Thursday, February 2, 2012

Gamer to Blogger

Enam tahun silam Aku adalah seorang Gamer yang bermula dari awal SMP kelas 2. Mula-mula iseng cari informasi di internet. Waktu itu warnet belum menjamur tidak seperti saat ini yang banyak dijumpai di pinggir jalan pedesaan maupun perkotaan. Dimasa itu warnet yang baru Aku kenal bersama tiga orang teman sekolahku barulah Dejava Salatiga, yang notabene harga perjamnya masih teramat tinggi yaitu sebesar Rp. 3500,00, mengingat uang sakuku hanyalah Rp. 5000,00 atau dalam bahasa kerennya “goceng”. Seiring berjalannya waktu, ketertarikanku pada yang namanya internet bertambah besar.
Sudah dua bulan lamanya kami berinternet ria di “Dejava”, dan hampir setiap dua hari sekali kesana naik angkot. Uang saku yang diberikan orang tua tidak kami jajakan buat membeli jajan di sekolah, melainkan buat berinternet. Sesampainya di warnet, kami sering dibuat penasaran dengan suara-suara berisik dari lantai dua Dejava yang menurut kami aneh sekali. Maklum, kami hanyalah orang desa yang baru mengenal kota Salatiga. Dengan hati yang was-was dan penuh dengan rasa penasaran yang sangat lama kami pendam, salah satu dari kami memberanikan diri untuk mencari tahu apa yang membuat orang-orang di lantai 2 bisa teriak-teriak sambil sesekali tertawa dan tidak jarang pula terdengar hujatan yang tidak enak didengar seperti as*, set*n dan masih bayak lagi. Pada akhirnya kami berempat tahu apa yang membuat mereka bisa teriak-teriak seperti itu. Mereka semua ternyata sedang bermain “Game Online” yang sudah popular dimainkan hampir kebanyakan siswa SMP, SMA, bahkan anak Kuliahan.
Tidak langsung puas dengan hal yang baru saja kami ketahui. Kamipun ingin tahu berbagai hal tentang yang namanya game online. Apa sih game online? Gimana sih cara mainnya? Dimana sih asyiknya game online?
Rasa ingin tahu itu selalu timbul disaat melihat ekspresi anak-anak yang sedang bermain game online. Tanpa pikir panjang, Aku langsung menyewa satu komputer dan mencoba memainkannya. Lama sekali Aku hanya tertegun di depan komputer , tidak tahu apa yang harus dilakukan. Selidik demi selidik, ternyata memainkan game online harus punya akun terlebih dahulu yang tentunya sudah terdaftar.  Registrasi akun harus mempunyai alamat “email” dan lebih parahnya lagi selain membayar  perjamnya untuk bermain game online, diwajibkan harus membeli sebuah “voucer game”. Voucer game online harganya beragam, dari yang paling murah harganya Rp. 2500,00 durasi hanya 2 jam dan yang paling mahal harganya Rp. 175.000,00 durasi 3bulan.
Rasa keingintahuan kami belum terjawab sepenuhnya. Hari demi hari kami dibuat penasaran akan game online. Rasa ingin tahu yang begitu kuat mendorongku membuka-buka buku serta majalah computer hanya demi sebuah alamat email. Untunglah saya menemukan sebuah alamat email yang sebelumnya tidak kami ketahui email itu apa. Kami berempat sepakat “urunan duit” hanya untuk mencoba sebuah game online. Hari yang ditunggupun datang setelah uang terkumpul Rp. 18.000,00.
Kami mencoba yang namanya game online baru kali ini dan itupun harus gantian. Tak lama kemudian, batin agak tersiksa. Aku sempat merasa kesal sambil mbatin “kluarin duit hanya buat game online yang gak tau maksudnya gini!!”
Memang pada saat itu kami belum tau apa-apa. Pada akhirnya buka website game online tersebut dan tahu sedikit demi sedikit walau berlangsung lumayan lama hanya baca tutorial di webnya saja. Kurang lebih enam bulan barulah bisa memainkan game online, walau belum mahir-mahir amat tetapi sudah bisa menikmati kesenangan sebuah permainan yang tidak pernah kami rasa sebelumnya.
Seiring jarum jam terus berputar, tak terasa sudah menginjak SMA kelas X. Kecanduan bermain game online pun sedikit bertambah kuat, tapi berbeda dengan kondisi sebelumnya. Saat menginjak bangku SMA, Aku lebih tertarik pada otak atik computer dari software sampai hardware. Berbagai majalah, tabloid, kubeli dengan mengumpulkan uang saku. Seminggu sekali bisa kudapatkan 1 majalah serta 1 tabloid yang di dalamnya masih ada bonus bundle VCD software gratisan. Kecanduan terhadap game sementara tertutupi oleh kegiatan otak-atik computer. Kalau mengingat-ingat tempo dulu bisa membuatku senyum sendiri. Bagaimana gak senyum, computer di rumah dalam kondisi baik-baik saja dan bisa dibilang dalam keadaan “waras” setelah Aku otak-atik malah menjadi suram. Kejadian teragis yang menimpa komputerku sangat kurahasiakan dari kedua orang tuaku. Takutnya kena omel yang berlebih,hehehehe
Setiap ditanya oleh Ibu,” Kok komputere rak tau disetel? Rusak yo?” ( Dalam bahasa Indonesianya “Kok komputernya tidak pernah dinyalakan? Rusak ya?”), selalu kujawab dengan nada yang biasa saja “Ora, gek males wae dolanan computer” ( Bisa diartikan dalam bahasa Indonesia “ Tidak, lagi malas main computer”), padahal computer sudah dalam keadaan rusak sewaktu buat percobaan. Walau computer sudah rusak, masih saja Aku langganan majalah demi mengembalikan computer supaya bisa kembali normal. Sedikit dan pelan majalah, tabloid kubaca sampai habis. Titik terang yang menyebabkan komputerku rusak akhirnya terungkap. Perasaan senang, dan bangga menghampiriku sejenak tatkala computer yang sudah terdiam membisu di kamar bisa kembali menunjukkan performanya.
Tidak puas dengan hasil yang kudapat barusan, kembali kubongkar seisi CPU dan kukeluarkan dari dalam sangkarnya dengan hanya bermodal sebuah obeng dan kenekatan yang kumiliki. Alhasil, semua hardware berserakan di dalam kamar. Kebetulan hari itu Minggu, bisa seharian berada di kamar sambil berusaha memasangkan kembali bagian hardware yang sengaja kulepas tadi. Berjam-jam hanya kulihat saja sambil memahami bentuknya saja.
bersambung...nantikan tulisan selanjutnya

No comments:

Post a Comment

Luangkanlah waktu untuk berkomentar di blog ini. Berkomentarlah secara bijak( jangan SPAM). Komentar anda adalah suatu kebanggaan buat saya.

PERSIAPAN SEBELUM MENGAJAR | CINTAILAH PROFESI ANDA

  Bila seseorang sedang jatuh cinta, apa pun akan dilakukan untuk   mendapatkan cintanya. Tidak cukup waktu, energi, harta,   benda, bahkan ...