki konten emosional dan kekuatan yang telah bertahan selama ribuan tahun. Misalnya, arketipe kematian membawa emosi yang kuat dan merupakan pengalaman universal. Ada banyak arketipe yang ditulis Jung tentang, termasuk kelahiran, kematian, kekuatan, pahlawan, anak, orang tua yang bijaksana, ibu, bumi, setan, dewa, ular, dan kesatuan. Tipe arketipe yang Jung pertimbangkan dalam komposisi kepribadian adalah persona, anima dan animus, bayangan, dan Diri (Shamdasani, 2003). Dari ini, persona adalah arketipe yang paling terkait dengan fungsi sehari-hari kepribadian, dan arketipe Diri (self) adalah salah satu yang paling penting untuk fungsi baik kepribadian.
a.       Persona
Persona (berarti topeng dalam Bahasa Latin) adalah cara orang menampilkan diri dipublik. Individu memainkan berbagai peran-orang tua, pekerja, teman. Bagaimana individu memainkan peran ini tergantung pada bagaimana mereka ingin dilihat oleh orang lain dan bagaimana mereka percaya orang lain ingin mereka bertindak. Orang-orang mengubah kepribadian mereka tergantung pada situasi yang dihadapinya. Persona sangat membantu individu yang belajar mengendalikan perasaan, pikiran, dan perilaku dalam situasi tertentu.
b.      Anima dan Animus
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk biseksual. Pada tingakat fisiologis, laki-laki mengeluarkan hormon seks laki-laki maupun perempuan dalam jumlah yang bervariasi, demikian juga wanita. Pada tingkat psikologis, sifat-sifat maskulin dan feminin terdapat pada kedua jenis. Arkhetipe fenimin pada pria disebut anima, arkhetipe maskulin pada wanita disebut animus. Anima dan animus mewakili kualitas dari jenis kelamin lainnya, seperti perasaan, sikap, dan nilai-nilai. Untuk laki-laki, anima mewakili bagian feminin laki-laki jiwa, seperti perasaan dan emosi. Animus adalah bagian maskulin dari jiwa perempuan, mewakili karakteristik seperti logika dan rasionalitas. Individu bervariasi untuk sejauh mana karakteristik psikologis gender lainnya adalah bagian dari kepribadian mereka.
Asumsi yang melekat dalam konsep anima dan animus adalah bahwa wanita emotional dan mengasuh (memelihara), sedangkan pria secara tradisional logis dan kuat. Harding (1970) menggambarkan bagaimana animus dapat berfungsi berbeda secara berbeda tipe-tipe wanita. Emma Jung (1957) menggambarkan empat arketipe utama itu wanita mungkin mengalami saat animus mereka berkembang. Penulis lain juga telah mencari untuk mengembangkan konsep anima dan animus lebih lanjut dan memodifikasi pemikiran Jung (Hillman, 1985). Jung percaya bahwa pria harus mengekspresikan anima dan wanita mengekspresikan animus mereka untuk memiliki kepribadian yang seimbang. Jika individu tidak melakukannya, mereka berisiko menjadi tidak dewasa dan terstereotip feminin atau maskulin berlebihan.
c.       Bayangan
Bayangan merupakan arkhetipe yang paling berbahaya dan paling kuat, mewakili bagian dar kepribadian kita yang paling berbeda kesadaran sadar diri kita sendiri. Yang terkandung dalam shadow adalah seksual yang tidak dapat diterima, kebinatangan, dan dorongan agresi (Shamdasani, 2003). Sifat mentah dari impulsif bayangan sedikit mirip dengan id Freud. Jung percaya bahwa laki-laki cenderung memproyeksikan bayangan mereka sendiri (perasaan negatif dan kebinatangan) ke pria lain, menyebabkan perasaan buruk di antara pria. Ini mungkin menjelaskan, sebagian, frekuensi perkelahian dan perang antar laki-laki. Meskipun mereka tidak terwujud secara fisik, Jung percaya bahwa wanita memproyeksikan bayangan impuls ke wanita lain. Arketipe persona, mengekspresikan dirinya melalui harapan sosial, berfungsi untuk moderasi, atau tetap periksa bayangan. Meskipun shadow mwerupakan arketipe negatif, shadow bisa memiliki aspek positif. Ekspresi bayangan yang tepat dapat berfungsi sebagai sumber kreativitas, vitalitas, dan inspirasi. Namun, jika bayangannya sudah ditekan, individu mungkin merasa terhambat, tidak berhubungan dengan diri mereka sendiri, dan merasa takut. Untuk individu seperti itu, tujuan terapi adalah untuk membantu membawa bayangan mereka ke dalam kesadaran.
d.      Diri (The Self)
Self adalah energi yang menyediakan organisasi dan integrasi kepribadian, artinya self mempersatukan sistem-sistem dan memberikan kepribadian dengan kesatuan, keseimbangan dan kestabilan pada kepribadian. Self mirip dengan konsep pembentukan identitas (Roesler, 2008). Untuk anak-anak dan individu yang relatif tidak terpengaruh, self dapat dipusatkan di dalam tidak sadar, karena mereka relatif tidak menyadari kompleks dan manifestasinya dari arketipe mereka. Sebaliknya, ego adalah pusat kesadaran, yang memiliki fungsi lebih terbatas dan merupakan bagian dari self (Ekstrom & PDM Task Force, 2007). Ketika individu menjadi dewasa dan terasing, semakin kuat hubungan berkembang antara ego dan self. Bagi Jung, pengembangan dan pengetahuan tentang self adalah tujuan kehidupan manusia. Ketika individu telah sepenuhnya mengembangkan fungsi kepribadian mereka, mereka berhubungan dengan arkhetipe self dan mampu membawa lebih banyak material tidak sadar ke dalam kesadaran. Karena pengetahuan tentang self membutuhkan hubungan dengan pikiran sadar dan tidak sadar, ada penekanan dalam analisis Jung pada mimpi sebagai cara untuk memberikan pemahaman tentang ketidaksadaran proses. Selanjutnya, pengalaman spiritual dan religius dapat membawa pemahaman lebih jauh tentang ketidaksadaran yang kemudian bisa dibawa ke dalam kesadaran sadar (conscious awareness). Untuk mengembangkan kepribadian seseorang, terapis membantu pasien memindahkan pikiran dan perasaan tidak sadar ke kesadaran (consciousness).
e.       Simbol
Arkhetipe adalah gambar dengan bentuk tetapi bukan konten. Simbol adalah konten dan dengan demikian ekspresi luar dari arketipe. Arkhetipe bisa diungkapkan hanya melalui simbol yang terjadi dalam mimpi, fantasi, visi, mitos, dongeng, seni, dan sebagainya. Dinyatakan dalam berbagai cara, simbol mewakili kebijaksanaan yang tersimpan dari kemanusiaan yang dapat diterapkan ke masa depan. Jung setia banyak usaha untuk memahami berbagai simbol yang ditemukan sebagai pola dasar representasi dalam budaya yang berbeda.
Pengetahuan Jung yang luas tentang antropologi, arkeologi, sastra, seni, mitologi, dan agama-agama dunia memberinya pengetahuan simbolis yang sangat baik representasi dari arketipe. Misalnya, minat Jung dalam alkimia (Jung, 1954e, 1957) membantunya menemukan simbol yang mewakili arkhetipe pada pasiennya. Alkemis, yang mencari batu-batu filsuf atau cara-cara untuk membuatnya emas dari logam dasar, mengekspresikan diri melalui bahan simbolis yang melimpah. Jung juga berpengalaman dalam mitologi dan dongeng, yang memberinya dengan lebih banyak materi untuk memahami simbol. Berbicara kepada orang-orang secara luas berbagai budaya Afrika, Asia, dan penduduk asli Amerika tentang spiritualitas dan mimpi juga membantunya meningkatkan pengetahuannya tentang simbolisme. Keingintahuan Jung sangat luas, ia berusaha memahami mengapa begitu banyak orang percaya mereka terlihat piring terbang. Melalui diskusi tentang mimpi, mitos, dan referensi historis, Jung menyimpulkan bahwa piring terbang mewakili totalitas, datang ke bumi dari planet lain (alam bawah sadar), dan mengandung makhluk aneh (arketipe) (Hall & Nordby, 1973, p. 115). Jung menerapkan amplifikasi untuk karyanya dengan miliknya mimpi pasien dengan belajar sebanyak mungkin tentang gambar tertentu di dalamnya mimpi. Untuk memperkuat makna mimpi atau materi tak sadar lainnya, Analis Jung harus memiliki pengetahuan tentang sejarah dan makna banyak simbol untuk banyak budaya yang berbeda.
Dalam penelitiannya tentang mitos, alkimia, antropologi, spiritualitas dari daerah lainnya, Jung menemukan bahwa simbol-simbol tertentu cenderung mewakili arketipe yang penting. Sebagai contoh, gambaran umum persona adalah topeng yang digunakan dalam drama dan dalam upacara keagamaan. Perawan Maria, Mona Lisa, dan wanita terkenal lainnya mewakili anima pada pria. Demikian juga simbol manusia sebagai Kristus atau Raja Arthur melambangkan animus pada wanita. Karakter jahat seperti iblis, Hitler, dan Jack the Ripper dapat mewakili bayangan.
Simbol yang sangat penting adalah bahwa mandala, yang mewakili Diri. Mandala adalah bentuk melingkar dan biasanya memiliki empat bagian. Secara simbolis itu merupakan upaya atau kebutuhan untuk mencapai keutuhan. Bagi Jung, itu adalah simbol untuk pusat kepribadian. Empat elemen dapat merujuk pada api, air, tanah, dan udara, empat arah dari angin, atau Tritunggal dan Bunda Suci. Semua itu hanya beberapa contoh representasi pola dasar yang dimiliki Jung.
3.      Sikap dan Fungsi Kepribadian
Dengan melakukan pengamatan terhadap dirinya dan pasiennya, Jung mampu mengidentifikasi dimensi kepribadian yang disebut sebagai tipe kepribadian. Dimensi-dimensi ini memiliki elemen sadar dan tidak sadar. Dimensi pertama itu Jung dikembangkan adalah sikap extraversion dan introversi. Kemudian ia mengembangkan fungsi, extraversion dan introversi yang terlibat dalam membuat penilaian akan nilai pikiran dan perasaan dan digunakan untuk memahami diri sendiri dan merasakan serta intuisi. Jung menggabungkan sikap dan fungsi ke dalam tipe psikologis yang telah digunakan dalam pembangunan Indikator Tipe Myers-Briggs dan inventaris serupa. Namun, ia berhati-hati membicarakan hal ini sebagai perkiraan dan kecenderungan bukan sebagai kategori dogmatis. Bagi individu, satu fungsi biasanya lebih dikembangkan daripada yang lain. Yang paling sedikit berkembang dari keempatnya fungsinya cenderung tidak sadar dan diekspresikan dalam mimpi dan fantasi, memiliki implikasi untuk pengobatan analitis (Jung, 1971).
a.       Sikap
Introversi dan extraversion adalah dua sikap atau orientasi dalam Pandangan Jung tentang kepribadian. Secara singkat, individu ekstravert lebih peduli dengan dunia luar mereka, orang lain, dan hal-hal lain, sedangkan introvert orang lebih peduli dengan pikiran dan ide mereka sendiri. Introversi dan extraversion adalah polaritas, atau kecenderungan yang berlawanan. Tidak hanya individu yang mampu menjadi introvert dan extravert, tetapi mereka menggunakan kedua sikap di dalam merekahidup. Ketika individu berkembang, salah satu sikap menjadi lebih dominan atau sangat berkembang. Sikap yang tidak dominan cenderung tidak sadar dan mempengaruhi orang itu dengan cara yang halus atau tidak terduga. Misalnya, introvert mungkin menemukan diri mereka tertarik dan tertarik pada ekstrovert, seperti yang diwakili oleh extraversion aspek tak sadar diri. Perbandingan serupa bisa dibuat untuk ekstrovert. Ketika orang yang biasanya aktif dan keluar, dengan minat di dunia di sekitar mereka, menjadi tenang dan bijaksana, introvert mereka Sikap, yang tidak sadar, menjadi lebih aktif. Meski Jung menemukan itu sikap introversi dan ekstraversi menjadi dimensi kepribadian yang bermanfaat, dia menemukan mereka terlalu sederhana dan tidak memadai untuk menjelaskan perbedaan antara individu (Jung, 1971).
b.      Fungsi-fungsi
Setelah sekitar 10 tahun berjuang dengan konsep yang akan ditambahkan dimensi kepribadian dari sikap, Jung menetapkan empat fungsi: berpikir, perasaan, penginderaan, dan intuisi. Dia menjelaskan konseptualisasi yang rasional fungsi -berpikir dan merasakan- dengan cara ini:
Dan begitulah yang terjadi bahwa saya hanya mengambil konsep yang diungkapkan dalam pidato saat ini sebagai penunjukan untuk fungsi psikis yang sesuai, dan menggunakannya sebagai kriteria saya menilai perbedaan antara orang-orang dari tipe-sikap yang sama. Contohnya, Saya berpikir seperti itu umumnya dipahami, karena saya dikejutkan oleh fakta itu banyak orang terbiasa berpikir lebih banyak daripada yang lain, dan karenanya memberi lebih banyakberat untuk dipikirkan saat membuat keputusan penting. Mereka juga menggunakan pemikiran merekauntuk memahami dunia dan beradaptasi dengannya, dan apa pun yang terjadi pada mereka dikenakanmempertimbangkan dan merefleksikan atau setidak-tidaknya tunduk pada beberapa sanksi prinsip oleh pikiran. Orang lain secara mencolok mengabaikan pemikiran yang mendukung emosi faktor, yaitu perasaan. Mereka selalu mengikuti kebijakan yang ditentukan oleh perasaan, dan itu mengambil situasi yang luar biasa untuk membuat mereka berefleksi. Mereka membentuk sesuatu yang tidak salah Berbeda dengan tipe lainnya, dan perbedaannya paling mencolok ketika keduanya adalah bisnis mitra atau menikah satu sama lain. Perlu dicatat bahwa seseorang dapat memberi preferensi untuk berpikir apakah dia diulang atau introvert, tetapi dia akan menggunakannya hanya dengan cara yang khas dari tipe-sikapnya, dan hal yang sama berlaku untuk perasaan. (Jung, 1971, hal. 537–538)
Jadi, baik pemikiran dan perasaan membutuhkan penilaian. Ketika individu biasanya menggunakan pemikiran, mereka menggunakan fungsi intelektual mereka untuk menghubungkan ide dan memahami dunia. Ketika mereka menggunakan fungsi perasaan, mereka sedang membuat keputusan atas dasar memiliki perasaan atau nilai positif atau negatif tentang pengalaman subjektif. Sensasi dan intuisi dapat dianggap fungsi irasional karena mereka berhubungan dengan mempersepsikan atau menanggapi rangsangan. Kedua fungsi ini tidak terkait untuk evaluasi dan pengambilan keputusan. Seperti berpikir dan merasakan, merasakan dan mengerti mewakili polaritas. Sensing termasuk melihat, mendengar, menyentuh, mencium, mencicipi, dan menanggapi sensasi yang dirasakan di dalam tubuh seseorang. Itu biasanya fisik, paling sering sadar, dan menunjukkan perhatian terhadap detail. Sebaliknya, intuisi mengacu memiliki firasat atau tebakan tentang sesuatu yang sulit untuk diartikulasikan, sering melihat gambaran besar. Sering tidak jelas atau tidak jelas, biasanya tidak sadar, misalnya, “Saya memiliki kesan buruk terhadap Joan. Saya tidak tahu kenapa tapi saya lakukan."
c.       Kombinasi dari Sikap dan Fungsi
Dengan menggabungkan masing-masing dari dua sikap dengan masing-masing dari empat fungsi, delapan jenis psikologis dapat dijelaskan (Schultz & Schultz, 2009). Jung khawatir bahwa individu akan mencoba untuk menempatkannya semua orang masuk ke dalam delapan kategori. Niatnya adalah membantu mengklasifikasikan informasi. Untuk Jung, setiap individu memiliki pola sikap dan fungsi yang unik yang membentuk kepribadiannya. Delapan jenis psikologis dijelaskan sebentar di sini, berfokus hanya pada karakteristik yang paling penting, dengan empat fungsi-fungsi yang dikombinasikan dengan sikap introvert dan empat fungsi yang dikombinasikan dengan sikap ekstravert (Myers, McCaulley , Quenk , & Hammer, 1998).
Introvert-Thinking: Orang-orang seperti itu suka mengejar ide mereka sendiri dan tidak secara khusus khawatir tentang memiliki ide-ide ini diterima. Mereka mungkin lebih menyukai ide abstrak untuk berinteraksi dengan orang lain atau membuat rencana.
Introverted-Feeling: Perasaan yang kuat dapat disimpan di dalam, kadang-kadang meletus dengan kuat ekspresi. Seniman kreatif cenderung mengekspresikan perasaan mereka melalui karya-karya mereka.
Introvert-Sensation: Orang-orang semacam itu mungkin fokus pada persepsi dunia mereka, menghadiri terutama untuk psikologis mereka sendiri sensasi. Mereka mungkin lebih memilih artistik dan ekspresi kreatif untuk komunikasi verbal.
Introvert-Intuisi: Orang tipe ini mungkin mengalami kesulitan berkomunikasi mereka sendiri, wawasan dan intuisi karena mereka mungkin diri mereka sendiri mengalami kesulitan dalam memahami pikiran dan gambar mereka sendiri.
Extraverted-Thinking: Meskipun prihatin dengan dunia luar, orang-orang seperti itu dapat mencoba untuk memaksakan pandangan mereka sendiri tentang dunia yang lain. Orang yang bekerja di bidang sains dan matematika terapan dapat menggunakan pemikiran mereka berfungsi untuk membantu memecahkan masalah nyata.
Extraverted-Feeling: Interaksi dengan yang lain orang sering kali bisa emosional, tetapi juga cukup ramah dan ramah di waktu lain.
Extraverted-Sensation: Mengalami sensasi dan berpartisipasi dalam kegiatan menarik, seperti mendaki gunung, merupakan ciri khas dari inimengetik. Mereka sering suka mengumpulkan data dan informasi dan cenderung praktis dan realistis.
Extraverted-Intuition: Orang-orang seperti itu menyukai hal-hal baru dan mempromosikan ide dan konsep baru yang lain. Mereka mungkin mengalami kesulitan minat dalam satu proyek. Meskipun ada banyak cara untuk menilai tipe psikologis, bahayanya menilai terlalu banyak atau orang yang melakukan pigeonholing ke dalam delapan kategori tetap ada. Jenis ini terbaik dapat dilihat sebagai cara untuk memahami bagaimana Jung menggabungkan sikap dan fungsi kepribadian dalam menjelaskan karakteristik individu.
d.      Kekuatan Fungsi
Karena keempat fungsi mewakili dua polaritas, berpikir perasaan dan merasakan-intuisi, individu mengalami semua dari empat. Namun, semuanya tidak berkembang dengan baik pada individu. Yang paling tinggi fungsi yang dikembangkan, disebut sebagai fungsi superior, dominan dan sadar. Fungsi paling maju kedua, fungsi bantu, ambil ketika atasan tidak beroperasi. Fungsi yang paling tidak dikembangkan dengan baik disebut sebagai fungsi inferior. Berbeda dengan fungsi atasan, yang mana sadar, fungsi inferior ditekan dan tidak sadar, muncul di mimpi dan fantasi. Biasanya ketika fungsi rasional (pemikiran atau perasaan) sedang superior, maka fungsi non-rasional (sensing-intuiting) akan menjadi tambahan. Itu sebaliknya juga benar.
Konsep kekuatan fungsi atau dominasi dapat menjadi sesuatu yang sulit dipahami. Analis Jung merasa sangat membantu untuk mengeksplorasi fungsi yang lebih rendah dari pasien mereka yang diekspresikan dalam mimpi atau karya kreatif. Contoh berikut menggambarkan bagaimana fungsi inferior dieksplorasi oleh individu yang biasanya tipe pemikiran introvert. Kasus ini tidak hanya menggambarkan penggunaan Terminologi jenis Jung tetapi juga menghubungkannya dengan bahan arketipe, anima dalam hal ini.
Sebuah kasus akan mengilustrasikan penggunaan fungsi inferior seperti itu. Seorang insinyur muda yang punya keunggulan di sekolah dan di perguruan tinggi, di bawah tekanan dari seorang ayah yang menuntut, termotivasi oleh pengalaman obat dan teman sebaya dalam kontra budaya untuk berhenti dari pekerjaan pertamanya setelah kuliah untuk tujuan mengeksplorasi "varietas pengalaman religius." Dia melayang ke Pantai Barat dan hidup dalam berbagai situasi komunal, di mana dia bereksperimen dengan perasaan seksualnya serta religiusnya. Dia akhirnya mencoba bertukar adaptasi heteroseksual yang dominan untuk seorang homoseksual, tetapi ia menjadi homoseksual yang paling tidak masuk akal dan tidak berhasil, mempengaruhi cambuk, persona feminin palsu dan sikap jorok yang kontras komik dengan yang biasanya dilindungi dan presentasi maskulin dari Diri. Dia menjadi konyol dan tidak teratur di bawah tekanan dari percobaan ini, dan dia dirawat di rumah sakit untuk apa yang tampaknya menjadi psikosis. Ketika dia meminta untuk melihat "Jung," dia dirujuk dari pusat perawatan sehari ke sebuah analis
Setelah beberapa eksplorasi, analis menyimpulkan bahwa pasien, dalam usahanya membatalkan tuntutan berlebihan ayahnya, telah mengubah jiwanya ke dalam. Dia telah melarikan diri untuk fungsi inferior dalam upaya untuk menemukan bagian dari dirinya sendiri yang ayahnya tidak bisa mengaturnya. Biasanya tipe pemikiran introvert dengan dapat diandalkan sensasi extravert tambahan, dia telah berubah terlebih dahulu ke introvertnya yang relatif inferior intuisi, yang ia jelajahi melalui narkoba dan melalui partisipasi dalam kultus agama. Kemudian kehidupan komunal telah menstimulasi perasaan ekstravena inferiornya, yang biasanya dibawa oleh anima-nya. Ia menjadi anima-diidentifikasi, memberlakukan bagian dari wanita perasaan ekstraverted inferior. Yang pasti, dia mengambil balas dendam pada ayahnya dengan memberlakukan karikatur bawah sadar dari peran "feminin" dia merasa dirinya telah menempati relasi aslinya dengan ayahnya. Tetapi Seluruh kompensasi, cerdas meskipun itu, merusak hidupnya dan secara psikis mendistorsi kepribadiannya. Cukup menyedihkan, dia benar-benar seperti insinyur kompulsif ayahnya menginginkannya.
Analis mengambil taktik dengan lembut mendukung kembalinya pasien ke adaptasi melalui fungsi atasannya dan diam-diam mengurungkan niat pasien eksplorasi lebih lanjut fungsi inferiornya. Dia dengan tegas menolak yang lebih terang pendekatan intuitif perasaan “Jung” yang diminta pertama kali oleh pasien. Dengan pendekatan ini, kekonyolan dekat-hebephrenic pasien menghilang. Dia melanjutkan heteroseksual berfungsi, memulihkan kepribadian introvertnya yang dominan, dan mencari bekerja di bidang yang kurang ambisius terkait dengan teknik. (Sandner & Beebe, 1982, hlm 315–316)
Meskipun rumit, contoh ini menggambarkan bagaimana seorang analis Jung mungkin menghadiri fungsi-fungsi inferior dalam memahami klien sambil mendukungnya sikap dan fungsi berpikir introvert.
4.      Perkembangan Kepribadian
Karena Jung lebih mementingkan pengertian bawah sadar dan dimensi kepribadian daripada dia dengan perkembangan kepribadian, Jung (1954d) tahapan kepribadian kurang berkembang dengan baik dibandingkan dengan Freud atau Erikson. Ia membagi hidup menjadi empat tahap dasar: masa kanak-kanak, remaja dan dewasa muda, usia paruh baya, dan usia lanjut. Tahap kehidupan yang paling dia minati dan paling sering ditulis adalah usia paruh baya.
a.       Masa kecil
Jung (1954b) percaya bahwa energi psikis anak-anak adalah terutama naluriah- makan, tidur, dan sebagainya. Peran orang tua adalah mengarahkan energi anak-anak sehingga mereka tidak menjadi kacau dan tidak disiplin. Jung merasa bahwa sebagian besar masalah masa kanak-kanak adalah karena masalah di rumah. Jika masalah salah satu atau kedua orang tua dapat diselesaikan, maka anak-anak tidak taat perilaku dan masalah lain akan berkurang. Fordham (1996) memiliki ditarik pada teori hubungan objek seperti yang dijelaskan oleh Melanie Klein untuk mengembangkan Pendekatan Jung untuk perkembangan anak. Umumnya, masa kanak-kanak adalah waktu untuk terpisah dari orang tua dan mengembangkan rasa identitas pribadi (Schultz & Schultz, 2009).
b.      Masa Remaja
Remaja dapat mengembangkan berbagai masalah seperti yang mereka hadapi dengan banyak keputusan hidup, seperti pilihan sekolah dan karier. Selanjutnya, mereka mungkin mengalami kesulitan yang timbul dari naluri seksual, termasuk rasa tidak aman saat berhubungan dengan jenis kelamin lainnya. Ketika mereka tumbuh dan berkembang, mereka mungkin berharap bahwa mereka adalah anak-anak lagi, dengan sedikit keputusan untuk dibuat. Ini konflik dan poin keputusan yang dihadapi remaja ditangani secara berbeda, tergantung pada kecenderungan mereka terhadap introversi atau extraversion. Untuk mengatasi dengan masalah mereka, remaja harus mengembangkan persona yang efektif untuk ditangani dunia berdasarkan fungsi dominan mereka sendiri daripada yang dipaksakan oleh harapan orang tua. Ketika mereka memasuki periode dewasa muda, individu menemukan kepribadian mereka sendiri dan mengembangkan pemahaman persona mereka sendiri.
c.       Paruh Baya
Minat Jung di usia paruh baya mungkin dijelaskan oleh fakta itu ia mengalami krisis paruh baya sendiri, di mana ia dengan saksama memeriksa kembali miliknya sendiri batin dan dieksplorasi kehidupan bawah sadarnya melalui mimpi dan kreatifnya kerja. Selain itu, banyak pasien Jung yang berusia paruh baya, telah sukses, dan berhadapan dengan pertanyaan tentang makna hidup. Sebagai individu menjadi mapan dalam karir mereka, keluarga mereka, dan komunitas mereka, mereka mungkin sadar mengalami perasaan tidak berartinya atau kehilangan hidup mereka (Jung, 1954f). Bahkan, banyak individu yang ingin menjadi analis Jung sering melakukannya pada usia paruh baya daripada di usia 20-an, usia yang khas untuk mereka yang mencari pelatihan di psikoterapi lainnya. Berbagai masalah bisa terjadi ditemui pada usia paruh baya atau dalam masa transisi dari remaja ke usia paruh baya. Misalnya, Jung mengidentifikasi si puer aeternus , pria yang mengalami kesulitan tumbuh keluar dari masa remaja dan menjadi bertanggung jawab sendiri, karena ia melekat tanpa disadari kepada ibunya. Istilah puella aeterna , di mana keterikatannya adalah pada ayah, digunakan untuk wanita yang kesulitan menerima tanggung jawab masa dewasa. Namun demikian, individu tersebut dapat menjadi kreatif dan energik (Sharp, 1998).sia Menengah
d.      Usia Tua
Jung percaya bahwa pada orang tua menghabiskan lebih banyak waktu dalam ketidaksadaran mereka. Namun, Jung merasa bahwa orang yang lebih tua harus mengabdi waktu untuk memahami pengalaman hidup mereka dan mendapatkan makna dari mereka (Jung, 1960e). Bagi Jung, usia tua adalah waktu untuk mencerminkan dan mengembangkan kebijaksanaan. Orang yang lebih tua sering berpikir tentang topik kematian dan kematian, sebuah masalah tercermin dalam tulisan dan mimpi Jung (Yates, 1999). Sebagai contoh, Goelitz (2007) menjelaskan bagaimana mimpi bekerja dengan orang yang sakit parah dapat bermanfaat pasien-pasien ini. Sejumlah pasien Jung adalah usia pensiun (Mattoon, 1981), mencerminkan keyakinannya bahwa perkembangan psikologis terus berlanjut umur.
Dalam analisis Jung, pengetahuan dan pemahaman tingkat kesadaran dan dimensi kepribadian, serta perubahan dalam energi psikis, adalah penting. Secara khusus, keakraban dalam berurusan dengan alam bawah sadar bahan arketipe yang diproduksi dalam mimpi, fantasi, dan dengan cara lain adalah fokus utama. Gambaran dari elemen-elemen teori kepribadian Jung ini terkait dengan proses analisis Jung dan psikoterapi di bagian berikutnya.
C.    Analisis dan Terapi Jung
Sebagian besar terapi Jung berkaitan dengan membawa materi tidak sadar ke dalam kesadaran. Untuk mencapai hal ini, penilaian dilakukan melalui penggunaan proyektif teknik, instrumen obyektif yang mengukur jenis, dan penilaian bahan mimpi dan fantasi. Hubungan terapeutik adalah hubungan yang fleksibel dengan analis menggunakan informasi mereka tentang jiwa mereka sendiri untuk membimbing pasien mereka dalam membawa kesadaran pribadi dan kolektif ke dalam kesadaran. Untuk melakukan ini, banyak gunanya terbuat dari mimpi, imajinasi aktif, dan metode eksplorasi lainnya. Bidang penyelidikan lainnya adalah transferensi dan counter-transference yang merujuk untuk pemeriksaan masalah hubungan yang mempengaruhi jalannya terapi. Bagian ini hanya memberikan diskusi singkat tentang aspek-aspek penting dari analisis Jung dan psikoterapi.
1.      Tujuan Terapeutik
Dari sudut pandang Jung, tujuan hidup adalah individuasi (Hall, 1986). Sebagai disebutkan, individuasi mengacu pada realisasi sadar realitas psikologis itu unik untuk diri sendiri. Ketika individu menjadi sadar akan kekuatan dan keterbatasan mereka dan terus belajar tentang diri mereka, mereka memadukan kesadaran dan bagian tak sadar dari diri mereka sendiri. Dalam deskripsi singkatnya tentang tujuan analisis, Mattoon (1986) menjelaskan tujuan analisis Jung sebagai integrasi sadar dan tidak sadar untuk mencapai rasa kepenuhan, mengarah ke individuasi.
Tujuan terapi Jung dapat bergantung pada tahap perkembangan sabar (Harris, 1996), apakah masa kanak-kanak, remaja, setengah baya, atau usia tua. Untuk anak-anak, tujuannya mungkin untuk membantu mereka dalam masalah yang mengganggu mereka pola dasar diri (perkembangan normal). Pada masa remaja dan awal masa dewasa sering ada fokus pada identitas dan pemahaman lebih banyak tentang diri seseorang dari persona seseorang. Diusia paruh baya, tujuan dapat bergeser dari hasil produktif pragmatis hidup dan bertanggung jawab untuk keluarga yang kurang material dan lebih spiritual aspek kehidupan seseorang. Untuk orang yang berusia 70 tahun atau lebih, melihat kehidupan sebagai keseluruhan proses dan mengembangkan ketenangan adalah beberapa tujuan terapi. Tentu saja, individu mungkin memiliki tujuan lain juga, tetapi ini adalah yang umum yang terkait tahapan dalam rentang kehidupan.
2.      Analisis, Terapi, dan Konseling
Meskipun para penulis tidak sependapat dalam definisi mereka tentang analisis Jung, psikoterapi, dan konseling, istilah analist Jung disediakan untuk mereka yang secara resmi dilatih di lembaga yang disertifikasi oleh Asosiasi Internasional untuk Psikologi Analitik. Dalam kontras psikoterapi Jung dengan analisis Jung, Henderson (1982) percaya analisis lebih intensif daripada psikoterapi, melibatkan beberapa sesi seminggu selama jangka waktu yang panjang. Untuk Henderson, psikoterapi lebih singkat, memungkinkan terapis untuk memberikan intervensi krisis dan untuk memenuhi kebutuhan mendesak untuk wawasan psikologis. Sebaliknya, Mattoon (1981) melihat tidak ada perbedaan yang jelas antara psikoterapi dan analisis dalam hal metode atau konten. Namun, ia mengakui bahwa banyak analis Jung percaya analisis itu lebih banyak membahas materi yang tidak disadari, terutama mimpi, daripada terapi. Berkenaan dengan konseling, M.attoon melihat konselor yang biasanya bekerja lebih sedikit bahan tidak sadar dari terapis atau analis. Mungkin alasan untuk variasi ini pendapatnya adalah bahwa analist Jung sendiri memiliki latar belakang yang beragam (Psikologi, pekerjaan sosial, pelayanan, atau pekerjaan yang tidak terkait dengan membantu profesi). Banyak yang menjadi analis di usia 30-an atau 40-an sebagai “dual-carrier”(Hall, 1986). Secara umum, semakin banyak pemaparan yang dilakukan konselor dan psikoterapis harus menekan Jung pada ketidaksadaran melalui mereka analisis sendiri dan pelatihan khusus, semakin mungkin mereka merasa nyaman menggunakan material tidak sadar dalam pekerjaan mereka.
3.      Asesmen
Metode yang digunakan oleh analist Jung untuk penggunaan mimpi mereka sendiri. Meskipun Jung memiliki beberapa ukuran standar kepribadian yang tersedia, ia menggunakan berbagai cara untuk memahami pasiennya. Ketika sistem klasifikasi diagnostik dikembangkan (Diagnostik dan Statistik Manual [DSM] II, III, dan IV-TR), ada beberapa upaya terbatas untuk menghubungkan tipologi Jung dengan kategori diagnostik dan banyak kritik terhadap DSM-IV (Ekstrom & PDM Task Force, 2007). Penjelasan Jung tentang empat metode pemahaman pasien (asosiasi kata, analisis gejala, sejarah kasus, dan analisis ketidaksadaran) dapat diletakkan dalam perspektif terbaik melalui pemahaman pendekatan subjektif dan manusiawi terhadap terapi.
Diagnosis klinis sangat penting karena dokter atau analist mendapat gambaran tertentu tentang gejala atau apa yang di alami oleh pasien. Jung menjelaskan empat metode pembelajaran tentang pasien. Pertama, metode asosiasi kata yang ia kembangkan dalam karyanya dengan Riklin (Jung, 1973) menyediakan cara untuk menemukan gangguan yang mungkin mengganggu individu (p. 157) dan memungkinkan eksplorasi alam bawah sadar. Kedua, hipnosis digunakan untuk mengembalikan ingatan menyakitkan. Disebut analisis gejala, Jung merasa itu bermanfaat hanya untuk gangguan stres pasca trauma. Ketiga, sejarah kasus digunakan untuk menelusuri perkembangan historis gangguan psikologis. Jung menemukan bahwa metode ini sering membantu pasien dalam membawa perubahan sikap (Jung, 1954a, hal. 95). Metode keempat, analisis ketidaksadaran adalah yang paling signifikan bagi Jung. Untuk digunakan hanya ketika isi yang disadari habis, pendekatan untuk penjelajahannya bervariasi, biasanya termasuk perhatian pada bahan pola dasar pasien yang terkait dalam fantasi dan mimpi. Dalam kasus berikut, Jung memberi contoh bagaimana dia menggunakan mimpinya sendiri tentang seorang pasien (dan dengan demikian ketidaksadarannya) untuk memajukan analisis pasien. Menggunakan dan menafsirkan mimpi mereka sendiri adalah metode yang digunakan oleh beberapa terapis psikoanalitik dan Jung (Spangler, Hill, Mettus, Guo, & Heymsfield, 2009).
Meskipun Jung menggunakan pendekatan yang sangat pribadi untuk memahami klien, teorinya tentang kepribadian telah berdampak pada pengembangan dua teknik projektif yang signifikan: Tes Rorschach dan Tes Apersepsi Tematik (TAT). Sebagaimana dinyatakan oleh Ellenberger (1970), Hermann Rorschach tertarik pada tipologi Jung, terutama introversi dan fungsi ekstraversi karena terkait dengan pengembangan Rorschach Psychodiagnostic Inkblot Test. Dari beberapa metode yang telah digunakan untuk menilai Rorschach, salah satu yang lebih dikenal dikembangkan oleh Bruno Klopfer, seorang analist Jung.
Tiga ukuran objektif dari jenis telah dikembangkan: Survei Jenis Jungang Gray-Wheelwright (GW; Wheelwright, Wheelwright, & Buehler, 1964), Jenis Indikator Myers-Briggs (MBTI; Myers, McCaulley, Quenk, & Hammer, 1998), dan Inventory of Personality Singer-Loomis (SLIP; Singer & Loomis, 1984). GW telah digunakan selama lebih dari 50 tahun oleh beberapa analist Jung, sedangkan SLIP telah dikembangkan dalam 20 tahun terakhir. Sejauh ini yang paling banyak dikenal adalah MBTI, yang digunakan oleh banyak konselor dan membantu para profesional untuk membantu individu dalam memahami bagaimana mereka membuat keputusan, merasakan data, dan berhubungan dengan dunia dalam atau luar mereka (Sharf, 2010). MBTI sering digunakan tanpa menghubungkan konsep-konsepnya dengan teori Jung yang lebih luas. Baik GW dan MBTI menggunakan asumsi bipolar, sedangkan SLIP tidak (Arnau, Rosen, & Thomson, 2000).
4.      Hubungan Terapeutik (Therapeutic Relationship)
Menerima pasien gangguan psikologis dan proses tidak sadarnya sangat penting untuk Jung. Bahkan, dia sering terpesona oleh pasien yang sangat terganggu yang telah dirawat di rumah sakit dengan psikosis selama bertahun-tahun. Jung melihat profesiya sebagai seorang analist berarti harus menggunakan pengalaman pribadi untuk membantu pasien, karena menurutnya proses yang sulit adalah menjelaskan tentang sifat manusia.
Dibutuhkan pelatihan untuk menangani pasien. Seorang dokter harus dapat mengerti tentang dirinya sebelum dapat membantu pasien dengan segala masalah yang akan dihadapi. Dalam analisis pelatihan, dokter harus belajar untuk mengetahui psikisnya sendiri dan menganggapnya serius. Jika dokter tidak bisa melakukannya, pasien tidak akan belajar juga. (Jung, 1961, hal. 132).
Pendekatan penting Jung untuk terapi adalah kemanusiaan. Ini dapat dilihat dalam konsep “penyembuh yang terluka” (Samuels, 2000; Sharp, 1998). Analist tersentuh oleh rasa sakit pasien (kekuatan yang marah dan menyakitkan diwakili oleh bayangan). Ini sama dengan merasakan apa yang pasien rasakan agar dapat megerti dan menemukan jalan keluar untuk masalah pasien.
Tentu saja, seorang dokter harus akrab dengan apa yang disebut "metode." Tapi dokter harus menjaga agar tidak jatuh ke dalam pendekatan rutin tertentu. Secara umum orang harus waspada terhadap asumsi teoritis. Seorang analist harus ingat terhadap perbedaan individu dan faktor pengecualian. Ada individu yang mampu bercerita dan menjelaskan masalah dengan baik, namun ada beberapa pasien tidak. Jadi tidak semua pasien bisa dianalisis dengan assosiasi bebas. Kami membutuhkan bahasa yang berbeda untuk setiap pasien. Dalam satu analisis saya dapat didengar berbicara dialek Adlerian, di lain Freudian. (Jung, 1961, hal. 131)
5.      Tahapan Terapis (Stage of Therapy)
Jung menguraikan empat tahap (G. Adler, 1967, p. 339; Jung, 1954c). Tahap pertama adalah katarsis, yang mencakup pengakuan rahasia intelektual dan emosional. Yang kedua, penjelasan, atau interpretasi, meminjam dari Freud dan sangat bergantung pada interpretasi hubungan transferensi. Tahap ketiga memanfaatkan beberapa wawasan Alfred Adler yang berfokus pada kebutuhan sosial individu dan perjuangan mereka untuk keunggulan atau kekuasaan. Pada titik ini, ada kebutuhan untuk pendidikan sosial atau menghubungkan masalah pasien dengan masyarakat. Tahap keempat, "transformasi" atau "individuasi," melampaui kebutuhan yang harus dipenuhi secara sosial untuk fokus pada pemahaman individu tentang pola unik mereka dan kepribadian individu mereka.
6.      Mimpi dan Analisis
Bagi Jung, penafsiran mimpi adalah inti dari analisis. “Mimpi bukan sekadar reproduksi kenangan atau abstraksi dari pengalaman. Mereka adalah manifestasi tak disadari dari kreativitas tak sadar” (Jung, 1954a, hlm. 100). . Dia membedakan antara mimpi "kecil" dan "besar". Lebih umum daripada mimpi besar, mimpi kecil datang dari ketidaksadaran pribadi dan sering merupakan cerminan dari aktivitas sehari-hari. "Mimpi yang signifikan, di sisi lain, sering diingat untuk seumur hidup, dan tidak jarang terbukti menjadi permata terkaya di rumah harta karun pengalaman psikis" (Jung, 1960c, hal. 290).
a.       Material Mimpi (dream material)
Sumber dari mimpi sendiri sangatlah beragam, mungkin di dalamnya termasuk, pengalaman yang terjadi secara sadar atau tidak sadar. Namun, kadang-kadang mimpi berasal dari rangsangan fisik (seperti saat ingin buang air kecil). Sumber mimpi tidak penting; apa yang penting adalah makna yang dimiliki oleh gambar untuk si pemimpi (Mattoon, 1981). Untuk mengingat mimpi cara yang data dilakukan adalah menulis mimpi tersebut pada jurnal mimpi sesaat setelah bangun. Karena orang akan melupakan apa yang terjadi dalam mimpi sesaat setelah individu terbangun. Banyak informasi tentang mimpi yang dapat diingat, termasuk detail-detail kecil, harus dicatat, karena detailnya sering secara simbolis signifikan dan dapat mengubah mimpi kecil yang ada menjadi mimpi yang signifikan (Harris, 1996). Bahkan sebelumnya Jung sudah membedakan mimpi menjadi “kecil” dan “besar”.
b.      Struktur Mimpi
Meskipun narasi mimpi bervariasi namun sebagian besar dari mimpi tersebut memiliki elemen-elemen seperti yang dijelaskan oleh Jung (Jung, 1961, hlm. 194–195). Narasi mimpi dimulai dengan eksposisi yang menggambarkan tempat mimpi, karakter utama dalam mimpi, hubungan si pemimpi dengan situasi, dan terkadang waktu. Bagian kedua dari mimpi adalah pengembangan plot, indikasi ketegangan dan konflik yang berkembang dalam mimpi. Bagian ketiga adalah acara yang menentukan, dimana terjadi kejanggalan dalam mimpi.
c.       Interpretasi Mimpi
Tujuan Jung dalam penafsiran mimpi adalah untuk mengaitkan makna simbolis mimpi dengan situasi sadar pasien (Jung, 1960c). Bagaimana analis mimpi melakukan pendekatan pada mimpi-mimpi berneda-beda. Terkadang gambar yang muncul dalam mimpi merupakan cerminan aktifitas pribadi. Selanjutnya, ia mencari kesinambungan di antara gambar-gambar mimpi atau pola-pola mimpi dan memperhatikan makna subjektif atau obyektif dari gambar-gambar di dalam mimpi.
Mimpi yang mengungkapkan hubungan pribadi adalah hubungan yang berhubungan dengan kehidupan nyata pemimpi. Mimpi seperti itu mungkin perlu ditafsirkan tidak hanya dalam hal kejadian sehari-hari seorang individu tetapi juga dalam hal informasi tentang keluarganya, masa lalu, teman, dan latar belakang budaya.
Berbeda dengan materi mimpi yang memiliki banyak asosiasi pribadi, mimpi yang menunjukkan asosiasi pola dasar mengandung materi yang mencerminkan ketidaksadaran kolektif daripada ketidaksadaran pribadi. Karena arketipe memiliki bentuk, tetapi bukan konten, analis harus menggunakan pengetahuan mereka tentang simbolisme yang hadir dalam mitologi, cerita rakyat, dan agama. Dengan pengetahuan ini, analis dapat memperluas makna materi kepada pasien melalui proses amplifikasi.
Fitur penting lainnya dalam menafsirkan mimpi adalah untuk menentukan apakah gambar dalam mimpi harus diperlakukan secara obyektif atau subyektif. Dalam interpretasi obyektif, benda-benda dan orang-orang dalam mimpi mewakili diri mereka sendiri. Dalam interpretasi subjektif, setiap objek atau orang mewakili bagian dari si pemimpi. Sebagai contoh, seorang wanita yang bermimpi berada di restoran dan berbicara dengan pria yang aneh dapat melihat pria dalam mimpi itu sebagai representasi animusnya (Jung, 1960a). Secara umum, Jung merasa interpretasi obyektif biasanya tepat ketika orang-orang dalam mimpi itu penting bagi si pemimpi.
d.      Fungsi Kompensasi dari Mimpi
Jung percaya bahwa kebanyakan mimpi adalah kompensasi dan bagian dari proses mengatur kepribadian individu (Whitmont, 1991). Pertanyaannya adalah apa yang dilakukan mimpi bagi si pemimpi. Dengan membawa alam bawah sadar dari mimpi ke dalam kesadaran, si pemimpi mungkin dapat menentukan tujuan dari mimpi itu. Mimpi dapat mengompensasi kesadaran dengan menegaskan, menentang, melebih-lebihkan, atau dalam beberapa cara lain yang berkaitan dengan pengalaman sadar. Namun, tidak semua mimpi memiliki fungsi kompensasi. Beberapa mimpi dapat mengantisipasi peristiwa atau tindakan di masa depan, dan yang lainnya mewakili peristiwa traumatis dari ketidaksadaran.
7.      Imaginasi Aktif
Analisis Jung sering mencari berbagai cara untuk memungkinkan konten unconscious baru untuk muncul ke kesadaran. Imajinasi aktif sebagai suatu cara yang dapat membantu proses tersebut. Tujuan utamanya adalah membiarkan kompleks dan komponen emosional mereka muncul dari ketidaksadaran ke kesadaran (Matton, 1981, hal. 238). Imajinasi aktif sering dilakukan dengan melakukan percakapan khayalan dengan sosok manusia atau bukan manusia yang mungkin disarankan oleh mimpi atau fantasi. Pendekatan ini berbeda dengan berfantasi secara pasif tentang pengalaman atau gambar, karena dapat memperdalam dari waktu kewaktu dan mencakup beberapa masalah pasien. Imajinasi aktif paling sering dilakukan dengan simbol yang mewakili seperti anima atau animus. Untuk menggunakan pendekatan ini, pasien harus memiliki banyak pengalaman dengan terapi analitik, tetapi masih mungkin sulit untuk dipelajari. Dalam membahas kontratransferensi, Schaverien (2007) menjelaskan bagaimana terapis dapat lebih memahami isu-isu yang berkaitan dengan kontratransferensi dengan menggunakan citra aktif dirinya sendiri. Dengan cara ini, analist Jung mengizinkan imajinasi pasiennya untuk memberikan gambaran visual atau pendengaran dari ketidaksadarannya kekesadarannya, yang kemudian pasien berdialog didalam dirinya. Bila diperlukan, analist mendiskusi pengalaman ini dengan pasien sehingga pasien dapat menggunakan diskusi ini untuk membawa bahan lain dari alam bawah sadar ke kesadaran
8.      Teknik Lain-lain
Analisis Jung dapat menggunakan berbagai teknik-teknik kreatif untuk membantu proses sadar memasuki kesadaran. Contohnya terapi tari dan gerakan, puisi, dan karya seni. Pasien dapat menggunakan ekspresi artistiknya tanpa sadar dengan apa yang mereka ciptakan dan dengan nilai simbolis. Menggunakan teknik Gestalt yaitu berbicara dengan orang yang dibayangkan di kursi kosong mungkin adalah cara lain untuk mengakses materi tidak sadar. Metode yang digunakan dengan anak-anak dan orang dewasa adalah sandtray, sebuah bak pasir dengan angka kecil dan bentuk-bentuk yang dapat diberikan oleh individu. Castellana dan Donfrancesco (2005) menunjukkan bahwa angka-angka dan benda-benda yang orang memilih untuk menempatkan di sandtray mewakili aspek-aspek kepribadian seseorang, biasanya aspek-aspek dari alam bawah sadar pasien. Berbagai pendekatan yang digunakan para analist Jung tergantung pada pelatihan mereka dan kebutuhan pasien mereka.
9.      Transference dan Counter-transference
Sumber transferensi dan countertransference adalah proyeksi, proses dimana karakteristik satu orang bereaksi seolah-olah mereka milik objek atau orang lain. Ketika pasien memproyeksikan aspek diri mereka sendiri atau orang lain yang signifikan terhadap analist, ini disebut transferensi. Ketika analis memproyeksikan perasaan atau karakteristik bawah sadar mereka ke pasien, itu disebut countertransference. Baik transferensi dan countertransference dapat menjadi negatif, seperti ketika pasien atau analis merasa frustrasi dengan jalannya terapi, dan sumber frustrasi adalah karakteristik pengalaman individu, seperti argumen dengan orang tua. Demikian juga, transferensi dan countertransference dapat menjadi positif, seperti ketika hubungan yang hangat dengan ibu diproyeksikan ke orang lain. Salah satu aspek transferensi dan countertransference yang unik untuk analisis Jung adalah penekanan pada proyeksi tidak hanya pengalaman pribadi tetapi juga pola dasar dari ketidaksadaran kolektif (Perry, 2008)
Pandangan Jung tentang transferensi dan countertransference sangat berubah sepanjang lebih dari 50 tahun tulisannya. Selama itu dia sangat dipengaruhi oleh Freud, dia umumnya setuju dengan Freud yang bekerja dengan isu-isu transferensi adalah bagian penting dari penyembuhan dalam analisis. Ketika Jung mengabdikan studinya untuk arkhetipe dan simbol mereka, dia mulai merasa bahwa transferensi pribadi tidak penting dalam analisis dan dapat dihindari. Bagaimanapun, ia mulai percaya bahwa transferensi memiliki dimensi archetypal dan mencurahkan banyak usaha (Jung, 1954e) untuk mendeskripsikan material pola dasar yang dapat diproyeksikan ke terapis.
Untuk mengilustrasikan peran transferensi dan countertransference dalam analisis Jung, contoh berikut dari seorang analist wanita yang bekerja dengan seorang wanita yang mengalami kecemasan intens yang timbul karena dikritik dan diremehkan oleh ibunya (Ulanov, 1982) menunjukkan beberapa masalah penting. Ulanov menggambarkan pasiennya sebagai kurang percaya diri dan memiliki banyak kemarahan yang ditekan yang secara bertahap direalisasikan sebagai analisis berlangsung.
D.    PSYCHOLOGICAL DISORDER
Menggambarkan pendekatan Jung pada berbagai masalah psikopatologi diagnostik sulit karena berbagai alasan. Sebagian besar psikoterapi dan analisis Jung berlangsung selama beberapa tahun dan berhubungan dengan representasi pola dasar dalam ketidaksadaran daripada perilaku yang terkait dengan klasifikasi diagnostik. Selain itu, beberapa analist Jung menggabungkan teori hubungan objek atau psikologi diri Kohut dengan pendekatan Jung pada ketidaksadaran, sehingga sulit untuk memisahkan analisis Jung dari pendekatan lain. Sulit untuk memahami pendekatan Jung terhadap analisis tanpa pengetahuan tentang mitologi dan budaya rakyat dan keakraban dengan berbagai macam arkhetipe yang dirujuk oleh analis Jung. Dengan demikian, informasi tentang empat kategori diagnostik yang disajikan di sini tidak menunjukkan bagaimana semua analis Jung akan bekerja dengan gangguan ini, tetapi ini mengilustrasikan berbagai pendekatan konseptual dan terapeutik.
1.      Depression: Young Woman
Dalam terapi Jung, depresi ditangani dengan cara yang unik tergantung pada sifat mimpi dan material lain yang dibawa pasien pada sesi. Dalam hal ini, seorang wanita yong sedang berduka atas kematian kakaknya 10 tahun sebelumnya dan kehilangan hubungan romantis. Linda Carter (Cambray & Carter, 2004) menjelaskan bagaimana dia memandang hubungan kliennya dengan "orang lain" (saudara laki-laki klien dan mantan pacar). Carter melihat “orang lain” ini sebagai mungkin membantu mengarahkan roh-roh atau mengganggu sebagai hantu. Pandangan ini mengungkapkan sifat spiritual dari analisis Jung. Penjelasan Carter menunjukkan sifat hubungannya dengan pasiennya dan bagaimana dia membantu klien dengan kehilangan relasinya yang penting.
2.      Anxiety Neurosis: Girl
Analist Jung berbeda dalam peran yang dimainkan oleh alam bawah sadar dalam konseptualisasi dan perawatan pasien. Kasus ini menunjukkan bagaimana ketidaksadaran Jung adalah bagian penting dari pekerjaannya dengan seorang wanita dengan gangguan kecemasan. Sebelum Jung mendengar tentang wanita muda ini yang akan dia temui keesokan harinya, dia bermimpi dimana seorang gadis muda yang tidak dikenal datang kepadanya sebagai seorang pasien. Jung bingung oleh wanita dalam mimpi itu dan tidak mengerti apa yang ada dibalik masalahnya. Tiba-tiba dia menyadari bahwa dia memiliki kompleks yang tidak biasa tentang ayahnya. Deskripsi kasus Jung menunjukkan pentingnya atribut untuk spiritualitas terapis dan pasien dalam kesehatan psikologis.
Ketergantungan Jung pada kesadaran bawah sadarnya tentang kecemasan pasien memungkinkannya untuk sampai ke akar masalah. Memiliki mimpi tentang pasien atau kejadian sebelum bertemu pasien atau sebelum kejadian itu tidak biasa bagi Jung. Jung mengamati banyak kebetulan yang tidak memiliki hubungan sebab-akibat. Jung menggunakan istilah sinkronisitas untuk menggambarkan peristiwa yang terkait dalam maknanya tetapi tidak dalam tujuan mereka (Hogenson, 2009; Utama, 2007). Peristiwa-peristiwa semacam itu berkontribusi pada minatnya dalam parapsikologi.


3.      Borderline Disorder: Ed
Dalam menulis tentang proses batas, Schwartz-Salant (1989, 1991) menekankan pentingnya simbolisme pola dasar. Dia menemukan simbolisme alkimia menjadi sangat berguna, khususnya gagasan koniunctio, berdasarkan konsep kesatuan dalam alkimia. Bagi Schwartz-Salant, pasien dari daerah perbatasan mungkin sulit untuk berkomunikasi, karena mereka mungkin mengekspresikan diri bukan melalui perasaan pribadi tetapi melalui pola dasar mereka. Contohnya seperti kasus Ed, ia seorang pria berusia 38 tahun yang cerdas tetapi ia dapat menghabiskan berjam-jam merenungkan mengapa seseorang telah memperlakukannya dengan cara tertentu. Dia sering mengkritik moralitas perilakunya sendiri dan perilaku orang lain. Dalam membantu Ed, Schwartz-Salant berhubungan dengan pola dasar yang dimiliki oleh Ed. Sehingga membuat Ed sadar akan tema-tema tipikal dan transferensi yang paling penting.
4.      Psychotic Disorder: Patient
Dalam pelatihan awalnya dengan Bleuler, Jung memiliki kesempatan untuk bekerja dengan banyak pasien psikotik. Dia sangat tertarik pada kata-kata yang mereka katakana dengan tidak koheren. Dia mendengar ekspresi pasien skizofrenia sebagai verbalisasi materi bawah sadar. Meskipun tidak akrab dengan simbolisme, pasien dijelaskan, lebih dari suatu periode, sebuah pusat berunsur empat, simbol mandala. Dalam proses psikotiknya, Perry melihat tema kematian dan kelahiran kembali karena terkait dengan dominasi orang tua dalam pengembangan individu. Bagi Perry, verbalizations psikotik tidak berasal dari paparan budaya seseorang tetapi dari ketidaksadaran kolektif. Dia memberikan sebagai bukti terjadinya spontan simbol mandala, tidak hanya dengan pasien ini tetapi dengan yang lain. Baginya, symbol mandala memberikan dukungan bahwa Diri adalah pusat jiwa bagi semua orang (Perry, 1987).
E.     TERAPI SINGKAT (BRIEF THERAPHY)
Analisis Jung yang panjang dan bervariasi, tergantung pada kebutuhan pasien dan pendekatan analis. Analis yang menggunakan pendekatan perkembangan, menggabungkan teori Jung dengan teori hubungan objek, kemungkinan akan bertemu dua kali atau lebih per minggu, sedangkan mereka yang mengikuti model Jung yang lebih klasik dapat bertemu sekali atau kadang dua kali seminggu. Durasi juga bervariasi, terkadang kurang dari setahun dan sering bertahun-tahun. Tidak biasa bagi analysands untuk meninggalkan analisis untuk jangka waktu tertentu dan kembali lagi nanti. Namun, tidak ada pendekatan singkat atau terbatas waktu untuk analisis Jung. Harris (1996) menyatakan bahwa kerangka acuan Jung dapat digunakan untuk terapi singkat jika masalahnya terbatas dalam ruang lingkup.
F.     TREND SAAT INI (CURRENT TRENDS)
Dalam menggambarkan pemikiran pasca-Jung, Samuels (1997) mengelompokkan penulis analitis menjadi tiga kategori yang tumpang tindih: pengembangan, klasik, dan pola dasar. Sekolah pengembangan analisis Jung yang berbasis di Inggris, menggabungkan pemikiran Jung dengan banyak teori hubungan objek seperti Klein dan Winnicott (Solomon, 2008). Pekerjaan Fordham (1996) adalah contoh yang bagus dari teori ini dorongan. Sekolah klasik memanfaatkan ide-ide Jung ketika ia menulisnya; saya menyeimbangkan masalah perkembangan dengan penekanan pola dasar tetapi cenderung mengabaikan masalah transferensi dan kontratransferensi (Hart, 2008). Sekolah dasar terbaik dicontohkan oleh Hillman (1989, 1997, 2004), hadir untuk berbagai macam arketipe daripada menekankan persona, anima-animus, dan bayangan (Adams, 2008). Dalam The Archetypal Imagination, Hollis (2000) menunjukkan bagaimana imajinasi dapat memiliki fungsi penyembuhan yang didasarkan pada akar universal (pola dasar).
Haucke (2000) menunjukkan bagaimana psikologi Jung memberikan pandangan baru pada modern budaya di berbagai bidang seperti arsitektur, histeria, dan psikosis. Penulis yang menganut teori Jung mengambil pendekatan postmodern terhadap sains yang luas dan inklusif Ide Jung. Beebe (2004) berpendapat bahwa dialog antara pasien dan Jungian terapis adalah kesempatan untuk menguji pandangan dunia dan memperbesar pandangan itu. Beebe melihat dialog terapeutik sebagai dialog dimana pandangan dunia dapat direplikasi berdasarkan pengalaman. Wilkinson (2004) mengambil sudut pandang yang lebih biologis, melihat Teori Jung sebagai perspektif yang valid pada hubungan pikiran-otak-diri. Pandangan luas sains ini menemukan tempat bagi teori kepribadian Jung dan psikoterapi.
G.    MENGGUNAKAN KONSEP-KONSEP JUNG DENGAN TEORI LAIN
Hubungan dekat Jung dengan Freud selama masa awal kehidupan profesionalnya, banyak persamaan antara dua teori itu ada. Analis Jung sering menemukannya bermanfaat untuk memanfaatkan konsep-konsep perkembangan anak-anak Freud. Banyak Jungians, sering disebut sebagai perkembangan atau sekolah British analisis Jung, telah tertarik pada karya teori lampiran (Knox, 2009) dan teori hubungan objek yang lebih lanjut memeriksa perkembangan masa kanak-kanak.
Meskipun psikodinamik teori-teori terapi yang paling erat terkait dengan analisis Jung, analist Jung miliki juga memanfaatkan teknik pengesahan gestalt seperti kursi kosong, yang dapat membawa material tak sadarkan diri ke dalam kesadaran sadar. Mereka yang bukan analis Jung tetapi menggunakan hubungan objek atau psikoanalitik lainnya teori dapat menemukan konsep Jung dari bentuk arketipe menjadi berguna dan untuk memberikan wawasan baru ke dalam perilaku tidak sadar.
Penggunaan konsep ini memang membutuhkan pengetahuan tentang formasi pola dasar simbol tak sadar dan arketipe kolektif. Morey (2005) memperingatkan tentang kesulitan dalam mencoba mengintegrasikan hubungan objek dan teori Jung. Lebih mudah untuk diintegrasikan adalah pengertian Jung tentang kompleks, yang lebih luas dan lebih komprehensif daripada Freudian. Selain itu, penekanan Jung pada paruh kedua kehidupan mungkin sangat berharga bagi para ahli terapi psikodinamik yang bekerja dengan yang lebih tua pasien. Donahue (2003) menggunakan contoh-contoh kasus untuk menunjukkan bagaimana perkembangan ego dan teori hubungan manusia dapat dikombinasikan dengan terapi Jung.
Untuk profesional kesehatan mental yang tidak menggunakan konsep psikodinamik dalam pekerjaan mereka, penerapan tipologi sikap dan fungsi dari Jung membantu dalam menyediakan sarana untuk memahami kepribadian seseorang. Sikap introversi dan extraversion mengingatkan terapis untuk memperhatikan dunia dalam dan luar pasien. Tipologi Jung juga memberikan wawasan bagaimana individu melihat dunia mereka (merasakan atau intuisi) dan bagaimana mereka membuat penilaian atau keputusan (pemikiran atau perasaan). Konsep-konsep ini dapat diukur melalui beberapa instrumen, termasuk Indikator Tipe Myers-Briggs (MBTI) dan inventaris lain, tetapi mereka tidak memberikan informasi mendalam yang diperoleh sesi terapi. The MBTI dan sikap dan fungsi kepribadian adalah digunakan secara luas oleh banyak profesional yang membantu. Konsep-konsep ini relatif mudah untuk memahami dan tidak memerlukan pelatihan dan pengawasan khusus (biasanya termasuk analisis pribadi) yang diperlukan dalam bekerja dengan tidak bahan sadar.
H.    RISET
Meskipun Jung menggunakan tes asosiasi kata untuk mempelajari konsep kompleksnya, dia menggunakan bukti dari mitos, cerita rakyat, dan mimpi pasien untuk memastikannya hipotesis tentang sebagian besar konsepnya. Mungkin ulasan paling menyeluruh tentang penelitian tentang berbagai konsep Jung dan hipotesis dilakukan oleh Mattoon (1981), yang menggambarkan bukti yang relevan dengan banyak konstruksinya. Sebagian besar penelitian yang berkaitan dengan pemikiran Jung telah ada dalam sistem tipologis sikap dan fungsi. Ada penelitian yang tersebar tetapi tidak ada upaya penelitian yang koheren dengan konsep lain. Analisis Jung mungkin merupakan tipe yang paling sulit pengobatan untuk menilai dalam hal efektivitas karena proses terapeutik panjang, hasil dan langkah-langkah proses perlu berurusan dengan konsep yang terkait dengan ketidaksadaran pribadi dan kolektif, dan pendekatan analist Jung berbeda secara luas dalam hal gaya dan integrasi teori lain. Sebagian besar bagian ini berkonsentrasi pada studi yang berkaitan dengan konsep kepribadian Jung, khususnya, sikap dan fungsi.
Tiga inventaris telah dikembangkan untuk mengukur tidak hanya introversionextraion tetapi juga fungsi pemikiran, perasaan, penginderaan, dan intuisi: Gray-Wheelwright Jungian Type Survey (Wheelwright, Wheelwright, & Buehler, 1964), Indikator Tipe Myers-Briggs (Myers, McCaulley , Quenk , & Hammer, 1998), dan Inventory of Personality Singer-Loomis (SLIP; Singer & Loomis, 1984; Arnau , Rosen, & Thompson, 2000). Dalam hal penggunaan sebagai penelitian instrumen, MBTI telah menerima lebih banyak perhatian daripada dua lainnya. Sebagai contoh, MBTI memiliki ukuran sampel yang berkisar antara 15.000 dan 25.000 dari perkiraan dibuat tentang persentase wanita (75%) di Amerika Serikat yang lebih suka perasaan untuk berpikir, dan persentase pria di Amerika Serikat (56%) yang lebih memilih berpikir untuk merasakan. Di antara penduduk asli Amerika dan Afrika Amerika siswa SMA, tampaknya ada preferensi untuk extraversion, sensing, dan berpikir (Nuby & Oxford, 1998). Dalam sebuah studi dari 200 Australia dan Orang dewasa Kanada, fitur memotivasi untuk extravert adalah perhatian sosial yang mereka terima sebagai hasil dari perilaku mereka (Ashton, Lee, & Paunonen, 2002). MBTI juga telah menjadi subjek penelitian yang identik dan persaudaraan kembar dibesarkan terpisah (Bouchard, Hur, & Horn, 1998) menunjukkan extraversion, introversi, dan pemikiran-perasaan khusus ditemukan serupa pada kembar yang dibesarkan terpisah. Berkaitan dengan tipologi MBTI dengan teori Jung, Cann dan Donderi (1986) menemukan korelasi antara tipe dan ingatan "kecil" dan arkhetipe mimpi, dengan tipe intuitif mengingat lebih banyak mimpi archetypal dan introvert mengingat kembali mimpi sehari-hari. Mengenai pengalaman mimpi, Jacka (1991) menemukan bahwa siswa yang intuitif melihat mimpi mereka sebagai lebih emosional intens dan mengganggu daripada siswa yang mendapat nilai tinggi pada penginderaan. Studi semacam itu menggambarkan berbagai karakteristik fisik dan psikologis yang terkait dengan tipe MBTI.
Dibandingkan dengan studi yang berhubungan dengan berbagai faktor dalam populasi normal, penelitian pada pasien cukup jarang. Mempelajari mimpi 12 anorektik dan penderita bulimia, Brink dan Allan (1992) membandingkan konten mimpi dengan 11 normal wanita menggunakan skala 91-item. Mereka menemukan bahwa wanita yang mengalami gangguan makan memiliki lebih banyak skenario mimpi yang menggambarkan malapetaka di akhir mimpi, sikap tidak bisa berhasil dan gambar diserang dan ditonton. Makan tidak teratur perempuan mendapat skor lebih tinggi dari wanita normal secara psikologis ciri-ciri perasaan ketidakefektifan, kebencian pada diri sendiri, ketidakmampuan untuk merawat diri mereka sendiri, obsesi dengan berat badan, dan kemarahan. Para penulis menyarankan bahwa analist bekerja dengan wanita yang tidak teratur menangani luka ibu-anak sebagai cara bergerak menuju pengembangan Diri. Mereka memperingatkan agar tidak menyalahkan ibu pasien sambil menjelajahi arkhetipe dari Ibu Baik dan Ayah yang baik. Dalam sebuah studi dari enam wanita didiagnosis dengan anoreksia, Austin (2009) menunjukkan bahwa agar para wanita ini menjadi lebih baik, mereka harus berurusan dengan mereka energi agresif dan membenci diri sendiri yang merupakan inti dari anoreksia. Dengan menjadi lebih sadar akan perasaan-perasaan tersebut dan dengan mengembangkan kecakapan hidup, para wanita ini bisa bekerja menuju pemulihan.
I.       MASALAH GENDER
Pola dasar anima-animus yang mewakili sisi lain dari individu, telah menjadi dasar lebih jauh pertanyaan untuk penulis Jung.  Henderson (1982) dijelaskan bagaimana berbagai analis wanita telah memberikan kontribusi melalui menulis dan berbicara di bidang yang berkaitan dengan analisis Jung. Henderson percaya bahwa salah satu dari mereka Objek wisata yang diadakan Jung untuk analist wanita adalah "prinsip hubungan dalam di mana tidak ada jenis kelamin yang dibatasi untuk memainkan peran stereotip“. Konsep-konsep arkhetipe ini dapat dilihat sebagai mendukung Gagasan pria dan wanita melihat sisi feminin dan maskulin mereka masing-masing. Namun, dalam arti sempit, konsep anima dan animus dikritik sebagai memperkuat stereotip peran gender. Bahkan, Jung sudah membuatnya pernyataan yang menunjukkan bahwa ia memandang peran pria dan wanita secara berbeda: “Tidak seseorang bisa mendapatkan fakta bahwa dengan mengambil profesi maskulin, belajar dan bekerja seperti seorang pria, wanita melakukan sesuatu yang tidak sepenuhnya selaras dengan, jika tidak secara langsung melukai, sifat femininnya” (Jung, 1970b, hlm. 117). Sebaliknya untuk pernyataan ini adalah penghormatan tinggi Jung untuk analist wanita. Dalam mendeskripsikan perlu bagi terapis untuk memiliki seseorang untuk diajak bicara yang bisa memberi titik lain lihat, Jung mengatakan bahwa “wanita sangat berbakat untuk memainkan bagian seperti itu. Mereka sering memiliki intuisi yang sangat baik dan wawasan klinis yang tajam dan dapat melihat apa yang pria miliki di lengan baju mereka, kadang-kadang melihat juga ke dalam intuisi anima pria” (Jung, 1961, hal. 134). Kesenjangan dalam pandangannya sendiri dan kesadaran masalah diskriminasi yang mempengaruhi wanita telah mendorong reaksi kreatif terapist Jung. Mengatasi aspek laki-laki dan perempuan teori Jung telah menjadi tugas untuk beberapa analist Jung.
Dalam menyatukan feminis dan pola dasar teori, Lauter dan Rupprecht (1985) melihat cara-cara positif di mana Jung ide dapat diterapkan untuk wanita. Dalam Teori Pola Dasar Feminis mereka (1985), mereka menyajikan esai yang menyatukan ide-ide tentang jiwa perempuan dan konsep dari mitos, mimpi, ketidaksadaran, dan terapi. Mereka merasakannya penting untuk tidak hanya meningkatkan kesadaran tentang isu-isu perempuan tetapi juga unconsciousness-raising untuk fokus pada isu-isu yang berkaitan dengan citra perempuan dan mimpi, seni, sastra, agama, dan analisis. Di Jung: Revisi seorang feminis (2002), Rowland menerapkan pandangan feminis terhadap banyak ide Jung. Pekerjaannya telah membantu mengembangkan pengaruh feminisme dalam analisis Jung (Kirsch, 2007). Dalam Androgini: The Opposites Within, Singer (2000) menunjukkan bagaimana individu dapat mengintegrasikan aspek maskulin dan feminin dari diri mereka melalui diskusi simbol dari banyak budaya. Pandora, wanita fana pertama menurut legenda Yunani, digunakan oleh Young Eisendrath (1997) sebagai simbol masalah laki-laki-perempuan yang saat ini berjuang untuk masyarakat Amerika Utara. Pandora diciptakan oleh Zeus sebagai hukuman kepada laki-laki karena telah mencuri api dari Zeus dan dewa-dewa lainnya. Sangat cantik, Pandora berbohong, memanipulasi pria dengan keinginan seksualnya. Muda- Eisendrath menggunakan mitos Pandora untuk mengatasi fokus pria pada wanita sebagai seksual objek. Dia juga menggunakan mitos ini untuk menarik perhatian pada fokus wanita pada kecantikan yang dapat menyebabkan gangguan makan. Bagaimana cara bebas dari kutukan Pandora adalah tema Gender dan Keinginan: Mengaburkan Pandora, yang mengambil pendekatan kreatif untuk memahami peran dan masalah gender. Konsep pola dasar Jung juga telah digunakan untuk menjelaskan pria dan mereka masalah dan pengembangan. Bly (1990) dan Moore dan Gillette (1991, 1992) mendiskusikan kebutuhan untuk ritual dan kesadaran arketipe laki-laki, seperti King, Warrior,
Penyihir, dan Kekasih. Para penulis ini telah memimpin kelompok untuk membantu pria berhubungan dengan kekuatan mereka sendiri melalui mitos dan cerita yang menyajikan pola dasar ini formulir. Sebagai Collins (1993) menunjukkan, tulisan-tulisan ini menekankan masalah laki-laki dengan mengorbankan sisi feminin (anima) yang dapat membuat laki-laki lebih utuh dan umumnya maskulin. Collins (1993) merasa bahwa kesadaran laki-laki membutuhkan penghargaan dan integrasi unsur-unsur pola dasar Bapa, Anak, dan feminin. Ini kemungkinan menulis tentang isu-isu gender dalam teori Jung akan berlanjut.

J.      MASALAH MULTIKULTURAL
Jung tertarik pada budaya dari semua jenis, seperti dibuktikan oleh minatnya dalam antropologi, mitologi, alkimia, agama, dan cerita rakyat. Karena ketertarikannya pada universalitas citra pola dasar, ia melakukan perjalanan ke banyak negara dan benua (Amerika Serikat, Mesir, dan sebagian Asia dan Afrika) untuk berbicara dengan orang-orang dalam budaya yang buta huruf tentang mimpi dan mereka cerita rakyat. Namun, generalisasi yang dia buat tentang psikologi berbagai budaya telah berkontribusi pada kritik pandangannya sebagai rasis. Minat Jung dalam agama dan spiritualitas sangat luas dan beragam. Dia belajar bahasa untuk membaca tentang simbolisme agama karena terkait dengan konsepnya dari ketidaksadaran kolektif. Perjalanannya dan berbicara dengan orang-orang dari budaya lain memberinya bahan untuk mengintegrasikan ke dalam pengetahuannya tentang mitologi, cerita rakyat, dan agama untuk berhubungan dengan konsep ingatan pola dasar.
 Tipe dari penyelidikan antropologis bahwa Jung terus berlanjut, dengan para analist dan peneliti mempelajari mimpi dan cerita rakyat di berbagai budaya. Untuk Misalnya, Petchkovsky (2000) mempelajari bagaimana atribut aborigin Australia pusat sejenis subjektivitas terhadap hewan dan unsur tak hidup. Petchkovsky, San Roque, dan Beskow (2003) melaporkan bahwa beberapa penduduk asli menemukan Pandangan Jung tentang dunia menjadi serupa dengan mereka sendiri. Setelah menyelidiki  tingkat bunuh diri yang tinggi di Australia tengah, Petchkovsky , Cord- Udy , dan Grant (2007) menggunakan teori Jung untuk mengaitkan tingkat bunuh diri dengan Euro yang lebih besar- Komunitas Australia sebagai pengasuh yang gagal, terutama dalam hubungan dengan mental pelayanan kesehatan. Bekerja dengan seorang dukun tradisional Afrika, Maiello (2008) belajar dari pentingnya penghormatan leluhur dalam budaya Afrika dan terkait ini untuk dilihat Jung. Michan (2003) melacak konflik yang belum terselesaikan dalam kepribadian orang Meksiko dan budaya untuk tema dalam mitologi Aztec kuno. Krippner dan Thompson (1996) menunjukkan bagaimana 16 komunitas penduduk asli Amerika yang berbeda tidak memiliki pemisahan yang jelas antara dunia yang diimpikan dan dunia yang terbangun yang dimiliki masyarakat Barat. Dalam studi seperti ini, pengalaman budaya, apakah sadar atau tidak sadar, telah terkait dengan materi pola dasar Jung dan terapi.
Meskipun keingintahuan Jung sangat luas, pandangannya tentang budaya bisa jadi sempit. Pada 1930-an dan 1940-an, Jung sering merujuk pada psikologi ras atau negara (Martin, 1991). Dia menggambarkan karakteristik psikologis untuk Protestan, Yahudi, Swiss, "Afrika primitif," dan banyak kelompok lainnya. Selama kebangkitan Nazisme, dia diserang oleh beberapa orang sebagai anti-Semit, sebagian karena dia komentar tentang psikologi orang Yahudi. Masalah seputar dakwaan anti-Semitisme sepenuhnya dieksplorasi dalam sebuah buku esai oleh Maidenbaum dan Martin (1991). Drob (2005) mendiskusikan pandangan Jung tentang teori mimpi di Kabbala, sebuah buku mistisisme Yahudi. Joseph (2007) menjelaskan bagaimana Jung memahami materi dari yang Kabbala dan bagaimana pemahaman yang berbeda dari pemahaman agama. Karena tuduhan terhadap Jung menjadi rasis, analist Jung memiliki berhati-hati untuk menunjukkan kompleksitas penuh pemikiran Jung dan tidak membuatnya generalisasi tentang karakteristik nasional atau ras. Penggunaan yang dilakukan oleh analist Jung tentang pengetahuan tentang budaya lain diilustrasikan oleh Sullwold (1971) bekerja dengan anak laki-laki berusia 6 tahun yang sering secara fisik merusak dengan benda-benda dan anak-anak lain dan pada kenyataannya, baru saja hancur partisi kaca di kantor rekan referensi. Dalam pekerjaannya, Sullwold menggunakan sandtray dengan koleksi besar angka, bangunan kecil, dan berbagai benda lain. Bocah itu berasal dari ekstraksi Meksiko dan penduduk asli Amerika tetapi telah diadopsi oleh orang tua Yahudi Ortodoks. Meski tidak sadar akan dirinya Tradisi India, ia memiliki nama Amerika Asli, Eagle Eye, yang merupakan nama yang dia berikan sendiri di Indian Guides, organisasi anak laki-laki. Di awal bekerja dengan sandtray dia menggunakan angka koboi dan penduduk asli Amerika, mengidentifikasi dengan penduduk asli Amerika. Dalam memahami anak ini, Sullwold memanfaatkan pengetahuannya tentang ritual dan agama Hopi dan Zuni. Di dalam dirinya bekerja dengan sandtray, Sullwold membuat pengamatan tentang citra pola dasar, seperti Ibu Besar, yang diekspresikan dalam permainannya dengan binatang di sandtray. Menilai masa depan anak itu, Sullwold menyatakan berikut: Kesehatan yang berkelanjutan dari bocah ini tergantung pada kemampuannya mempertahankan kekuatan egonya dan mengembangkan cara menggunakan energinya secara kreatif sehingga luar biasa kekuatan spiritual dan psikis dalam dirinya tidak membebani dirinya dan melemparkannya kembali kandang gelap monster, (Sullwold , 1971, hal. 252) .Dengan demikian, Sullwold menekankan kekuatan spiritual dan pentingnya kolektif tidak sadar yang berkontribusi pada masalah anak laki-laki itu. Ekspresi kreatif adalah outlet positif untuk kekuatan yang berada di luar jangkauan proses sadarnya.






K.    TERAPI KELOMPOK
Terapi kelompok dilakukan oleh hanya beberapa analist Jung. Orang-orang yang melakukannya melihatnya sebagai tambahan untuk, bukan sebagai pengganti, analisis individu. Karena pentingnya dia ditempatkan pada individu dan tekanannya individu untuk penyesuaian dari suatu kelompok, Jung memiliki keraguan tentang psikoterapi kelompok (Sharp, 1998). Namun, beberapa orang Jung melihat nilai positif dalam kelompok terapi. Kelompok mimpi, dengan atau tanpa pemimpin, telah dimulai, beberapa dari mereka online (Harris, 1996). Ketika anggota kelompok membawa mimpi menjadi kelompok, yang dapat menjadi fokus diskusi, dan anggota kelompok dengan yang serupa mimpi mungkin berhubungan dengan mimpi yang disajikan. Juga, mimpi dapat diberlakukan di kelompok melalui penggunaan psikodrama. Beberapa analist Jung dapat memanfaatkan imajinasi aktif dalam kelompok terapi, memiliki peserta memfokuskan perhatian mereka pada yang imaginal perjalanan dari anggota kelompok. Selain itu, analist Jung dapat melibatkan menggunakan kesadaran gestalt atau teknik kelompok lainnya. Karena penekanannya pada individuasi, terapi kelompok terus menjadi tambahan untuk, bukan pengganti untuk analisis individu.


















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Jung sejajar dengan fokus Freud pada proses tidak sadar, penggunaan dan interpretasi mimpi dalam terapi, dan pendekatan perkembangannya terhadap kepribadian. Mungkin Sumbangan Jung yang paling orisinal adalah dari ketidaksadaran dan pola dasar kolektif pola dan gambar yang muncul dari kontibusinya. Gambar arketipe adalah universal; mereka bisa enjadi ditemukan dalam agama, mitologi, dan dongeng dari banyak budaya. Jung, menekankan persona (peran sosial individu), anima-animus (sisi seks-lawan jenis tak sadar dalam kepribadian pria atau wanita), bayangan (tidak sadar) aspek kepribadian yang ditolak atau diabaikan oleh ego yang sadar), dan Diri (self) mengatur pusat kepribadian). Banyak arketipe lain yang ada, seperti orang tua bijak, ibu hebat, singa, dan sebagainya.
Kontribusi tipe kepribadian (introversi-extraversion, thinking-feeling, dan sensing-intuiting) diketahui secara luas, meskipun penggunaannya dalam analisis bervariasi. Meskipun Jung menulis tentang masalah perkembangan diseluruh rentang kehidupan, ia sangat tertarik pada masalah paruh baya dan peran spiritualitas dalam kehidupan pasiennya. Mendasari semua konstruksi kepribadian Jung dan pusat teorinya merupakan hasil perhatiannya pada proses tidak sadar.
Fokus analisis adalah bekerja dengan proses tidak sadar untuk menghasilkan kesadaran yang lebih sadar tentang mereka. Meskipun ini dilakukan terutama menggunakan material mimpi, imajinasi aktif dan pendekatan fantasi. Dengan mengenali tema archetypal mimpi dan materi lainnya, para analis membantu analysands menjadi sadar akan material yang sebelumnya tidak disadari. Dalam berurusan dengan masalah antara analist dan analysand (transferensi dan countertransference), analist sering menggunakan materi dari mimpi pasien. Saat terapi berlangsung, analysand mengembangkan Self yang lebih kuat dan lebih terintegrasi.
Untuk menjadi analist Jung, seseorang harus menerima pelatihan di institut Jung untuk mendapatkan pengetahuan, termasuk informasi tentang proses psikologis dan psikoterapi serta informasi dari bidang antropologi, mitologi, cerita rakyat, dan bidang pengetahuan lain yang akan membantu analis bekerja dengan simbolisme archetypal. Pelatihan ini mempersiapkan para analist untuk membantu pasien mereka mengindividuasi dan menjadi sadar akan realitas psikologis mereka yang unik. Karena penekanannya pada individuasi, treatment individu lebih disukai daripada terapi kelompok. Minat konsep proses bawah sadar terus berkembang, seperti halnya minat pada Jung pendekatan untuk psikoterapi
























DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2012. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: UMM PRESS
Hall, Calvin S & Garner Lindzey. Teori-teori Psikodinamik (Klinis), Kanisius. Yogyakarta 1993s
Sharf Richard S. edisi ke 5. 2012. Theories of Psychoterphy and Counseling Concept and Cases. Belmont Canad: Cengage learning








No comments:

Post a Comment

Luangkanlah waktu untuk berkomentar di blog ini. Berkomentarlah secara bijak( jangan SPAM). Komentar anda adalah suatu kebanggaan buat saya.

PERSIAPAN SEBELUM MENGAJAR | CINTAILAH PROFESI ANDA

  Bila seseorang sedang jatuh cinta, apa pun akan dilakukan untuk   mendapatkan cintanya. Tidak cukup waktu, energi, harta,   benda, bahkan ...