MATERI PUBLIC SPEAKING
Public speaking sangat penting bagi
seorang pemimpin. Melalui public speaking, speaker diharapkan mampu mengarahkan perasaan dan pemikiran audience. Banyak pemimpin dunia melakukan
perubahan lewat penguasaan mereka dalam berbicara didepan publik, dan
meyakinkan mereka untuk melakukan perubahan. Pemimpin seperti Bung Karno,
Mathin Luther King Jr, Margareth Teacher, dan lainnya mempengaruhi sekumpulan
orang melalui public speaking yang
baik dan penuh akan makna untuk menyongsong perubahan. Melalui pubpemimpin
mampu untuk mengkomunikasikan dan mendelegasikan setiap makna dalam
kata-katanya menjadi sebuah tindakan yang bergerak pada perubahan yang lebih
baik. Dalam setiap kata seorang pemimpin bukan hanya berisikan
retorika-retorika kosong, akan tetapi mengandung arahan yang jelas dan tepat
terhadap sebuah tujuan. Public speaking
menjadi semacam komando yang jelas terhadap perubahan yang dicita-citakan dan
bagaimana hal tersebut dapat dicapai.
Tidak
semua orang mampu menjadi public speaker
yang baik, sama seperti tidak semua orang terpilih untuk menjadi pemimpin.
Menurut Abraham Lincoln, kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang dan public speaking adalah salah satu cara
menciptakan pengaruh tersebut. Banyak orang memiliki kepintaran dan pemikiran
yang baik, akan tetapi hal tersebut tidaklah cukup bagi seorang pemimpin.
Pemimpin membutuhkan kemampuan public
speaking sebagai kekuatan dalam mempengaruhi setiap orang untuk merasakan
dan memikirkan untuk bergerak atau bertindak. Untuk itu seorang pemimpin
haruslah belajar tentang public speaking dan
mampu untuk menerapkannya secara efektif.
Saya
sadar bahwa tidak semua calon pemimpin memiliki kemampuan public speaking. Hal tersebut dikarenakan public speaking bukanlah bawaan sejak lahir, akan tetapi perlu
untuk dilatih. Seorang seperti King George VI dan Bung Karno harus terus
berupaya untuk berlatih melakukan public
speaking, agar mampu berbicara di depan orang banyak dengan baik.
Definisi Public Speaking
Public speaking selalu dibutuhkan di
setiap ranah kehidupan; bahkan, hampir semua pekerjaan membutuhkan keterampilan
dalam public speaking. Menurut
Verderber dan Sellnow (2008) public
speaking didefinisikan sebagai percakapan—presentasi oral yang biasanya
disampaikan secara formal dalam kondisi audiensnya dihimpun dalam konteks yang
formal untuk mendengarkan atau selama percakapan informal. Verderber dan
Sellnow (2008) menambahkan bahwa, public
speaking skills empower us to communicate ideas and information in a way that
all members of the audience can understand. Konsep yang ditawarkan oleh
Verderber dan Sellnow ini mengindikasikan bahwa public speaking bersifat formal, tentang sebuah ide, dan
disampaikan dalam konteks tertentu.
Hal
tersebut serupa dengan definisi yang diberikan oleh Webster Third New
International Dictionary, public speaking memiliki dua definisi
:
a. The act of process of making speech in public
b. The art of science of effective oral communication with audience
Dengan demikian
public speaking merupakan sebuah tindakan berbicara didepan umum dengan
menggunakan oral komunikasi kepada audiens yang lebih efektif.
Elemen-elemen dalam public
speaking
Dalam public speaking terdapat beberapa
elemen, yakni: speaker, message,
audience, noise, context, channel, ethics.
A. Speaker (Pembicara)
Dalam public speaking, pembicara adalah orang
yang menyampaikan pesan atau informasi melalui ceramah yang relatif lama dan
tidak mendapatkan interupsi dari audiens. Public
speaker adalah pusat dari transaksi pesan yang terjadi. Dalam praktiknya,
seorang public speaker tidak hanya
berbicara saja, dia juga harus memiliki ketrampilan untuk berinteraksi dan
mengontrol percakapan dengan audiens yang terjadi sesekali sehingga pesan yang
disampaikkan menjadi hidup. Ketrampilan inilah yang sesungguhnya harus dimiliki
oleh seorang public speaker.
Pertama-tama, seorang public speaker
hendaknya memahami siapa dirinya. Dia adalah orang yang sedang memberi pengaruh
bagi banyak orang atas apa yang dia katakan. Oleh karenanya, pemahaman yang
tepat akan materi, perencanaan yang matang, dan penguasaan panggung yang handal
perlu dimiliki olehseorang public speaker
yang berpengaruh.
B. Audience
Public speaking memiliki audiens
yang relatif besar. Pada umumnya, audiens yang dapat terhitung sebagai public audience adalah 10-12 orang sampai
ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang. Audiens dalam public speaking ada dua
macam. Yang pertama adalah immediate audience atau audiens langsung, yakni
mereka yang dikenai langsung oleh pesan yang disampaikan oleh public speaker.
Sedangkan remote audience atau audiens jarak jauh adalah mereka yang terkena
dampak tidak langsung oleh pesan yang disampaikan oleh pembicara. Semakin besar
pengaruh seorang public speaker maka semakin besar juga remote audience yang
dipengaruhinya.
Karena audiens adalah
pihak yang dipengaruhi oleh pesan dalam public speaking, speaker harus
benar-benar memperhatikan siapa audiensnya. Di dalam public speaking, walaupun seorang speaker sudah mahir, tetaplah
harus melakukan audience research,
yakni kegiatan untuk meneliti, mengklasifikasikan, serta menyimpulkan siapa
audiensnya. Untuk audiens yang belum dikenal sama sekali, biasanya riset bisa
dilakukan dengan menelpon pihak penyelenggara acara untuk menanyakan siapa
audiensya (usia, jumlah, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dll), lalu melakukan
konfirmas melalui mencari lewat internet atau membaca referensi mengenai
kelompok audiens tersebut.
C. Message
Pesan dalam public speaking terdiri dari tanda-tanda
verbal maupun nonverbal. Di dalam public
speaking, menyusun sebuah pesan tidak dapat dilakukan dengan sembarangan.
Sama seperti ketika menentukan karakteristik audiens, menyusun pesan pun harus
didahului dengan riset. Bahkan, dalam membungkus pesan pun, speaker harus
menggunakan bahasa dan gaya bahasa yang bervariasi, disesuaikan dengan siapa
audiensnya, topik yang akan dibahas, serta di mana tempat public speaking nya.
D. Noise
De Vito (2009)
membedakan antara noise dengan signal. Jika signal adalah segala macam
informasi atau pesan yang ingin didengar oleh audiens maka noise adalah segala sesuatu yang tidak ingin didengar
dan mengganggu audiens saat menerima signal. Karena public speaking bisa dalam bentuk verbal maupun non-verbal maka noise-nya pun juga dalam bentuk verbal
dan nonverbal. Speaker hendaknya
benar-benar berlatih mengelola noise ini karena acapkali noise bisa tidak terkontrol. Misalnya: microphone yang rusak atau suara sirine yang sangat kencang.
E. Context
De Vito (2009)
membagi konteks ini menjadi konteks fisik, psikososial, temporal, dan konteks cultural.
Konteks fisik adalah tempat dan lingkungan yang sebenar-benarnya yang digunakan
sebagai tempat berbicara (ruangan, lapangan, gedung, dll), beserta peralatan
dan perlengkapan yang ada di dalamnya. Ruangan yang sempit menyebabkan speaker harus berbicara dengan persiapan
yang berbeda dengan ruangan yang luas atau lapangan. Konteks psikososial
merupakan hubungan antara speaker
dengan audiensnya. Bagaimana karakter
dan latar belakang speaker dan audiens serta hubungan di antaranya
selalu mempengaruhi pesan yang disampaikan. Konteks temporal meliputi waktu dan
jam di mana public speaking itu
dilakukan. Konteks cultural mencakup kepercayaan, gaya, nilai-nilai, bahkan
gender dan perilaku dari speaker dan audiens yang dibawa pada saat
presentasi.
F. Channel
Channel adalah sebuah medium untuk membawa
signal pesan dari pengirim kepada penerima. Dalam public speaking, channel ini wujudnya bisa bermacam-macam, baik
secara visual maupun non visual, misalnya melalui slide-slide di computer atau
video, gambar-gambar, dan lainnya.
G. Ethics
Ethics berbicara tentang benar atau salah
atau implikasi moral dari pesan yang disampaikan. Seorang speaker harus menguasai hal-hal apa saja yang diperbolehkan dan
tidak diperbolehkan ketika menyampaikan suatu pesan.
Menjadi Publik Speaker yang Efektif
Setiap orang
potensial menjadi public speaker yang
efektif, karena setiap orang memiliki potensi menjadi pemimpin dengan keunikan
dan perbedaan mereka. Untuk menjadi public
speaker yang efektif, maka perlu melakukan persiapan, menjadikannya sebuah
kebiasaan, menghindari dari kesalahan dan terus melakukan public speaking. Pada bagian ini akan memberikan beberapa tips
untuk menjadi public speaker yang
baik.
1. Komitmen dengan topik
Seorang public speaker haruslah antusias dan
komitmen terhadap topik yang disampaikan. Untuk antusias dan komitmen tersebut,
maka seorang pembicara perlu untuk menguasai dan melakukan riset terlebih
dahulu terhadap topik. Audiens akan lebih tertarik pada topik yang disampaikan,
apabila public speaker menyampaikan
secara antusias, komit dan menguasainya. Jika ada topik yang tidak dikuasai,
maka janganlah berbicara tentang topik tersebut.
2. Jangan berpikir tentang anda
Sering kali, sebelum
naik ke podium untuk berbicara, public
speaker memiliki ketakutan terhadap pandangan audiens tentang dirinya.
Untuk itu janganlah coba-coba berpikir tentang sesuatu yang akan menimpa anda,
namun tetaplah fokus dan menguasai topik yang akan dibicarakan. Selain itu,
dalam bebicara pada public, hindarkan
diri untuk menonjolkan diri sendiri, karena audiens akan merasa bosan dengan
penilaian-penilaian subyektif yang anda berikan.
3. Lakukan persiapan
Hanya sedikit yang
dapat berbicara secara efektif tanpa beberapa persiapan, dan jika ada sedikit
saja kesalahan, maka dapat menimbulkan rasa panik gugup. Untuk itu, ada baiknya
melakukan persiapan lewat penelitian dan latihan. Dengan persiapan, akan
membuat anda lebih santai, fokus dan percaya diri.
4. Fokus
Fokus pada topik dan
persiapan yang telah dilakukan, serta berusahalah menguasai lingkungan
disekitar panggung. Saat anda fokus, anda akan berupaya untuk mengorganisir
pembicaraan anda secara lebih baik.
5. Temukan contoh-contoh yang sempurna
Dalam berbicara
berikan contoh-contoh yang baik dan tepat. Contoh-contoh tersebut dapat berasal
dari pengalaman atau sumber-sumber lain. Contoh-contoh akan lebih memudahkan
audiens untuk mengingat topik yang dibicarakan.
6. Minimilasir catatan
Banyak orang
menghafal apa yang ingin disampaikan atau mereka membuat daftar panjang catatan
dengan melampirkan berbagai metode. Pendekatan ini mengurangi kemampuan alami
anda untuk berkomunikasi, karena merubah anda dari seorang pembicara menjadi
pembaca. Jadilah akrab dengan apa yang ingin disampaikan dan cukup nyaman untuk
melakukan perubahan jika diperlukan.
7. Berhubungan dengan audiens
Membangun hubungan
dengan audiens dapat dengan memperhatikan body language seperti
senyum, tatapan mata dan gerakan tubuh. Berhubungan dengan audiens akan
membantu audiens untuk tetap fokus dan tertarik pada apa yang ingin
disampaikan.
8. Kuasailah media yang digunakan
Jika anda mengunakan
media lain dalam berpidato, maka upayakan anda menguasai media tersebut. Media
akan membantu audiens memahami apa yang ingin disampaikan, akan tetapi jangan
sampai media yang menguasai panggung anda.
SUMBER :
·
DeVito, Joseph A.
(2009). The Essential Elements of Public Speaking. USA :
Pearson
·
Soenarjo, Djoenasih
S., Rajiyem. (2005). Public Speaking. Jakarta : Universitas
Terbuka
·
Littlejohn, Stephen
W. (2002). Theories of Human Communication. USA : Wadsworth
·
Verderber, Rudolph
F., Verderber, Kathleen., Sellnow, Deanna D. (2008). The Challenge of
Effective Speaking. USA : Thomson Wadsworth
·
Hasling, John.
(2006). The Audience, the Message, the Speaker (7th ed.). New York
: McGraw Hill
·
Herrick, James A.
2008. The History and Theory of Rhetoric: An Introduction (4th ed.).
Allyn & Bacon
·
King, Larry.,
Gilbert, Bill. 2004. Seni Berbicara kepada Siapa Saja, Kapan Saja, di
Mana Saja: Rahasia-rahasia Komunikasi yang Baik (2nd ed.). Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
(Tulisan ini dibawakan Ricky A. Nggili dalam Pelatihan Training
Organization FTI-UKSW di Wisma Bukit Soka, tanggal 14 Mei 2013)
No comments:
Post a Comment
Luangkanlah waktu untuk berkomentar di blog ini. Berkomentarlah secara bijak( jangan SPAM). Komentar anda adalah suatu kebanggaan buat saya.